Bab 5 pernikahan

431 19 8
                                    

Ajwa menatap keluar jendela dengan pilu ia masih mengingat kejadian kemarin. Hari ini adalah hari dimana ajwa harus menentukan pilihannya. Apa dia harus membatalkan pernikahannya atau harus putus ditengah jalan.

Kini ajwa sudah mempunyai keputusan dan keputusannya kali ini sudah bulat bahwa ia akan melanjutkan kembali pernikahannya dengan afal. Ia memilih pilihan ini bukan karena untuk kepentingannya sendiri tapi ajwa juga memikirkan perasaan keluarganya.

Perkataan afal kemarin memang benar bahwa kehormatan keluarga adalah yang terpenting.

Seseorang mengetuk pintu kamarnya, kini pintunya sudah terbuka dan nampaklah kakeknya memasuki kamar ajwa.

"Ajwa kamu kenapa nak, kalau ada masalah cerita sama kakek." ucap kakek aziz.

Ia memegangi puncak kepala cucu kesayangannya dengan lembut, ia tau kalau cucunya saat ini sedang sedih dan bimbang. Tapi kakek juga tidak tau apa penyebabnya dan apa yang sebenarnya terjadi.

"Kakek ajwa gak papa kok, lagian kakek ini so tau deh kalau ajwa ini lagi punya masalah."

Ajwa memegang tangan kakeknya dengan erat, ajwa ingin sekali menceritakan semuanya kepada kakeknya. Tapi ia takut kalau ini akan membuat kakeknya sakit.

"Kamu engga bohong kan sama kakek." tanya kakek aziz mencoba menatap cucunya dengan sendu, ia tau betul seperti apa cucunya ia tidak akan pernah menceritakan sebesar apapun masalahnya.

"Sudahlah kek, kakek ini kenapa ajwa itu gak papa kek, kakek aja yang terlalu berlebihan." ucap ajwa sambil tersenyum melihat kakeknya yang begitu menghawatirkan dirinya.

"Yasudah kalau memang tidak ada apa apa, kamu temui nak afal dibawah ya." ucap kakek tersenyum mengelus kembali puncak kepala ajwa "Kasian dia sudah menunggu lama." ucapnya kembali, kali ini ia langsung meninggalkan ajwa yang masih menatap kakeknya merasa bersalah.

"maafin ajwa kek ajwa gak bisa cerita ini semua kakek, ini terlalu rumit." gumam ajwa menahan air mata yang sudah penuh dipelupuk matanya.

Lalu apakah sesakit ini patah hati, memulai rumah tangga tanpa cinta. Ini sungguh lelucon yang sangat lucu. Dan saat ini ajwa menertawai yang namanya cinta. Cinta memang indah untuk orang lain tapi bagi ajwa cinta hanyalah kesakitan semata.

Matanya yang sedikit sayu menatap afal dengan tatapan tidak perduli. Kini ia mendekati afal untuk membicarakan soal pernikahan mereka.

"Gue mau lanjutin pernikahan ini tapi bukan karena gue suka sama lo tapi semua ini karena keluarga gue." ucap ajwa menatap afal serius.

"Ok." ucap afal tersenyum, ia langsung berdiri meninggalkan ajwa sendirian tanpa mengucapkan salam sedikitpun.

Begitu sesak dada ini mendengar ucapan afal barusan. Jadi jawabannya barusan tidak berarti sama sekali untuk afal. Harusnya ini sudah ia duga sebelumnya.

"Dasar sisombong afal." ajwa menatap punggung kekar itu hingga hilang ditelan waktu. Hatinya begitu panas ia ingin sekali menyumpah serapahi itu orang. Tapi ia ingat kalau afal sebentar lagi akan menikah dengannya jadi ia harus berkelakuan baik kepada afal.

****

Setelah beberapa hari berlalu, hari ini adalah hari dimana afal dengan ajwa akan menikah. Tapi hati afal kini jatuh hati kepada seseorang yang beberapa hari lalu selalu hadir dalam mimpinya. Entah kenapa semenjak wanita itu mencium bibir afal ia malah menjadi menyukainya.

"Fal ayo berangkat acara akadnya sebentar lagi mau dimulai." suara ayah terdengar memanggil afal. Tapi afal masih saja fokus menatap dirinya di cermin.

"Ganteng." gumamnya.

"Iya yah bentar." teriak afal dikamarnya. Ia menarik nafas panjang lalu ia hembuskan secara perlahan. Itulah cara yang dilakukan afal ketika ia sedang gugup.

Ia berjalan melewati lorong kamar dan sampailah ia ditangga dengan gaya coolnya ia berjalan dari atas kebawah.

"Fal mamah gak nyangka kalau sebentar lagi kamu akan nikah sayang." mamah memegang pundak afal, ia tersenyum bahagia, akhirnya hari dimana ia ingin melihat afal menikah terjadi sekarang. Sungguh ia sangat bahagia melebihi apapun.

"Afal juga." ia tersenyum kecut mengingat kalau ia tidak pernah mencintai ajwa sama sekali.

"Yaudah ayo yah kita berangkat sekarang." ucap mamah sambil menggandeng afal menuju mobil. Mobil berwarna hitam itu jadi terlihat indah saat bunga bunga menghiasi depan mobil.

Selama di perjalanan afal hanya terdiam memikirkan semuanya. Apa yang dilakukannya sudah benar untuk menikah dengan ajwa. Bahkan ia tidak sedikit pun pernah memikirkan kalau dirinya akan menikahi ajwa si anak cerewet itu.

Jarak antara hotel dan pesantren lumayan dekat sekitar 15 menit lagi afal dan sekeluarga akan segera sampai.

Tak dapat dipungkiri pernikahan ini sungguh megah dan mewah meski bukan digedung tapi pernikahan ini benar benar sungguh mewah.

Kini kakinya sudah menginjak karpet merah, tenda yang begitu besar menjulang tinggi sampai rumah ajwa. Dekorasi yang bernuansa serba putih, bunga asli berwarna putih bertebaran dimana mana.

Setelah selesai penyambutan akhirnya afal dituntun untuk menuju tempat akad akan dilakasanakan. Kemudian pak penghulu memulai acaranya hingga selesai. Ini lah saat saat akad akan dimulai. Suasana semakin terasa tegang dan dingin mungkin efek dari gugup.

'Bismillah hirohmannirohim.'

"Saya kawinkan dan saya nikahkan engkau Afzal Uzayr Saifan kepada anak kandung saya bernama Ajwa Naveen Tahera dengan maskawin seperangkat alat sholat dan emas sebesar 20 gram dibayar tunai."

"Saya terima nikah dan kawinnya Ajwa Naveen Tahera dengan maskawin seperangkat alat sholat dan emas sebesar 20 gram dibayar tunai." afal melakukannya dengan satu kali tarikan nafas, entah kenapa dia jadi lancar seperti ini padahal ia tidak pernah latihan sama sekali.

'SAH'

suara sah bergemuruh diseluruh ruangan semua orang terlihat bahagia diatas pernikahan mereka.

Ajwa berjalan keluar dengan balutan gaun putih yang indah dan berenda bunga. Make up yang tidak terlalu berlebihan, bibir yang ranum dan mata yang indah. Dia begitu terlihat sangat cantik beda seperti biasanya.

Afal memandang ajwa tidak berkedip sama sekali, ia terus menatap ajwa yang kini sudah sah menjadi istrinya. Baru kali ini ia melihat ajwa bermakeup dan hasilnya secantik ini subhanallah.

Ajwa berjalan dengan anggunnya menuju afal yang kini sudah menjadi suaminya. Ia mendekat dan duduk di samping afal yang tengah memandang nya terkagum kagum.

"Pengantin baru mah diliatin terusnya da cantik." gumam sang penghulu membuat semua orang tertawa melihat gelagat afal yang tengah salah tingkah.

"Kesempatan pak, kapan lagi bisa kaya gini." ucap afal tersenyum miring. Ia menatap kembali ajwa dengan tatapan memuja dan yang ditatap sedang menundukan pandangannya.

Ia suka kalau ajwa sedang gugup seperti ini sangat menggemaskan.

"Malah bengong, ayo tanda tangan dulu." ucap pak penghulu melerai semua perkataan afal barusan.

Afal tersentak ia langsung menuruti apa yang dikatan oleh pak penghulu. Mereka berdua mulai menandatangani semua dokumen pernikahan.

Setelah selesai afal dan ajwa sekarang berada di altar pernikahan dengan nuansa bunga mawar diatasnya.

Mereka berdua hanya terdiam menatap semua para tamu yang hadir, afal terlalu bingung harus mengucapkan apa kepada ajwa.

Entah kenapa sejak tadi dadanya terus berdegup kencang padahal ia sudah tidak gugup lagi, jadi apa artinya ini?.

****
Alhamdulillah bisa up juga..

Jangan lupa vote sama komen ya..💕

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Seorang SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang