04 Juli 2018
Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur semester kemarin.
Seorang gadis berambut violet melangkahkan kakinya di kelas 4-C. Gadis bernama Sumire Kakei itu menggulirkan matanya ke sana kemari. Matanya mencari seseorang yang sekiranya memperhatikan dan menantikan kedatangannya. Namun Nihil, tak ada satu orang pun yang memperhatikannya mereka cenderung sibuk dengan teman sebangkunya masing-masing.
"Ohayou gozaimasu minna-san!" Sapanya gugup. Namun tidak ada satupun yang menjawab sapaannya itu.
Sumire kecil menghela nafasnya sebelum memasuki kelas yang akan ia tempati selama semester akhir ini. Ia terus melangkah tanpa ada satu orang pun yang menyapa dirinya. Ia hanya pasrah diperlakukan bak angin lalu.
'Ini sudah biasa' batinnya berusaha tegar. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa hatinya menangis dan terisak.
"Ohayou teman-teman!" Sapa seorang gadis berambut hitam ssebah, membuat semua orang yang tengah asyik dengan kawannya menatap kagum pada gadis yang baru saja memasuki kelas.
"Wahhh Sara-chan semakin cantik saja"
"Sugoiii kawaii nee"
"Pesona seorang Uchiha memang tak bisa diragukan."
"Calon istri ku sudah datang"
"Aku semakin mencintaimu Hime-sama"
"Rinduku setelah sekian lama akhirnya terobati. Terima kasih Tuhan"
"Menikahlah denganku, Sara-Hime"
Teriakan terpesona menenggelamkan sapaan yang dilontarkan gadis itu. Membuatnya cemberut karena sapaannya tidak dibalas oleh teman sekelasnya.
"Kalian tidak membalas sapaanku? Aku marah nihh!" Ucap tunggal Uchiha mengempoutkan bibirnya. Hal tersebut sukses membuat mereka teriak histeris.
"Maaf Hime-sama Ohayou mo..." jawab semuanya serempak.
Yah begitulah pesona sang tunggal Uchiha. Sekali muncul saja banyak orang yang berteriak histeris karena parasnya yang rupawan. Membuat siapapun iri dan ingin menjadi sahabatnya diwaktu yang bersamaan.
"Mereka itu, masih kecil tapi ucapannya sudah seperti orang dewasa, mau menikah diumur delapan tahun katanya hihiii..." gadis dengan rambut violet itu terkikik geli melihat kelakuan 'teman sekelasnya' yang begitu menggilai sang tunggal Uchiha.
"Lihat, 'anak itu' bicara dan tertawa sendiri"
"Sudahlah biarkan saja, mungkin karena tak ada satupun orang yang ingin berteman dengannya, ia jadi gila hahahaaa..."
"Hahhaaaa"
Semua orang di sana menertawai gadis violet itu tanpa rasa bersalah.
Alih-alih sakit hati, gadis itu malah tersenyum bahagia tanpa sedikitpun raut wajah sedih di wajahnya.
'Senangnya...semua orang memperhatikanku.' Batin gadis itu semakin melebarkan senyumannya.
"Hiiiii...'anak itu' malah tersenyum. Jadi serem" ucap salah satu teman sekelas Sumire bergidik ngeri saat melihat Sumire yang melebarkan senyumannya itu.
"Sudahlah jangan perhatikan 'anak itu' lagi, bulu kudukku rasanya berdiri." Semua fokus orang-orang itu kembali pada Hime-samanya. Mengabaikan Sumire yang kini telah merubah raut wajahnya menjadi sedih.
Tak lama kemudian, bel masuk menggema. Semua murid berhamburan memasuki kelasnya masing-masing.
"Ohayou" sapa seorang guru memasuki kelas 4-C.
"Ohayou mo sensei" balas mereka serempak.
"Perkenalkan nama sensei Shino Aburame. Sensei akan menjadi wali kelas kalian selama semester ini. Apa ada yang ditanyakan?"
"Tidak Sensei" jawab para siswa serempak.
"Baiklah. Sebelum memulai pelajaran, sensei akan memilih ketua kelas." Ucap Shino sambil memperhatikan absensi kelasnya.
"Sumire Kakei!" Panggil Shino pada muridnya yang bernama Sumire.
"Haik" balas Sumire tersenyum lembut.
"Kau akan menjadi ketua kelas" putus Shino, hal itu membuat semua murid-muridnya membelalakan mata tak percaya dengan apa yang Shino katakan.
Seorang anak mengacungkan tangannya.
"Ada apa ?" Tanya Shino lembut.
"Kenapa harus 'anak itu' yang menjadi ketua kelas? Kenapa tidak Sarada-hime saja, Sensei" ucapnya menunjuk pada sang tunggal Uchiha yang kebetulan duduk disampingnya.
"Sensei tidak akan mengubah pilihan. Mau tidak mau kalian harus menerima Sumire sebagai ketua kelas untuk semester ini. Kalian paham?" Shino menyatakan keputusan sepihaknya. Hal itu membuat para murid semakin membenci Sumire.
"Paham sensei" cicit beberapa murid. Sedangkan murid lainnya memandang Sumire benci.
"Untuk sekarang sensei akan memberi kalian tugas. Kalian harus menulis biodata dari teman kalian. Sensei beri waktu sampai besok. Jika ada yang tidak mengumpulkan atau mengisi tugas, sensei akan memberi kalian hukuman." Ucap Shino. Iapun meninggalkan kelas 4-C untuk memberikan akses pada muridnya.
Setelah kepergian Shino, semua murid dikelas 4-C baik laki-laki, perempuan maupun waria semuanya berkumpul di bangku sang tunggal Uchiha.
"Hime beri kami biodatamu" ucap mereka serempak.
"Ara...ara kalian ini. Baiklah, aku akan membacakan biodataku pada kalian" jawab Sarada.
"Jadi dengarkan baik-baik dan tulis dengan benar" lanjutnya semua orang di sana mengeluarkan alat tulisnya termasuk Sumire yang duduk di belakang belakang.
"Hoiii Bocah, kau jangan menulis apapun yang Sarada-hime katakan" ucap seorang gadis berambut orange pada Sumire.
"Ke-kenapa?" Tanya Sumire pada gadis itu.
"Kau tak layak mengetahui segala hal tentang Sarada-hime, karena kau anak yang tidak mempunyai Ayah, kau miskin, bahkan ibumu tak ada. Dasar menjijikan" jawab gadis itu membuat semua yang ada di kelas ini terdiam dan memperhatikan mereka berdua.
Sumire yang disebut menjijikan hanya bisa menundukkan kepalanya. Ia tidak bisa menjawab perkataan gadis itu, karena apa yang diucapkan gadis itu adalah kebenaran.
"Ara...ara sudahlah jangan membahas 'anak itu' bukankah kalian ingin biodataku." Ucapan Sarada itu membuat mereka kembali fokus pada sang Hime.
"Baiklah, kami siap mendengarkanmu Hime-sama" ucap mereka serempak.
"Baiklah. Nama lengkapku Uchiha Sarada. Ayahku mempunyai sebuah perusahaan besar di seluruh Asia, dan Ibuku mempunyai Rumah sakit terbesar di Tokyo." Ucapan Sarada itu membuat mereka terkagum-kagum.
"Seperti yang kalian ketahui, Ayah ku bernama............
To be Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Sumire no Kaa-chan
Random© Masashi Kishimoto BoruSumi SasuHina Tingkatan kasta di dunia ini memang sangat mengerikan. Orang miskin menjadi bahan permainan, membuatnya menjadi kotor dan terbuang. Orang kaya bebas memperlakukan mereka sesuka hatinya, tanpa melihat senang at...