"Buset Jom, lu baru jalan sekali aja udah ke gep, payah!"
Baru aja Rian memasuki kamarnya, sudah banyak manusia-manusia rich ciumbrella ngemper di lantai sambil main pabji. Mereka sengaja kumpul buat wawancara kencan pertama Rian.
"Iyaiya tau yang sama ci Mitzi adem ayem mah," balas Ihsan.
"Sampe lupa gue kalo si Onik punya cewe, gue kepret lu kalo mainin adek gue!" omel Fajar sambil jitak Ginting yang duduknya di bawah dia, sedangkan dia tiduran di kasur Rian.
Rian menghela nafas lelah. Rencananya dia mau telfonan sama Abel, eh kamarnya malah rame kaya mau tawuran.
Rian mengganti baju nya karena berkeringat, gak lupa buat cuci muka dan gosok gigi sebelum tidur. Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi para manusia ini tidak ada tanda-tanda kembali ke kamar masing-masing dalam waktu dekat.
"Sini elah Jom! Mau di wawancara juga!"
"Apaan sih Jo, gajelas."
"Biar bisa double date Jom," balas Jojo.
Kevin melempar Jojo dengan bantal, "sombong bat yak yang udah jadi!"
Rian berbaring di kasurnya yang udah agak penuh karena ada Fajar dan Ihsan. Dia ngecek hapenya, dan ternyata Abel udah izin buat tidur duluan ke dia.
Rian mematikan ponselnya, percuma main hape kalo gaada chat dari Abel, pikirnya. Hilih.
"Ga pabji nih jom?"
Rian menggeleng malas, dia hanya mau tidur. Besok latihan berat telah menanti, apalagi seharian ini dia agak lelah.
"Jom, gue saranin aja nih ya, cepet-cepet kasih status deh! Adek gue banyak bat yang demen."
Rian memutar bola matanya malas, dia pikir status tidak begitu penting bila mereka suka satu sama lain. Lagipula dia yakin Abel bisa jaga hati kok.
"hih batu bat bocah dibilangin, cewe gasuka di gantungin Jom!"
Lagi-lagi Rian hanya mendiamkan saran dari Ginting. Dia memejamkan matanya dan menuju alam mimpi.
🏸
Abel segera membuka matanya saat bel rumahnya berbunyi berkali-kali. Hari sabtu sudah pasti dia libur, sedangkan bunda ke rumah sakit dan ayah ikut perkumpulan bapak-bapak komplek.
Gadis itu menyusuri anak tangga secara perlahan karena belum sadar sepenuhnya. Saat membuka pintu, terpampanglah wajah Alvaro dengan senyum sumringah khasnya itu.
"Selamat pagi Arabelle!"
Abel mengucek matanya, "kenapa Var, latihan masih nanti sore." lalu gadis itu menguap.
"Buset bau jigong. Kenapa? ga boleh gue kesini? Sombhong amat!" cerocos Varo. "Btw mana ayah bunda?"
"Kerja."
Abel menjawab Varo dengan singkat, entah mengapa lagi males aja buat ngobrol sama orang. Lagian orang lagi asik-asik tidur malah di ganggu.
"Bel, masih marah sama gue ya?"
Abel kembali menguap, "ha apaan si, engga."
"Jangan jutek-jutek ngapa bel,"
"Bukan jutek Var, lo tau sendiri kalo gue lagi tidur kaya snow white."
Alvaro hanya nyengir tanpa rasa bersalah. Abel segera mempersilahkan lelaki itu untuk memasuki rumah dan menuju ruang tamu. Di tangannya sudah terdapat ketoprak mang Eda, favorit Abel.
"Cuci muka, gosok gigi, cuci tangan gih! Hush!"
"Buset bawel bat ya kaya emak gue."
Abel segera menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya sekilas, biar ga jelek-jelek amat lah ya. Hp nya dia tinggal di meja, bertepatan dengan panggilan masuk dari Rian. Rian tau, pasti Abel telat bangun dan lupa solat subuh, jadi dia suka nelfon Abel biar gadis itu bangun.
Alvaro melihat layar hp Abel yang berbunyi, 'KakRian🙈' nama yang tertera di hpnya.
Alvaro mendidih, pastinya dia masih punya rasa sama Abel yang udah dia kenal dari smp itu. Bisa-bisanya Abel langsung kepincut sama orang yang baru dia kenal, pikir Varo.
Tanpa pikir panjang Varo segera mengangkat telfon dari Rian.
"Assalamualaikum Rey"
"Waalaikumsalam"
"Loh? Ayah ya?"
"Bukan, Varo, cowonya." jawab Varo ketus.
Rian terdiam, namun agak menahan tawa. Dia yakin seratus persen Abel gabakalan mudah untuk pindah hati dalam waktu secepat itu.
"Freya ada?"
"Ngapain nelfon?"
Sungguh, sikap Varo memang sangat kekanakan.
"tolong ingatkan dia untuk shalat duha."
"iya tar gue sampein. Dan oh iya, jangan lo pikir mentang-mentang atlet terkenal bisa rebut Abel dari gue ya bang. Ayo bersaing secara sehat!"
Dan panggilan pun di akhiri oleh Varo sebelum Rian mengucapkan salam.
Di sisi lain Rian menatap layar hpnya cengo. Ga nyangka temen Abel yang satu itu bakalan ngomong setengil itu sama orang yang lebih tua darinya.
"Ngapa lo Jom?" tanya Kevin saat dia ke pinggir lapangan untuk beristirahat.
"Menurut lo, gue bakalan kalah ga sama anak SMA?"
Kevin mengelap keringatnya, lalu meminum air putih beberapa teguk. "Ngapa? Si Abel ada yang ngejar juga?"
Rian hanya mengangguk.
"Makanya denger saran Fajar, mampus lo!" ledek Kevin, lalu menjulurkan lidahnya san berlalu pergi sebelum di sembur air oleh Rian.
Rian mulai panik. Ga, dia gabakalan kehilangan wanita yang dia sukai untuk kedua kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mind ; Rian Ardianto
FanfictionFreya Arabelle punya sebuah kekuatan aneh. Dia bisa membaca pikiran seseorang ketika mengkonsumsi susu. Efek tersebut akan hilang satu jam setelah meminumnya. Secara tak sengaja, dia mengetahui rahasia dari seorang Rian Ardianto, partner badminton...