grow without dad

68 4 0
                                    

"Len, darren nangis itu" katakata yang hampir setiap hari mengisi hari ku saat keluar dari dapur semenjak dua minggu yang lalu

"Tolong bentar ya mas, aku nanggung ini" sahut ku dari dapur

Ya, kami tinggal di apartemen semenjak darren lahir, Darren Chua Wijaya , bayi lelaki yang tampan memiliki mata sipit seperti ayahnya dan memiliki kulit putih seperti ku, ahh tidak , Angkasa juga putih.

Mendengar tidak ada sahutan dari Angkasa, aku bergegas mematikan kompor lalu berjalan ke arah kamar untuk memastikan darren kembali tertidur

"Anak ayah uda melek melek aja" seruan Angkasa terdengar dari arah pintu

Ahh mereka diam karna sedang bermain rupanya, lucu dan besok aku akan merindukan pagi seperti ini

"Pantes diem ,lagi main sama ayah ya?" Tanya ku yang belum bisa dijawab apapun oleh darren

"Mas, makan dulu gih, aku mau ngasih ASI ke darren" kata ku

"Bareng aja yuk!" Kata angkasa sambil menggendong darren hati-hati lalu keluar kamar

"Sini darrennya" kata ku saat angkasa sudah duduk di meja makan

"Len,kamu nanti mau ke rumah siapa?" Tanya angkasa sambil menyuapkan makananya

"Disini aja mas, kasian ibu nanti repot" jawab ku sambil menatap wajah kecil darren

"Sendirian? Minta temenin caroline aja" saran Angkasa

"Masih kuliah loh mas, kasian juga dia cape" jawab ku tidak setuju

"Kalo ada apaapa telfon langit ya!" Perintah Angkasa yang sudah pasti tidak dapat dibantah

"Aiyay capt" sahut ku dengan suara bayi sambil menggerakan tangan kecil darren

"Sore ini berangkat ?" Tanya ku

"Hmm, jam 4 sore aku ke bandara" jawab Angkasa dengan malas

"Semangat ya ayah bawa burung besinya" kata ku sambil mengusap kepala Angkasa dengan tangan Darren

Sungguh, sebetulnya aku tidak ingin Angkasa atau Darren kehilangan waktu kebersamaannya

"Koper mas uda aku siapin, tinggal bawa aja" kata ku

Koper kali ini lumayan besar, Angkasa ditugaskan seminggu dengan rute penerbangan eropa, ntahlah aku dan darren sanggup atau tidak menahan rindu ini, kami tidak yakin

Angkasa mencium darren yang ada di pangkuan ku, darren sedang tertidur saat ayahnya akan berangkat

"Hati-hati ya mas" pesan ku kepada Angkasa saat selesai mencium tangannya

"Hati- hati juga ya Len, Darren hati-hati ya nak" katanya sambil mengusap kepalaku yang selalu berbalut kain

"Assalamualaikum,, jangan tunggu aku pulang yaa" kalimat itu selalu dia ucapkan sebelum pergi bekerja, karna kalian pasti sudah yakin apa maksudnya

Berat, itu yang dirasakan Angkasa saat meninggalkan istri dan anaknya yang baru lahir dua minggu yang lalu, rasanya Angkasa takut untuk menggapai langit lebih tinggi lagi

Ini sudah hari ke- 5 , semenjak Angkasa pergi untuk menyelesaikan pekerjaanya, aku mengerti rute penerbangan yang jauh dan padat membuat dia banyak kelelahan, dan aku memberi kewajaran saat dia tidak memberiku kabar selama lima hari ini

Hari ini, ibu ku akan mengunjungi aku dan darren, dalam rangka rindu cucu katanya, aku kalah dengan darren sekarang.

Ting...tong....

Suara bel terdengar nyaring disaat keadaan rumah sepi, darren masih tertidur, bukan aneh, tetapi itu suatu yang wajar untuk bayi seumuran darren

"Assalamualaikum" sapa ibu ku saat memasuki apartemen kami

"Walaikumsalam bu" jawab ku sambil mencium tangan ibu yang sepertinya datang sendiri

"Sehat nak?" Tanya ibu sambil menyimpan tas dan belanjaanya di meja

"Alhamdulillah, ibu sehat?" Tanya ku

"Alhamdulillah, darren mana?" Tanya ibu , aku sudah berkatakan?jika aku kalah saing dengan darren sekarang

"Di kamar atas bu, tidur dia" jawab ku sambil membawa belanjaan ibu ke dapur

"Ibu ke atas ya, mau tidur nemenin darren, gapapa?" Tanya ibu

Ya darren masih tidur di kamar ku dan angkasa, mungkim itu maksud ibu meminta izin

"Gapapa bu, aku mau beresin bekas makan ku tadi" jawab ku sambil tersenyum dan dijawab anggukan oleh ibu

Tidak berbeda dengan Ibu dari angkasa saat berkunjung ke apartemen kami, beliau dengan semangat langsung menanyakan dimana darren jika tidak aka di gendonganku, atau dia akan meminta darren agar dipindahkan ke pangkuannya saat ada di gendonganku, aku sayang kedua wanita hebat itu

"Alen, ini kayaknya darren haus" kata ibu dari arah kamar

"Iyaa bu" jawab ju sambil mengesampingkan piring yang ada di depanku

"Mana yang haus manaa?" Tanya ku kepada darren yang dijawab dengan gumaman dari seorang bayi

"Alen, kayaknya ibu pulang sekarang deh" kata ibu

"Kenapa bu?" Tanya ku tak rela, aku masih merindukan ibu

"Ayah harus berangkat ke jepang besok, dan kamu tahu apa yang harus dilakukan seorang istrikan?" Tanya ibu

"Hmm iya, hatihati ya bu , sampai rumah telfon alen" jawab ku

"Iya nak, Darren ,nenek pulang dulu ya, assalamualaikum" pamit ibu keluar dari kamar

"Dek, nenek makin cantik aja ya" kata ku kepada darren









"Hallo anak ayaah!" Itu sapaan riang dari seorang Angkasa

"Waalaikumsalam ayah" jawab ku sambil mengarahkan kamera handphone kepada darren

"Astaghfirullah lupa nak, assalamualaikum anak dan istri ayah" katanya memulai sapaan kembal

"Ayah kenapa telfon darren?" Tanya ku

"Ya suka-suka ayahlah, bunda siapa laranglarang kita ya nak" jawab nya

Sudahlah aku kalah telak jika dibandingkan dengan darren sekarang

"Mas, dimana ?" Tanya ku kepada Angkasa

"Kenapa nanya? Kangen ya" tanya nya

"Kalo ditanya tuh jawab,bukan nanya balik sayang" kataku

"Ini lagi di ruangan" jawabnya

"Ayah cepet pulang darren rindu ayah" kata ku menirukan suara bayi

"Iya nak, ayah juga tau bunda rindu ayah ya" godanya

"Mas,ga kerasakan 5 hari ditinggal darren uda bisa tariktarik kerudung ku" aku memberi penjelasan tentang perkembangan darren

"Iyaa, sampe kamu duduk juga ga enak ya sekarang, darren gamau diem" tebaknya

"Mas nebak aja bisanya, tapi bener terus" jawabku

"ASTAGHFIRULLAH!" aku memekik terkejut sampai darren yang ada dipangkuan ku menangis

Bagaimana tidak,jika kita sedang duduk bersandar di ranjang dan dipangkuan mu anak bayi berusia belum genap satu bulan lalu ada yang menepuk pundak kanan mu tibatiba

"Nah kan sini nak, kasian anak ayah nangis" katanya,, iya itu angkasa

Sungguh menyebalkan jika dia datang dengan seperti ini, tapi menyenangkan bisa melihat dia yang tadi berkata berada di ruangannya lalu tibatiba ada di sampingmu

"Assalamualaikum darren, ayah pulang nak" salamnya

My Capt.Pilot Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang