Aku tidak akan mencari dan sibuk tentangmu, mulai detik ini, namun jika suatu saat nanti kamu mulai merindu tentang aku, carilah di hati kamu sendiri. Sudah berapa lama mengabaikan semua perasaan dan ketulusan hingga aku merasa malu tidak dihargai, aku bersikap bodoh hanya ingin kamu tetap setia dan ada. Tapi masih salah, lelah dan akhirnya aku memilih pergi. ( Author)
H – 1 PERNIKAHAN
Bisa dibayangkan bagaimana antusias para tetangga menanti moment spesial akad nikah Agam. Kini rumah mewah milik orang tua Agam hampir dipenuhi orang. Tawa bahagia, cerita – canda di mana – mana. Tak sepi, sampai – sampai pemilik rumah pun kewalahan. Agam anak tunggal dan laki – laki pula, tertebak bagaimana persiapan Marsih untuk pernikahan sang buah hati, walau dramanya masih belum tertebak. Sahira duduk disudut ruangan shalat, menanti azan Maghrib. Tidak lagi sibuk pada pekerjaan – pekerjaan yang harus diselesaikan. Bahkan, ia sudah mengabari perihal pernikahan sang dosen pembimbing pada sahabat – sahabatnya dikota. Ucapan – ucapan duka dan menyemangati didapatkan, padahal sahabatnya dikota tengah bersorak bahagia atas penderitaannya sekarang, tidak berhasil menjadi pendamping hidup Agam.
" Kamu sudah selesai shalat?" Pertanyaan dari arah pintu masuk, tampak Agam sudah berdiri tegak dengan sajadah di tangan.
Sahira mengusap dada, kaget." Belum Pak, tadi aku sedang menunggu Azan." Segera berdiri menyadari Agam akan menunaikan ibadah sholat Maghrib di musola rumah.
Lelaki itu menggelar sajadah." Saya imamin kamu ya, kamu makmum." Ajaknya pada Sahira.
Objek yang diajak menjadi makmum hanya senyum – senyum salah tingkah, menyimpan handphone dan mengenakan mukenah yang tersedia diruangan.
" Baik Pak." Lirihnya, menatap punggung Agam di depan. Lelaki yang dicintai, bersiap – siap melaksanakan shalat, sebagai imam. Mimpi apa kemarin malam, Sahira benar – benar masih tidak percaya, Agam menawarkan moment paling manis sepanjang ia mencintai.Anggap saja ini kado dari Agam, tidak pun menjadi perempuan yang akan di imami saat malam pertama, namun Sahira bersyukur menjadi perempuan pertama yang diimami Agam saat shalat Maghrib.
Mendadak suasana seperti sedang diridhai pemilik semesta, ketenangan yang Sahira rasakan dalam setiap rukuk – sujudnya. Dari luar ruangan, terdengar sholawat pernikahan mengalun lembut. Menyambut pernikahan Agam dan Wilona yang sudah di depan mata.
Sahira tidak beranjak pergi dari ruangan setelah mengakhiri shalat dengan salam, menanti Agam sembari mengamin – kan doa Agam sebagai imam. Tanpa disadari, air matanya jatuh. Rasa kehilangan yang semakin mendalam, berharap kejadian seperti ini terus berulang. Tidak hanya hari ini saja, namun apalah daya. Ia hanya manusia biasa, hanya mampu meminta dan berencana.
" Mau menginap di rumah?" Tanya Agam, masih diposisi duduk namun menghadap Sahira.
Perempuan yang sedang merapikan lipatan mukenah tampak semakin tidak mengerti, mengapa sikap Agam benar – benar berbeda dari beberapa waktu belakangan yang terkenal dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS DOSEN#1 ( DIBUKUKAN)
Roman d'amourBenar, pernikahan adalah bentuk ibadah paling indah. Duduk berdua, berbual memadu canda, menjadi nilai pahala. Hidup dalam mahligai rumah tangga, isinya lelaki yang dicintai. Namun tidak membuat segala impian untuk berbahagia. Segala padu dalam ego...