Pagi yang indah untuk mengawali hari,walau suasananya agak mendung tapi kesejukan itulah yang membuat pagi itu terasa begitu indah.
Wulan terbangun dari tidurnya dan mulai bersiap untuk sekolah,hanya butuh 15 menit untuk Wulan mempersiapkan diri,kini Wulan hanya tinggal sedikit menyapukan bedak di wajah manisnya.
Wulan turun untuk sarapan, didengarnya suara bell berbunyi namun belum ada yang membukakan pintu,dengan langkah santai Wulan mendekati pintu lalu membukanya.
Ceklek.
"Om Arya" Wulan segera mempersilahkan Arya masuk.
"Masuk om"
"Oh ya makasih lan,emm..salisnya ada lan?" Tanya Arya sambil celingukan mencari adik yang pernah ia sakiti.
"Ada kok om,lagi di dapur bantu bibik kali" perbincangan antara wulan dan Arya berhenti karena mereka telah tiba di meja makan.
"Duduk dulu om,aku panggilin mama dulu"
"Oh iya"
"Mama...ada om Arya" teriak Wulan setelah sampai di dapur.
"Ngapain dia kesini" sahut Salis sinis.
"Nggak tau ma,temuin aja dulu kasihan udah jauh-jauh kesini"
Salis keluar untuk menemui Arya di meja makan dengan wajah yang kurang bersahabat.
"Ada apa,cepet ngomong kalau udah segera keluar" ucap Salis sinis yang hanya dibalas senyum simpul dari Arya,sudah bertahun-tahun Arya mendapat perlakuan seperti ini dari Salis,jadi hatinya sudah terbiasa.
"Gue kesini mau sarapan bareng sama Lo" Arya tersenyum simpul.
"Jelin nggak ngasih lo makan? Kenapa nggak minta masakin adik kesayangan Lo aja?" Nada membentak keluar dari mulut Salis, sesungguhnya Arya tersakiti oleh kata-kata pedas itu tapi ia kembali berfikir bagaimana dirinya dulu memperlakukan Salis, mungkin ini belum seberapa.
"Enggak juga,gue cuma mau makan bareng Lo aja,"
"Gue sibuk" Salis bangkit dari tempat duduknya dan meninggalkan arya sendirian di meja makan.
Wulan datang dengan membawa dua cangkir kopi yang satu untuk dirinya sendiri dan satunya lagi untuk pamannya Arya.
"Ini kopinya diminum dulu om" ucap Wulan sambil menyodorkan secangkir kopi kehadapan Arya.
"Makasih lan,kamu juga minum kopi? Kamu kan cewek lan" Arya mulai meneguk kopi hitam buatan Wulan.
"Iya om,saya suka kopi apalagi kopi hitam"
"Kopinya mantab lan,kamu pinter banget bikinnya." Puji Arya setelah menaruh cangkir kopi diatas cawan.
"Ah om Arya bisa aja,ini kopi biasa aja kali om" Wulan sedikit tersipu dengan pujian Arya.
"Eh,papamu keluar negeri lagi lan?"
"Iya om,tadi gimana bicara sama mama? Mama masih cuek?" Wulan bertanya setelah meletakkan cangkir kopi yang hanya tersisa separuh cangkir keatas cawan.
"Iya,om harus gimana lagi lan,mama kamu itu orangnya keras kepala,susah banget diambil hatinya"
"Emang kenapa sih om,kok mama Sampek segitunya sama om Arya?" Rasa penasaran mendorong Wulan untuk menanyakan hal yang tidak pernah dijawab oleh siapapun,termasuk Arya yang memilih untuk pamit setelah mendengar pertanyaan Wulan.
"Aduh om lupa,om harus balik ke kantor ada meeting penting nanti salamin ke mama ya" ucap Arya yang langsung bangkit dari tempat duduknya dan menggelanggang pergi meninggalkan kediaman eskalibert.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAWANG WULAN
RomanceCerita hidupku tidak seperti mama yang disia-siakan keluarganya,hidupku lebih rumit dengan begitu banyak hati yang sempat singgah sampai akhirnya salah satu hati itu berambisi memilikiku sendiri,masih terngiang di telinga ku saat ia mengatakan "kala...