Pagi itu, aku tidak melirik depan rumahnya, aku juga tak melihatnya seperti biasa. Tiba disekolah pagi-pagi aku sudah di uji kesabaranku, kulihat dia datang bersama Ani pacar barunya satu sekolahku. Seperti teman yang lain bersorak dengan kata cie-cie akupun ikutan. Aku kaget, Ali melirikku dengan tatapan sinisnya, aku tak tau apa salahku sehingga dia mentapa begitu, seharusnya tatapan itu aku yang lemparkan padanya bukan malah sebaliknya, sungguh aku sangat emosi pagi itu.
Saat tiba dikelas di mendekatiku dan menrik tanganku keluar kelas, aku melihat Ani, aku tak tau apa yang dipikirkan Ani padaku karena pasti dia juga tau bagaiman hubunganku dengan Ali bahkan guru-gurupun disekolah juga tau bagaimana dekatnya aku dengan Ali, lalu tiba-tiba mereka menjalin hubungan. Aku tidak membenci Ani karena dia juga salah satu temanku.
Ali menarik tanganku begitu kuat dan membawaku kesamping sekolah yang sunyi dari siswa yang lain.
"kamu kenapa ikut-ikutan cie-ciein aku dengan anak-anak yang lain?"
Aku baru mau menjawab dia malah melanjutkan bicaranya yang ketus padaku.
"kamu bahagia banget ya, lihat aku pacaran dengan Ani, kamu kayaknya senang banget ya, kamu akan bebas dan nggak akan aku gangguin lagi. Itukan pikiranmu?, ia?, ngaku aja kamu ya?."
Matanya tajam menatapku. Apa yang harus aku lakukan, haruskah aku jujur dengan perasaan ini atau aku harus mengelaknya, oh Tuhan tolong hambamu, aku takut.
"memangnya apa alasanku aku harus bersedih kalau kamu pacaran dengan perempuan lain, bukankah harusnya aku juga bahagia temanku bahagia, kenapa aku harus sedih, terus aku ikut-ikutan karena memang sudah biasa aku gituin kamu kan, kenapa baru nanya. Udah lepasin tanganku sakit." Jawabku sedikit terbata-bata dan ketus untuk menyembunyikan kegugupanku depannya.
"okey kalau itu maumu, kamu bahagiakan, aku akan memperlihatkan kalau aku bahagia dengannya, semoga kamu nggak akan cemburu?." Ucapnya.
"pasti dong aku akan ikut bahagia dan semoga kamu bahagia, tapi maaf aku nggak akan cemburu tuh hanya lihat kamu sama dia, udah yah aku mau masuk kelas, sebentar lagi bell bunyi. Bye." Ucapku lebih ketus sebelumnya.
Aku melangkah meninggalkan dia dan tiba-tiba dia memanggilku.
"hey, gendut tunggu"
"ia apa lagi, mau ngajak berantem lagi?, nanti jam istrahat ya", jawabku sambil mengejek
"jangan berubah, aku mau kamu tetap sama". Menatapku.
Jujur, baru kali itu kau melihatnya dia menatapku dengan dalam yang tak kutahu kenapa beda dengan tatapan dia sebelumnya.
Aku hanya menganggukkan kepala dan tersenyum kepadanya sambil perlahan aku meninggalkan tempat itu.
Setelah jam pertama berlalu Ali kembali seperti sedia kala yang masih menjahiliku,
dia masih sering menggangguku seperti mendorong kepalaku atau menyodorkan pulpennya kepinggangku agar aku kaget dan berteriak.
Syukurnya Ani juga santai menanggapi itu, katanya sih karena aku dengan Ali hanya sebatas teman, mendengar kata itu keluar dari mulutnya, akupun mengiyakannya.
Setiap hari aku melihat mereka bermesraan, jangan tanyakan kau bagaimana, aku sakit namun lama-kelamaan aku sudah terbiasa. Ali pun tidak berubah padaku dia masih tetap jahil dan suka curhat termasuk tentang Ani dan pacarnya yang lain, ya dia tidak hanya punya satu pacar tapi aku juga tidak mengatakan itu pada Ani, aku takut dia kecewa apalagi mereka baru pacaran, biarakan Ani tau sendiri, aku tidak ingin ikut campur dalam drama cinta mereka.
Next.......
YOU ARE READING
LOVE TWO WEEKS
القصة القصيرةsatu hal yang harus kulakukan adalah memberinya selamat atas kebahagiaan dan kehidupan barunya. jangan cuma dibaca ya tapi di follow juga, mungkin kita bisa berteman baik. selamat membaca, semoga bermanfaat. -Rasa dalam balutan rahasia part 2- Say N...