Kamar Pengantin

9K 352 7
                                    

Aku, adalah cara melupakan semua kenangan termasuk nama kamu, selamat berkarir dan menemukan sosok yang lebih baik lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku, adalah cara melupakan semua kenangan termasuk nama kamu, selamat berkarir dan menemukan sosok yang lebih baik lagi._

Sesuai dengan permintaan tolong Ibunda Agam, menjelang hari pernikahan tiba. Sahira membantu persiapan isi seserahan untuk pengantin perempuan. Ia menarik napas dalam – dalam, masih terasa sulit menerima kenyataan bahwa lelaki yang dicintai akan menikah. Hingga tirai kamar terbuka, menampilkan sosok Agam di sana. Sahira benar – benar terkejut, seingatnya kamar pengantin bukan kamar pribadi milik Agam. Sehingga lelaki itu tidak perlu menemui dirinya di dalam kamar ini.

Menampilkan senyum manis yang tidak pernah sampai hati, Agam mendekati Sahira yang masih kebingungan harus bersikap seperti apa. Tiba – tiba suasana semakin terasa awkard, menutupi sikapnya yang semakin salah tingkah tidak beraturan, buru – buru Sahira menyiapkan beberapa seserahan yang sudah tersusun rapi.

" Boleh kan saya di sini?" Tanya Agam, duduk di hadapan Sahira." Tidak enak juga, kamu sibuk dari kemarin mengenai seserahan, padahal saya yang akan menikah."

" Silakan Pak, ini kan rumah orang tua Bapak." Jawabnya gugup, mereka hanya berdua di kamar pengantin pula.

" Bagaimana kabarmu setelah selesai sidang?" Agam membuka perbincangan lebih dalam, tidak seperti yang Sahira alami ketika masih bimbingan.

" Baik, kalau Bapak sudah tertebak, pasti berbahagia karena akan menikah." Tanpa basa –basi Sahira terbawa perasaan.

Agam terkekeh, manggut – manggut." Menurut kamu begitu?"

Sahira menoleh ke sebelah, gurat – gurat wajah Agam terlihat jelas." Memangnya bapak tidak baik – baik aja?"

" Baik kok, o ya? Bagaimana kabar Abim? Dia bisa datang di acara pernikahan saya?"

Sahira mengendikan bahu, pertanda tidak tahu." Nanti aku coba tanya ke orangnya langsung, Bapak masih menaruh rasa tidak suka juga ke Mas Abim?"

Agam terlihat berpikir, sekilas Sahira melirik kearah lawan bicara." Tidak, saya biasa saja ke Abim. Dia yang menganggap saya sebagai musuh, sepertinya begitu."

"Masih bisa diperbaiki lagi kok, kenapa Bapak tidak mencoba untuk menjalin pertemanan seperti beberapa tahun lalu?"

Agam tertawa kecil, menggigit bibirnya." Gini sajalah, tidak baik juga jika terlalu dekat. Dia tidak akan bisa menerima, pasti sangat sulit untuk menjadi teman saya. Cukup saya melukai dengan beberapa hal yang sudah terjadi."

Sahira memilih diam, membiarkan Agam bercerita. Seketika ada perasaan yang membaur, bahagia dan haru. Untuk pertama kalinya Agam mencoba membuka diri, percakapan pun mengarah pada kehidupan pribadi.

"Kok Bapak tidak mengabari saya jika akan menikah?"

" Kenapa saya mesti mengabari kamu?" Kening Agam berkerut akan pertanyaan Sahira." Kamu bukan kekasih saya kan?"

MAS DOSEN#1 ( DIBUKUKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang