"Di-dia...bukan siapa-siapa, kenapa kau bertanya seperti itu, Sayang?" Hoshi berucap dengan ragu.
"Tidak apa-apa kok, Baa-chan" Sumire yang tidak puas dengan jawaban sang Nenek berjalan lesu menuju kamarnya.
Mata Hoshi mengekori pergerakan Sumire. Setelahnya ia menghela nafas lega kala sang cucu mencapai kamarnya.
"Maafkan Baa-chan, Sayang" Ada sedikit rasa bersalah karena Hoshi menyembunyikan kebenaran dari sang cucu.
...
"Kenapa aku terus kepikiran sama Sasuke Uchiha? Mungkin kagum padanya ya?
Yahhh itu benar, aku hanya mengagumi sosok Sasuke Uchiha yang keren dan tampan saja tidak lebih!" monolog Sumire.
Sumire menelusupkan wajah lelahnya pada selimut kesayangan yang dipeluknya. Matanya mencoba menutup, guna mengistirahatkan tubuh lelahnya.
1 detik...
2 detik...
5 detik...
1 menit...
"Yakkk aku lupaaa!!!" Sumire membuka paksa matanya yang hampir tertidur.
Ia berlari mengambil tas sekolah yang tergantung rapi di plafon. Tangannya mengeluarkan buku tugas yang mungkin akan dibawanya setiap hari.
"Bagaimana ini? Apakah besok Shino-sensei akan menghukumku?" Tanyanya menatap sendu sebuah buku kosong di pangkuannya.
Setitik air mata mulai membasahi pipinya. Bukan masalah hukuman yang membuat Sumire menumpahkan air matanya, tapi ia menangisi takdir hidupnya. Apakah se-hina itu dirinya hingga tak ada seorang pun yang ingin berteman dengannya? Apakah di kehidupan sebelumnya ia melakukan dosa yang sangat besar sehingga Tuhan menghukumnya dengan cara seperti ini?
Dia ingin seperti anak lainnya, bersenda gurau dengan seseorang yang dipanggilnya teman. Namun lagaknya, harapan itu tidak akan terkabul untuk jangka waktu yang lama. Tapi ia akan tetap menunggu hingga seorang teman menjadi pelengkap kehidupannya.
Detik berikutnya, Sumire menghapus air matanya. Ia tak ingin membuat sang Nenek khawatir jika melihatnya menangis.
"Sumire, kau belum tidur?" suara Hoshi mengalun lembut kala dirinya memasuki kamar.
Sumire menggelengkan kepalanya guna menjawab pertanyaan Hoshi.
"Ayo sekarang kita tidur ya!" Ucap Hoshi membaringkan tubuhnya di samping Sumire dan menghadap pada Sumire.
Posisi itu membuat Sumire bisa melihat wajah sang Nenek dengan dekat.
Diusapnya pipi yang telah merawatnya sedari bayi itu. Wajah sang Nenek masih cantik meskipun telah terlihat kerutan di mana-mana.
'Aku akan selalu menjaga Oba-chan. Hanya Oba-chan yang ku punya saat ini. Beliau tidak pernah lelah untuk terus berdiri di sampingku.
Tuhan, aku mohon berilah Obaa-chan kebahagiaan yang melimpah sebagai imbalannya karena telah merawatku dengan tulus' doa Sumire sebelum tertidur.
...
05.00
Pagi hari yang dingin membuat semua orang bermalasan untuk bangun di peraduannya. Namun berbeda dengan pejuang rejeki yang bahkan rela membuang waktu tidurnya untuk mencari sesuap nasi.
Sama halnya dengan Sumire dan Hoshi. Pagi hari yang dingin bukanlah tempat mereka untuk bermalasan. Semangat yang dingin harus mereka bakar guna mencari sesuap nasi untuk pengganjal perut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sumire no Kaa-chan
Random© Masashi Kishimoto BoruSumi SasuHina Tingkatan kasta di dunia ini memang sangat mengerikan. Orang miskin menjadi bahan permainan, membuatnya menjadi kotor dan terbuang. Orang kaya bebas memperlakukan mereka sesuka hatinya, tanpa melihat senang at...