Bunyi dobrakan pintu yang begitu kencang terdengar dari lantai bawah membuat seorang wanita yang tampak berumur 30 tahunan memutar bola mata dan beranjak dari depan kompor untuk menghampiri gadis yang menjadi pelaku pendobrakan pintu.
"Zaviel, Nenek tidak mau mengganti pintu dengan yang baru lagi oke? Kemarin kakakmu, sekarang kamu. Nenek takut, toko furnitur bosan melihat wajah Nenek mengunjungi tokonya." ucap wanita berambut merah itu sembari menghela napas.
"Ehehe, maaf Nek! Habisnya Zaviel excited banget! Eh iya, kok Nenek tahu ini Zaviel? Tapi, daripada itu... Nih, baca deh!" ucap gadis bersurai pirang dengan sedikit warna hijau di bagian bawahnya kemudian menutup pintu dan memberikan secarik kertas untuk neneknya yang masih memakai celemek masak.
Florinne Valquez, seorang wanita tua dengan paras cantik wanita sepertiga abad itu menerima kertas dan membacanya dengan saksama. Matamu membulat dan tersenyum semringah.
"Tidak salah Reizh ikut tes masuk kemarin!" serunya memeluk Zaviel.
Zaviel mengangguk dan membalas pelukan neneknya. Tiba-tiba pintu depan rumah terbuka kembali. Menampilkan seorang pemuda tampan dengan tubuh jangkung proporsionalnya dengan ekspresi lelah. Namun tatapannya teralihkan pada dua wanita di depannya yang menengok ke arahnya.
"Apa?" tanyanya. "Kenapa kalian menatapku seperti pencuri?"
"Kak," panggil Zaviel sambil merangkul tubuh kakak kembar tak identiknya yang jauh diatas tingginya itu dengan manja. Padahal, ia ingat sekali, saat keduanya berumur 10 tahun, kakaknya masih lebih pendek darinya.
"Ada apa? Biasanya kalau nempel gini ada maunya nih!" kekeh Reizh sambil membalas rangkulan adiknya.
"Kakak, baca deh." ucap Zaviel menyerahkan kertas yang dibaca oleh Neneknya tadi.
"Apa nih? Surat drop out? Kamu nakal ya?" tanya pemuda berambut hitam itu sembari mencubit hidung adiknya.
"Nanya mulu ih, daritadi! Mending baca aja deh!" ucap Zaviel sebal.
Reizh terkekeh dan melihat isi surat tersebut. Setelah membacanya dengan saksama ia benar-benar merasa tidak percaya dengan apa yang ia baca. Seakan, semua itu hanyalah mimpi.
"Ini... Betulan?" tanya Reizh memastikan agar tak satupun dari manusia di depannya melakukan prank seperti yang sudah-sudah.
"Beneran deh! Itu serius. Aku diberi surat oleh Mr. Stevenson begitu aku ingin pulang ke sini. Eh, beliau memberi dua surat, dan kubuka di kereta. Ternyata benar, kakak juga dinyatakan lulus. Pantas saja ekspresi wajah Mr. Stevenson seperti turut senang dengan itu."
"Hm... Baguslah. Kalau begitu, setelah liburan musim panas ini, aku akan langsung packing barang dan kita berangkat bersama ke Ancient Sword City!" seru Reizh melempar tas sekolahnya ke sembarang arah
"Tapi kak,"
"Apa?"
"Kamu kan belum Ujian Nasional?"
"Astaga. Sumpah, lupa banget harus menjalani ujian nasional." tawa Reizh pecah mengingat penentu nilai pengetahuannya itu belum diujikan.
"Ya sudah, semangat ya kak, belajarnya! Untunglah Sky Sword ujiannya enggak nasional! Jadi bisa duluan liburan~" ucap Zaviel sambil berlari menaiki tangga, menuju kamarnya.
Reizh mengikuti adiknya, namun menuju kamar yang terletak tepat di sebelah kamar adiknya, yaitu kamarnya. Ia membuka pintu dan menghirup udara di dalam kamarnya.
Baiklah. Dalam kurun waktu 3 bulan, aku akan meninggalkan kamar ini. Yosh! Karena aku sudah diterima, maka ada baiknya aku harus belajar lebih giat dan mencoba mengaktifkan sihirku! Eh. Tunggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sacred Imperium Legacy : Resurrection [END]
Fantasi[Pindah Ke DREAME] [Fantasy and Minor Romance] BUKU PERTAMA dari THE SACRED IMPERIUM LEGACY SERIES The Sacred Imperium adalah kekaisaran kuno yang telah runtuh ribuan abad lalu. Hanya sebagian orang yang mengingatnya. Namun, apa yang paling diingat...