Rindu Nyata yang Fiksi

9 0 0
                                    

Malam tadi, aku tertidur lelap..
Sangking lelapnya aku tidak bisa terbangun masuk ke dalam realita hidup.

Terjebak di dalam mimpi, tidak nyata, namun mungkin lebih berarti?
Terjebak di dalam mimpi, tidak nyata, namun di dalamnya aku lebih menerima kenyataan?

But hei, seketika aku diredam, sampai masuk terasa mengalir dan mengalir menyeluruh menusuk namun tak sakit hingga masuk ke dalam otak.

Bagaikan pertanda, atau juga sinyal. Seakan-akan aku terpanggil untuk bangun lagi ke dalam dunia nyata.

Akupun bangun.

Tepat pada jam 12 malam..

Namun tidak seperti biasanya, kali ini aku tidak mendengar kesunyian lagi. Namun deruan air yang berasal dari Tuhan, hujan.

Membasahi bumi ini, yang aku diami. Kesunyian itu sudah pindah di dalam hatiku. Bagaimana bisa?

Karena bukan soal raga, namun ternyata aku sadar ini soal perasaan, ini soal roh!

Hati kecilku, kesepian, mendengar suara deru hujan pada jam 12 malam, seakan aku merindukan sebuah hal yang bahkan aku tidak pernah mengerti apakah hal tersebut. Apakah ini hanyalah sebuah imaji otak karena di dalamnya penuh fiksi?

Namun kurasa tidak, ada yang benar-benar kurindukan. Atau lebih tepatnya aku tercengkeram karena deruan hujan?

Ah, jam 12 malam terbangun renungku berlangsung hingga jam set 1 malam. Dan akupun tersadar ini sudah berganti hari.

Aku memiliki kenangan lama, yang memang terkadang kurindukan. Namun bukan itu pula yang mendatangiku ketika deru hujan tadi.

Yah, deru hujan ini mulai menipis suaranya, aku tidak bisa mendengarnya sejelas tadi. Ku lihat melalui teras bahwa jalanan depan kosku basah. Namun sudah berhenti dibasahi. "Ku rasa besok sudah kering" gumamku sambil tersenyum.

Aku merindukan perubahan. Sama halnya ketika deru hujan datang, membasahi, meninggalkan. Hilang. Tapi lebih dari itu.

Karena yang aku inginkan, hal yang dapat meresap di dalam diriku, namun tidak menguap keluar walaupun sederas apapun air mengalir dari diriku.

Aku merindukan sesuatu. Kamu? Bukan? Aku? Bukan? Ah, ini hanya deruan air hujan. Aku rindu... Namun hujan ini sudah berhenti. Yang selanjutnya akan datang, tapi semoga tidak menguap dan hilang.

Shendy's PerspectiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang