27. [Reno-Lyro - When Love Abounds]

1.1K 218 27
                                    

Reno hampir saja melajukan sepeda motornya saat retina matanya menangkap sosok yang tidak asing tengah berdiri di depan sebuah cafè. Cafè itu terletak di depan sekolah tempatnya mengajar.

Reno menghela nafas. Penglihatannya tidak begitu jelas karena kaca helm miliknya diguyur air hujan dan ia hanya memakai jaket sekarang. Tubuhnya hanya semakin basah dan rasa dingin juga menyerangnya. Tapi ia lebih memilih untuk mengendarai sepeda motornya dan mendekati sosok yang bahkan tidak menyadari keberadaannya.

Reno turun dari sepeda motornya begitu benda itu berhenti tepat di depan sosok itu dan Reno disambut oleh tatapan terkejut saat ia membuka helm miliknya.

"Pak Reno?"

Reno tidak memberikan reaksi. Ia meletakan helm miliknya ke tempat yang aman lalu kakinya melangkah mendekati sosok yang sedari tadi menatapnya. "Kamu nggak dijemput lagi?" Tanyanya.

Sosok Lyro mengangguk dengan wajah murung. Bocah itu sedikit basah di sekujur tubuhnya, rambutnya terlihat lepek dan Reno tahu sekali bahwa sosok itu tengah kedinginan. Jadi dia membuka jaket yang ia pakai dan berniat untuk memberikannya pada Lyro.

"Nggak perlu, Pak."

Kalimat itu hanya membuat dahinya berkerut. Ia menatap Lyro yang terlihat menampilkan ekspresi tidak nyaman. "Saya nggak papa, kok. Bapak nggak perlu ngelakuin itu." Sambungnya.

Reno merasa tidak menyukai akan gagasan itu. Tapi melihat Lyro yang terlihat tidak nyaman di depannya hanya membuatnya mengerti. Reno kembali memakai jaketnya ketika Lyro memekik tentang keberadaan mobil yang melaju kencang di jalanan tepat di hadapan mereka.

Tubuh Reno terbawa saat Lyro menarik tangannya dan mereka berdua berpindah posisi hingga bagian belakang tubuh Lyro menabrak dinding cafè di belakangnya bertepatan dengan genangan air yang terbang ke segala arah karena dilintasi oleh mobil tadi.

Reno mengehela nafasnya saat mengetahui bahwa tubuhnya tidak terkena genangan air tersebut. Dan ketika pandangannya jatuh pada Lyro, seketika ia mengangkat kedua tangannya untuk bertopang pada tembok di belakang bocah itu. Hanya itu yang Reno pikirkan saat melihat Lyro seperti terhimpit antara tubuhnya dan dinding tersebut.

Wajah yang memerah itu sedikit banyak membuatnya merasa khawatir. Mungkin ia terlalu keras menghimpit bocah itu. "Kamu nggak papa?" Pertanyaan itu tidak bisa ia tahan.

Kepala milik Lyro yang tengah menunduk itu menggeleng dan Reno tidak mempunyai ide kenapa wajah bocah itu malah terlihat semakin memerah. Tapi pemandangan itu bukanlah hal yang buruk baginya.

Jauh di dalam hatinya, Reno merasa bahwa ia menyukai apa yang tengah dilihatnya sekarang.

"Ayo, saya antar kamu pulang."

.

Note; please stay like this, don't f*cking change :(

S T O R I E STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang