Bab 3 tidak akan pernah jatuh cinta

311 8 0
                                    

Setelah 3 bulan menjalani proses ta'aruf kini mereka akan ditanyai bagaimana proses selanjutnya. Akankah sampai jenjang pernikahan atau tidak. Awalnya afal kepesantren untuk mencari ilmu dan kini semua itu gagal karena fokus afal menjadi terpecah antara harus menikah dan menuntut ilmu.

Sejak awal afal itu sudah berkomitmen kalau dia itu tidak akan menikah selama saat menuntut ilmu. Tapi kini semuanya malah berbalik sebaliknya. Karena menurut afal wanita itu hanya membuat semuanya menjadi kusam saja.

Menurutnya wanita itu memang perlu disayangi tapi beda lagi kalau menurut aslan pakarnya sang ahli cinta. Membina hubungan itu harus ada cinta, meski begitu banyak yang bilang cinta mah da nuturken, so afal tidak pernah percaya dengan kata kata itu toh buktinya waktu ta'aruf sama ajwa dia tidak pernah mencintainya.

Mulai hari ini, jam ini, menit ini, detik ini, afal tidak akan pernah jatuh cinta, karena jatuh cinta itu hanya membuat semua orang terlihat lembek dan afal tidak suka itu.

"Jadi apa kalian sudah siap melanjutkan kejenjang berikutnya." ucap kakek aziz kepada afal dan afal yang ditanya malah diam tidak bergeming sama sekali, kini semua orang matanya tertuju padanya.

"Fal, kok kamu diem aja sih sayang." ucap mamah, memegang pundak anak satu satunya itu dengan hangat.

"Eh maaf mah tadi afal gak fokus." ucap afal mengeles padahal ia sangat begitu memikirkan masalah perjodohan ini.

"Jadi gimana nak afal apakah nak afal akan melanjutkan hubungan ini kejenjang yang lebih serius lagi atau tidak." ucap kakek aziz mengulang kembali kata katanya.

'Kenapa cuma afal doang coba yang ditanya, kali kali tanya si ajwa kek, kali aja dia mau jawab engga' batin afal.

"Fal, ko diem lagi sih." ucap mamah afal, melirik kepada anaknya dan menepuk pundaknya kali ini agak keras hingga afal terkejut dan spontan mengatakan.

"Iya." ucap afal dengan nada spontan.

"Alhamdulillah, berarti kita tinggal nunggu akad aja ya, biar masalah dekorasi dan semuanya bisar saya yang urus kek." ucap mamah afal bahagia, terlihat diwajahnya untuk pertama kalinya melihat mamahnya seperti ini.

Karena baru tersadar afal langsung memijat kepalanya, seperti orang pusing. Kini dia salah mengambil keputusan gara gara spontan berbicara barusan. Rasanya afal ingin terjun payung kalau kek gini mah.

Setelah keluarga ajwa dan keluargaku membicarkan tentang resepsi, mereka pulang dan hanya menyisakan afal sendirian di pesantren. Afal bingung harus menolak dengan cara apa lagi dan sudah tidak ada waktu untuk menolak lagi, karena sebentar lagi acara akad akan segera dilaksanakan.

Pria yang biasanya berjalan dengan gagahnya, kini dia berjalan sempoyongan seperti orang habis meminum minuman beralkohol.

Di dalam kepalanya terus saja berputar putar tentang pernikahannya dengan ajwa yang sudah dekat. Hatinya bilang hentikan dan pikirannya bilang lanjutkan, jadi afal harus memilih hati atau pikirannya?.

"Woy fal lo kenapa jalannya sempoyongan kaya gitu." tanya afal heran, bukannya hanya orang mabok saja yang jalannya sempoyongan?.

"Saya gak papa jangan ganggu saya." ucapnya sambil membuang kertas sembarangan yang sedari tadi ia pegang terus terusan.

"Lo buta atau emang lo bego sih." ucap seorang wanita yang alan dan afal pun tidak tau siapa dia.

"Gue masih normal." ucap alan asal, alan menyipitkan matanya melirik wanita itu dari atas sampai bawah, wanita itu terlihat cantik dengan balutan hijabnya yang agak modern, namun bukan tipe alan.

"Gue bukan bicara sama lumut tapi gue bicara sama batunya." ucapnya ngengas sambil melirik kearah afal dengan tatapan tajam.

"Maksud kamu saya." ucap afal menunjuk dirinya sendiri, dari tadi afal tidak merasa kalau wanita itu berbicara padanya.

"Ya iyalah sama lo." ucapnya sinis "lo itu buta atau bego sih, udah tau ada tulisan dilarang buang sampah sembarangan, masih aja buang sembarangan, gak malu apa sama anak kecil." ucapnya meremehkan afal, afal yang mendengar itu merasa tidak terima ia diperlakukan seperti itu oleh seorang wanita.

"Kamu tau gak artinya sekolah itu untuk apa." ucap afal, mendekati wanita itu hingga jarak mereka tinggal 1 meter.

"Ya buat menuntut ilmu lah orang gila juga tau kalau sekolah itu buat mencari ilmu." ucap wanita itu sambil memutarkan kedua bola matanya keatas.

"Salah." ucap afal tersenyum miring "orang bisa menuntut ilmu itu kalau etikanya bisa dijaga, percuma kamu sekolah kalau etika pas kamu sekolah gak dipake." menjeda kata katanya "PERCUMA." ucap afal menekan kata kata barusan.

Afal langsung pergi meninggalkan wanita itu tanpa mendengarkan terlebih dahulu jawabannya.

Wanita itu mengkerutkan alisnya kebingungan "Dia yang salah kenapa gue yang diceramahin, gila kali ya tu orang." ucapnya dengan nada kesal.

Wanita itu acuh tidak acuh berjalan diarea santri dengan gagahnya seperti seorang pria padahal dia seorang wanita, santri yang melihat itu hanya bisa melongo saja, mereka melihat wanita itu aneh, dari bawah celananya sobek sobek dan dari atas ia mengenakan jilbab modern. Kerudungnya memang modern dengan gaya sedikit jipon (jilbab poni).

Ia masuk kerumah pak ustadz aziz, disana sudah ada kedua orangtuanya yang melihat wanita itu kesal.

"Kamu itu dari mana aja sih, katanya ketoilet tapi kok lama." tanya ibunya kepada wanita itu.

"Ya terserah gue lah, mau kemana kek, mau lama kek, urusan lo apa." ucap wanita itu sinis sambil memutarkan kedua bolamatanya malas.

Bapaknya langsung berdiri dengan wajah yang sudah memerah seperti orang menahan amarah "kamu itu ya, sekolah tinggi tinggi tapi ilmunya gak dipake, dimana sih sopan santun kamu dihadapan orang tua." ucap bapak nya dengan nada tegas.

"Oh jadi kalian orang tua, gue kira cuma orang asing yang sok sok an ngatur hidup gue." ucap wanita itu sambil tersenyum sinis.

"Kamu ini.." ucapnya sudah marah, namun disisi lain ibunya memenangkan suaminya agar tidak marah marah.

"Udahlah pak, jangan marah marah malu." ucap ibu itu membujuk suaminya.

"Justru bapak malu bu, punya anak kaya dia yang gak tau sopan santun, sebenarnya apa sih yang kamu mau, bapak itu cuma mau kamu hormatin ibumu itu saja." ucap bapak itu terlihat matanya sudah berkaca kaca menahan air mata.

"Ibu?." ucapnya tersenyum "dia itu bukan ibu gue, dia itu bukan ibu yang ngelahirin gue, kenapa gue harus nyebut dia sebagai ibu gue." ucap wanita itu marah "ibu gue itu sekarang lagi dirawat dirumah sakit dan sekarang lo berdua malah masukin gue kepesantren, lo pada gak mikir apa." ucapnya sambil meneteskan air mata, mengingat saat ini ibunya sedang koma dirumah sakit kurang lebih 1 thn dan ayahnya sendiri malah menikah lagi dengan wanita lain ini begitu mengiris hatinya.

"Tapi dia juga ibumu nak." ucap bapak itu sambil memegang pundak anaknya.

"Gue Afiqa Bilqis Hufaida tidak akan pernah menyebut orang ini sebagai ibu, karena penyebab dia ibuku menjadi koma dirumah sakit." ucap fiqa dengan nada naik satu oktaf sambil menunjuk nunjuk wanita yang disebut sebagai penyebab ibunya koma.

"Gak seperti itu fiq kejadiannya." ucap ibu itu tak lain namanya Sita sambil memegang kedua tangan Fiqa.

"Jangan pengang pegang tangan gue." teriak fiqa sambil melepaskan tangan sita dari tangannya "dasar wanita gak tau diri, dikasih tangan minta kaki." ucap fiqa sudah tidak bisa menahan amarah lagi.

Saat itupun ustadz Aziz langsung menyela pembicaraan mereka, awalnya pak aziz tidak mau ikut campur masalah mereka tapi nyatanya permasalahan ini sudah semakin rumit saja, kalau dibiarkan bisa lebih parah pertengkarannya dari ini.

"Sudah sudah pak Nurman sebaiknya ini dibicarakan baik baik saja dirumah kalau memang nak fiqa ini tidak mau pesantren." ucap pak aziz melerai pertengkaran mereka ber3.

"Gak usah pak gue mau kok mesantren disini, dari pada gue tinggal sama mereka berdua yang ujung ujungnya gue jadi stress." ucapnya dengan nada tinggi.

****
Uwee akhirnya up juga, udah nih jangan lupa vote sama komen ya..😂😊

Cinta Seorang SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang