7

2.6K 293 12
                                    

Abel Point Of View

Bel terdengar berbunyi beberapa kali secara brutal. Sudah bisa dipastikan ini ulah kak Fajar yang pulang, siapa lagi selain dia.

Aku yang sedang menonton drama sembari memakan beberapa makanan ringan langsung berlari ke lantai bawah. Dengan perasaan mengebu-ngebu dan hentakan kaki yang keras, aku sudah siap untuk mencaci maki kak Fajar saat buka pintu nanti.

"BERI— eh maap", aku segera menutupi muka dan berlari kencang ke kamar saat menyadari bahwa kali ini kak Fajar tidak pulang sendirian.

Sialan, tau gini harusnya aku dandan dulu yang cakep. Padahal ada kak Jojo, huhuhu pria idamanqu.

Ester lagi otw kesini buat main, katanya di rumah gaada orang karena semuanya pergi keluar kota. Yang ada dia malah keenakan cuci mata liatin kak Jojo beserta kaum-kaum crazy rich Ciumbrella yang tampan nan rupawan.

Bener aja, sepuluh menit kemudian suara bel kembali berbunyi. Tadinya aku mau buka pintu sendiri, tapi teriakan kak Fajar membuat salah satu dari temannya membukakan pintu untuk Ester.

Ester masuk ke kamarku dengan muka seperti habis melihat setan. Kemudian segera berubah menahan senyum.

"Gila, gue habis liat malaikat ganteng!"

Aku memutar bola mataku malas, sudah pasti kak Jojo yang membukakan pintu untuk Ester. Karena gadis ini udah naksir berat sama kak Jojo sebelum Asian Games berlangsung.

"Kok lo ga bilang sih, nyet?!" semprot Ester.

"Ya mana gue tau?! Mereka juga dateng tiba-tiba," balasku gak kalah sewot.

Kami menghabiskan waktu dengan bermain ps dan nonton vlog tidak berfaedah di youtube. Hari menjelang sore, waktu yang tepat untuk menikmati langit sembari bermain badminton di depan rumah. Mumpung kendaraan masih jarang yang lewat.

Aku melangkahkan kaki keluar kamar, dan mendapati ruang keluarga penuh dengan makanan cepat saji di atas meja.

"Buset! Banyak makanan kaga nawarin pisan," sindirku pada kak Fajar yang terlihat sedang asik menggigit ayam.

"Lo mendem mulu si, lagian gue gaada duit cuk."

"Kayanya emang lu ga sayang gue lagi ya kak, sudahlah diriku ini memang bukan adikmu," aku meninggalkan ruang keluarga dengan sok dramatis.

Padahal perut keroncongan banget gara-gara belum makan siang, persediaan bahan makanan udah habis dari dua hari lalu. Duit pun juga udah habis gara-gara bayar utang ke Ester waktu tanggal tua.

Aku dan Ester membuat net ala-ala menggunakan sendal, dan tentunya kami bermain dengan bertelanjang kaki. Di rumahku pasti ada salah satu raket milik gadis itu, saking seringnya dia main ke rumah. Begitupun salah satu raketku berada di rumahnya.

Para kaum crazy rich Ciumbrella menyusul kami ke depan rumah saat menyelesaikan makannya. Sekedar nongkrong duduk di trotoar dan terkadang bergantian main badminton dengan kami.

"Sini lo berdua lawan gue sama Jombang!" tantang kak Fajar dengan muka tengilnya. "Mau turnamen kan? Kalahin gue dulu kalo bisa."

Aku tertawa renyah, kak Fajar kalo udah tengil emang bikin pengen nampol mukanya. Turunan banget dari ayah yang banyak gaya, pantesan anaknya modelan macem gini.

Ester tak bisa menahan senyumnya, sebab sedaritadi kak Jojo terus memperhatikan gaids itu dengan intens.

Rupanya melawan kak Fajar dan kak Rian merupakan hal yang menyenangkan, kami jadi mendapatkan pengalaman baru lewat mereka.

"Awas nih gue smash!" teriak kak Fajar semangat.

Aku sudah siap dengan posisi, sebab arah smash kak Fajar benar-benar mengarah padaku. Dia memukul kok dengan kencang, arahnya menuju tepat ke tangan kananku, namun aku tetap harus agar mengejarnya karena terlalu kanan.

Kok berhasil aku pukul kembali, namun kaki-ku tersandung oleh kaki-ku yang satunya lagi hingga membuat diriku jatuh berguling hingga masuk ke dalam got.

Sial!

"EH DEK! YA TUHAN!"

Sialnya lagi, got dalam keadaan basah, dan aku terlalu lemas untuk bangun sendiri.

"Ih ya tuhan, maapin gua dekk ga sengaja ini mah suer!" kak Fajar dan yang lainnya menghampiriku hang masih terduduk di dalam got penuh air.

Bukan hanya rasa sakit yang kurasakan, namun malu, sangat malu!

"Yah dek, itu kaki sama sikut lo berdarah tuh!" ujar kak Kevin.

"Yaiya tau! Ini gaada yang mau bantuin aku keluar dari sini?!" ujarku sewot. Habisnya mereka sedaritadi hanya melihat saja tanpa membantu.

Bersamaan dengan protesan-ku tadi, kak Rian segera turun ikut masuk ke dalam got dan menggendongku. Tak peduli badannya yang ikut basah terkena air kecoklatan, dia menggendongku ala bridal.

Kak Rian membawaku masuk ke dalam rumah, sedangkan kak Fajar mencari kotak P3K ke dapur. Yang lain hanya menatapku sembari menahan tawa, apalagi kak Kevin dengan muka tengil nya, rasanya ingin aku tampol.

"Ketawa aja yang kenceng," sindirku pada mereka.

Wajar sih mereka pengen ketawa. Keadaanku sekarang seperti orang gila yang belum mandi setahun. Rambut yang kusut, baju yang sobek akibat jatuh, dan badan kotor penuh air got. Kurang sial apa lagi hari ini.

"bersihin dulu ya lukanya," ujar kak Rian.

Dia membersihkan luka dengan air, lalu alkohol yang membuatku menjambak rambut Ester sekuat tenaga.

"Anjir Bel, lo ngutang jambak ya sama gue!" protesnya.

Pengobatan di akhiri dengan betadine. Kak Rian menatapku, lalu mengelus rambutku dengan lembut.

"Lain kali hati-hati ya Arabelle?"

🏸

aku butuh voment kalian gaes, sepi bgt huhu
Kan aku jadi gak semangat:(

Mind ; Rian ArdiantoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang