O2 | ALESH, TEGAS ATAU GALAK?

195 101 5
                                    

Setelah dua puluh menit membelah jalanan kota Bandung, akhirnya Alesh dan Billie sampai di kediaman keluarga Alesh. Rumah yang dibeli dari hasil jerih payah papa Alesh ini bukanlah rumah yang megah bak istana, tapi cukup nyaman untuk keluarga kecil mereka.

"Kamu duluan aja, biar saya yang bawa belanjaan ke dalam," ucap Alesh setelah berhasil melepas seatbelt Billie.

Posisi mereka yang begitu dekat membuat Billie dapat mencium aroma parfum Alesh yang membuatnya selalu nyaman berada di sisi lelaki itu. Billie tak menjawab pertanyaan Alesh, melainkan hanya menatap lelaki itu dan mengangguk. Ia lalu mendorong pelan dada Alesh untuk menjauh sedikit darinya, kemudian ia keluar dari mobil.

"Kak Billieee!"

Baru saja Billie keluar dari mobil, seorang bocah laki-laki datang memeluk tubuhnya dengan heboh. Seolah Billie adalah satu-satunya korban pesawat jatuh yang selamat dan baru saja pulang ke rumahnya.

"Aduh, Neo, ngagetin aja!" ucap Billie sambil mengelus dadanya perlahan. Sedangkan Neo yang sudah melepas pelukan hanya menatap Billie sambil nyengir kuda. "Ada apa sih, kok tiba-tiba kamu lari terus meluk kakak gini?"

Neo mengarahkan telunjuknya ke pintu rumah yang terbuka.

Tahu betul apa maksud Neo, Billie pun menggeleng-gelengkan kepalanya. "Pasti berantem sama Kak Gerry lagi," ucap Billie yang langsung direspon anggukan kepala oleh Neo.

Tentu saja Billie tahu apa yang terjadi. Neo dan Gerry memang sering bertengkar, namun bukan pertengkaran yang parah. Hanya saja Gerry senang sekali menggoda Neo hingga menyebabkan pertengkaran kecil terjadi diantaranya.

"Kak Gerry masukin tikus mainan ke dalam gelas susu Neo!" ucap Neo seolah mengadu pada Billie. Kasihan sekali dirinya sering menjadi sasaran keusilan abangnya sendiri.

"Ya ampun!" Billie menepuk jidatnya. Tak habis pikir dengan kelakuan Gerry yang sangat usil dengan Neo, padahal usianya sudah menginjak tujuh belas tahun. Sudah bukan masanya untuk bersikap kekanak-kanakan seperti itu, apalagi menjahili adik bungsunya yang baru saja masuk taman kanak-kanak.

"Kenapa, Bil?" tanya Alesh yang ternyata sudah selesai mengangkut semua belanjaan dari bagasi mobilnya. Kini tangannya penuh dengan paperbag.

"Ini si Neo ngadu kalau dia diisengin lagi sama Gerry. Masa susunya dicelupin tikus mainan? Kasian tau. Marahin tuh adik kamu si Gerry!" jawab Billie sambil mengelus rambut Neo.

"Ck, masih aja iseng itu anak," decak Alesh kesal. "Ya udah, masuk dulu yuk. Nanti saya marahin si Gerry sampai kapok!"

Billie dan Neo mengangguk pelan lalu mengikuti langkah Alesh memasuki rumahnya.

"Pokoknya Bang Alesh harus marahin Bang Gerry ya! Nggak boleh enggak!" pesan Neo tegas. Ia lalu menarik tangan Billie menuju kamarnya.

"Lesh, aku ke kamar Neo dulu ya. Kayaknya dia mau ngajak aku main. Dahhh!" ucap Billie sambil melambaikan tangannya pada Alesh.

"Iya, temenin Neo gih, kasian dia abis diisengin Gerry. Belanjaan kamu nanti saya antar ke kamar." Alesh lalu meninggalkan ruang tamu. Ia berniat untuk 'melabrak' adik keduanya---Algerryo Kanaka. Lelaki itu pasti sedang bersantai di kamar sambil membalas chat dari para gebetannya. Maklum, Gerry memang terkenal playboy di kalangan teman-temannya.

Setelah sampai di depan kamar Gerry, Alesh langsung mengetuk pintunya dengan keras.

"Buka pintunya, Ger!" teriak Alesh dari luar kamar.

"Etdah bentar, Bang! Lagi asik nih gua!" sahut Gerry dari dalam kamar yang berhasil membuat Alesh naik pitam. Ia lalu menggedor-gedor pintu kamar Gerry dengan membabi buta.

"Buka atau saya bikin kamar kamu nggak ada pintunya lagi?" ancam Alesh. Ia tidak perlu bersusah payah teriak-teriak seperti mamanya saat membangunkan Gerry. Karena jika Alesh sudah memberikan dua opsi seperti itu, sudah dapat dipastikan tidak lama lagi pintu kamar Gerry akan terbuka. Siapa yang tidak takut diancam dengan nada suara mencekam seperti itu?

Ceklek!

Pintu kamar terbuka. Kepala Gerry menjulur keluar, memperlihatkan wajah tampannya yang justru lebih kelihatan tengil di mata Alesh.

"Buset dah, kaga sabaran amat, Bang! Gua lagi asik di dalem, lu malah gedor-gedor pintu," ucap Gerry kesal.

"Kamu apain Neo?" Alesh langsung bertanya tanpa basa-basi. Wajahnya datar tanpa ekspresi, namun cukup membuat nyali Gerry ciut untuk sekadar menatap matanya.

"Ya elah si bocil kerjaannya ngadu terus," ucap Gerry sambil memijat pelipisnya. "Padahal cuma gua isengin pake tikus mainan."

"Kan udah sering saya ingetin, jangan suka lampiasin kegabutan kamu ke Neo. Saya tau kamu seneng banget isengin dia karena bosen di rumah nggak ngapa-ngapain, kan?" tanya Alesh. Sorot matanya tajam saat menatap lawan bicaranya.

"Nah itu lu tau, Bang, alesan gua apa. Ngertiin gua dikit lah. Homeschooling tuh bikin gua bosen, jadinya karena nggak ada kerjaan, ya udah dah gua gangguin aja si Neo." Gerry menjawab dengan wajah tanpa dosa. Seolah alasannya tersebut cukup kuat untuk membebaskannya dari 'labrakan' Alesh.

"Yang minta homeschooling ke papa siapa?" tanya Alesh.

"Gua lah, masa elu," jawab Gerry.

"Nah, tanggung sendiri akibat dari permintaan kamu. Pokoknya awas kalau sampai Neo ngadu ke saya lagi kamu masih isengin dia. Udah, saya mau naro belanjaan ke kamar Billie dulu. Ingat-ingat omongan saya," ucap Alesh. Ia berbalik badan lalu melangkah pergi ke kamar Billie.

Melihat punggung Alesh sudah cukup jauh dari pandangannya, Gerry pun menghela nafas lega. "Gini ya kalo punya abang yang ngomongnya formal. Tiap dinasehatin berasa lagi interview kerja. Buset, sampe deg-degan jantung gua!"

[✔] BetrayalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang