Kesempatan, dari Semesta.

41 1 0
                                    


"Untuk apa dirimu seperti ini Ran ? apa sebenarnya kau masih menaruh harapanmu kepadaku ? apakah kau masih ingin mempercayakan perasaanmu kepadaku ? setelah semua yang aku lakukan padamu ?" – pikir Tiara sambil melihat Randi yang masih mengharapkan jawabannya

"kok malah diem ra......"

Tiara masih terjebak dengan pikirannya sendiri, pikiran antara mengiyakan atau menolak ajakan Randi yang ingin mengantarnya pulang, ia takut. Takut dengan kenyataan yang akan terjadi jika ia mengiyakan permintaan Randi akan membuat Randi kembali menaruh harapan kepadanya, takut akan kenyataan tentang seseorang yang sudah ia sakiti bisa kembali menaruh perasaan kepadanya, walaupun sebenarnya Tiara tau bahwa perasaan Randi kepadanya juga belum pudar, dan Tiara yang masih penasaran akan sosok Randi yang belum seberapa ia kenal.

" Maaf Ran, sepertinya aku tidak bisa mengiyakan permintaanmu." –balas tiara sambil menatap Randi yang mengharapkan permintaanya dikabulkan.

" Kau takut karena aku akan mempunyai harapan lebih kepada mu? Tenang saja, aku sudah paham posisi ku yang sebenarnya sekarang, setidaknya, untuk sekarang aku mengerti. Aku hanya tak ingin kamu kenapa – kenapa dijalan, tau sendiri jalan rumahmu gelap dan seram, masa iya kamu mau pulang sendirian ?" –ejek Randi

"Bukan itu Ran, aku tak ingin merepotkanmu saja."

Tentu saja Tiara berusaha mengelak dari jawaban Randi, ia juga tak ingin Randi mengerti apa yang diinginkan perasaannya. Jauh di hati kecil Tiara, sebenarnya juga tak ingin untuk menolak Randi, seseorang yang pernah membuatnya tersenyum setelah sekian lama tak merasakan hal itu.

"Sudahlah, aku tak merasa direpotkan. Ayo berangkat!" balas Randi sambil menarik tangan Tiara tanpa memperhatikan sikapnya yang seraya menolaknya.

Genggaman ini, kehangatan ini, ternyata masih bisa aku rasakan ya.

Seperti kapas yang dibawa oleh angin, dirinya sudah terbawa bersama Randi yang sedari tadi telah menggenggam tangannya. Tiara akhirnya mengiyakan, karena menolak pun dia tau tidak ada gunanya, hanya satu kalimat yang terbesit di pikiran Tiara,

Semesta, mengapa kau memperbolehkan hal ini terjadi? 


Saat sesampainya ditempat parkir, Tiara melepaskan genggaman Randi yang sedari tadi ia rasakan secara tak sadar genggaman itu sebenarnya semakin kuat seperti tak mau melepaskan satu sama lain, seperti genggaman yang pernah Tiara rasakan dahulu. 

Ternyata, helm Kesuma yang ditaruh di motor Randi tidak diambil, mungkin Kesuma tahu akan terjadi hal seperti ini, Suatu kesempatan yang diberi oleh Semesta untuk memulai lagi sesuatu yang sempat berakhir.

"Kamu pakai helm Kesuma ini tak apa ya ?" –ucap Randi yang melihat Tiara diam sedari tadi.

Ia tahu, bahwa jauh di lubuk hatinya, Tiara juga menginginkan hal yang sama, hanya saja Tiara tak mau untuk mengakuinya, dan Randi juga tak ingin membuatnya tak enak kepadanya.

"O-oh iya enggak papa kok" – balas Tiara yang sedari tadi terdiam

"Kok aku malah terima – terima saja ya, bukannya seharusnya aku mengembalikan helm ini kepadanya dan aku pulang sendiri? Apa yang terjadi, kenapa aku menjadi seperti ini, kenapa aku menjadi serasa terhipnotis dengan semua perkataan darinya? Apa memang hal ini yang diinginkan Semesta?"

Tiara berbicara sendiri didalam hatinya yang masih tak menyangka bahwa nyatanya sekarang ia akan diantarkan pulang oleh seseorang yang pernah ia sakiti dan pernah membuatnya nyaman secara bersamaan.

"Yaudah, nunggu apa? Ayo naik masa mau berdiri disitu terus ?" – ucap Randi yang sudah menyalakan motornya dan siap untuk berangkat.

"Iya, Ran."

Terbuka lagi sudah, susunan – susunan memori yang ingin kututup rapat, karena angin malam yang sudah menerpa, membuatku terlena akan adanya dirimu, yang dahulu sempat kuminta untuk meninggalkan duniaku. apakah ini yang terbaik bagi kita? atau pada akhirnya hal ini akan menuntun kita berjalan menuju tempat yang sama? lebih tepatnya sama - sama meninggalkan.

- part 4(selesai)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pintu Masa LaluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang