Pertemuan

810 21 0
                                    

Sejak pagi diana sudah berada di toko, membantu membereskan cake yang akan di jualnya hari ini, toko begitu ramai pengunjung, memang setiap hari tokonya selalu ramai dikarenakan cake buatannya begitu berbeda dengan cake di toko lainnya.
Hingga pada akhirnya para pelanggan pun selesai ia tangani, dia duduk begitu lunglai dan sedikit memejamkan matanya di meja kasir, tiba tiba para karyawannya berbisik melihat sesosok pria tampan tinggi berkulit bersih dan putih, memakai kaos hitam dan celana jeans yang begitu sangat fashionable.

Oohh ya tuhann dia tampan sekalii sambil terkikik kegirangan. Bisik pegawainya.

Terganggu dengan kikikan para pegawainya akhirnya diana pun sedikit menoleh ke arah pria yang sedang hangat di bicarakan pegawainya.

Adhitama...

Dengan refleksnya diana berdiri begitu saja, menyadari ia telah berdiri akhirnya hal yang dilakukan untuk menutupi rasa malunya, ialah mempersilahkan kepada adhitama untuk memilih cake yang dia perlukan.

Selamat siang tuan, apa ada yang bisa saya bantu.

Dengan gugup, diana tersenyum kepada adhitama.

Tentu, aku ingin cake untuk ulang tahun ibuku,,

Silahkan tuan anda bisa melihat lihat barangkali ada dari salah satu cake kami yang anda sukai.

Baiklah... hanya itu kata yang terdengar dari mulut adhitama, dan berlalu melihat lihat, akhirnya adhitama memutuskan untuk memesan cake, sebenarnya cake yang di buat diana semuanya sangatlah bagus, namun ada tujuan di balik itu semua.

Maaf nona, bisakah kau buatkan cake yang spesial untukku, hari ulang tahun ibuku masih seminggu lagi.

Tentu tuan, cake seperti apa yang kau inginkan, mari kita diskusikan, silahkan masuk ke ruang kerja saya.

Diana mempersilahkan masuk adhitama ke ruangannya, seperti ia telah mengetahui maksud dari pria di depannya, dan rasa sedikit penasaran sehingga diana mempersilahkannya masuk ke dalam ruang kerjanya.

Diana....

Diana termangu setelah mendengar pria itu menyebutkan namanya. Lalu dengan segera menoleh kepada adhitama.

Iya, hanya itu jawaban yang terucap dari mulut manis diana.

Entah pikiran apa yang merasuki adhitama sehingga dengan tiba tiba dia memeluk diana dengan erat.

Diana.. hanya kata itu yang dapat terucap.

Diana pun terpaku, entah ia pun merasa bingung dengan perasaannya, apakah ia merindukan adhitama ataukah tidak, sungguh semenjak adhitama menghilang, diana sangat kehilangan, tidak ada yang selalu mengganggunya setiap hari.

Adhitama, bisa kau lepaskan aku, sangat tidak enak jika di lihat para pegawaiku, pintu ruanganku belum sempat aku tutup. Bisiknya.

Segera adhitama melepaskan pelukannya.

Maafkan aku diana, aku sangat merindukanmu.

Aku tau..

Gumamnya sambil tersenyum.

Adhitama POV

Aku tidak menyangka jika diana yang akan menyambutku secara tiba tiba, sungguh perasaan rinduku terhadapnya begitu memuncak sehingga ingin merasakan yang lebih dari sekedar bertemu saja.

Dia semakin cantik, sangat cantik, aku tidak habis pikir jika benar adrian meninggalkannya.

Aku menghadapnya dan mengutarakan keinginanku untuk membeli cake miliknya, namun dia malah menyuruhku melihat lihat koleksi cake nya, sengaja aku lebih memilih memesan untuk minggu depan tujuannya agar aku bisa kembali lagi bertemu dengannya.
Lalu tiba tiba dia mengajakku ke ruang kerjanya, dengan alasan untuk berdiskusi, tapi aku cukup mengerti maksudnya.

Aku berjalan dibelakangnya, aku lihat tubuhnya yang semakin sexy dengan lekuk tubuh yang menggairahkan, rasa gairahku menutupi logikaku hingga akhirnya aku memeluknya dengan tiba tiba.

Aku pikir dia akan meronta, meminta melepaskannya lalu menamparnya, tapi semua dugaannya salah, diana malah terdiam, seperti menikmati pelukanku, aku semakin menginginkannya.

Diana POV

Dia sangat tampan, sangat sempurna, dari dulu juga dia memang tampan, dia begitu mengejarku, hanya saja aku yang bodoh.

Aku menyuruhnya melihat lihat dahulu koleksi cake ku, jujur saja aku sangat gugup, sembari dia melihat lihat aku mencoba menetralkan rasa gugupku, beberapa saat dia menghampiriku kembali, dan dia mengatakan ingin memesannya untuk minggu depan, entah ide dari mana aku menyuruhnya masuk ke ruanganku dengan alasan mendiskusikan pesanannya padahal bisa saja aku mendiskusikannya di meja kosong yang tersedia di dalam toko ku, itu khusus disediakan memang untuk mereka yang ingin berdiskusi seperti apa cake yang mereka inginkan.

Aku gemetar ketika ia berjalan dibelakangku, nafasku berhenti sejenak lalu tangan kekar itu memelukku dengan erat, tercium wangi khas laki laki yang menyegarkan indera penciumanku.

Diana, hanya kata itu yang mampu dia ucapkan, entah kenapa hatiku, diriku terasa nyaman berada dipelukannya, dan ingin sekali aku berada terus dalam pelukan pria ini,

Batinku berkata, mohon jangan lepaskan pelukanmu dariku, aku sangat menginginkan ini.

Kenapa dulu aku sangat bodoh tidak memperhatikan atau meresponnya walaupun hanya sedikit saja.

Nekad Karena CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang