Part 2

48 2 2
                                    

Desiran lembut angin menerpa manja setiap inci tubuh Uyaina. Digelapnya sang malam Uyaina hanya mampu mengintip indahnya pancaran sinar rembulan dibalik jendela kamarnya. Disingkapnya korden tipis yang menggantung, yang menghalangi akan pandangannya. Semburat senyum terukir di bibir merah jambunya. Yah, Uyaina mengingat seseorang yang telah berhasil membuatnya tak bisa melupakan.

"Apa sebenarnya yang ada di hati ini. Mengapa jantungku selalu berdegup kencang, meski hanya sekedar mengingatnya saja. " Lirih Uyaina sambil memegang dada kirinya yang kini tengah berdetak dengan hebat.

Flasback on
"Astaghfirullah, maaf Ukhti saya tidak sengaja." Ujar seorang pria berkalung surban.

"Iya tidak apa-apa," balas Uyaina seraya bangkit.

Iya, lelaki itu tidak sengaja menabrak Uyaina yang tengah berjalan di depan masjid seusai shalat dhuhur berjamaah. Ketika Uyaina berjalan dengan membawa sajadah dan mukena yang disampirkannya pada lengannya, tiba-tiba dari arah yang berlawanan lelaki itu yang dilihatnya mengenakan baju takwa putih dengan surban hijau yang mengalungi lehernya serta peci hitam yang menghias kepalanya, tengah berjalan dengan tergesa-gesa tanpa memperhatikan apa yang ada didepannya dan akhirnya menubruk Uyaina dan membuat barang bawaan Uyaina yang tak lain sajadah dan mukenanya berceceran ditanah.

"Sekali lagi maafkan saya. Saya tergesa-gesa tadi." Ucap lelaki itu lagi seraya memungut barang Uyaina yang jatuh kemudian diberikannya.

Uyaina tersenyum dengan kedua tangannya yang sibuk melipat mukenanya, dan berkata,"Tidak apa-apa, tapi satu hal yang harus akhi tahu bahwa tergesa-gesa itu adalah salahsatu pekerjaan syaitan."

"Iya, saya mengerti. Sekali lagi maafkan saya Ukhti." Ucap lelaki itu tersenyum.

Uyaina hanya mengangguk mewakili jawabannya.

"Saya pamit dulu, assallammualaikum." Pamit Uyaina seraya melangkahkan kakinya.

"Waalaikumsalam." Jawab lelaki itu ramah.

Baru beberapa langkah, seruan lelaki itu mengintrupsi Uyaina.

"Tunggu!" seru lelaki itu.

"Terima kasih Ukhti, kau telah mengingatkanku tadi." Lanjutnya.

Uyaina yang mendengar ucapan lelaki itu hanya mengangguk lantas tersenyum yang kemudian berlalu.

"Dia wanita yang berbeda." Lirihnya.

"Dia lelaki yang berbeda. Mengapa jantungku berdetak begitu cepat." Lirih Uyaina sembari memegang dadanya sebelah kiri.
Flasback off

Uyaina tersenyum kala mengingat kejadian itu. Malam semakin larut, tapi hal itu tak kunjung membuatnya untuk tidur walaupun sang kasur telah memanggilnya sedari tadi.
"Siapa nama lelaki itu." Ujar Uyaina disela lamunannya.

"Kau belum tidur, Nak." Ucap seorang wanita paruh baya yang tak lain ialah Ibunda Uyaina.

Uyaina segera menoleh ke arah sumber suara, dan didapatinya sang Bunda yang tengah duduk manis diatas kasur.
"Bunda." Ujar Uyaina dengan menghampiri Bundanya itu.

"Kenapa belum tidur? Tidurlah dipangkuan Bunda." Ucap Aminah, Ibunda Uyaina.

Uyaina tersenyum lantas merebahkan tubuhnya dengan kepala yang ia letakkan dipangkuan orang yang selama ini telah merawatnya penuh kasih sayang.

"Adakah sesuatu yang mengganggu pikiranmu, Nak. Hingga selarut ini kau tidak dapat tidur." Tanya Aminah dengan tangannya yang membelai rambut Uyaina dengan lembut.

"Tidak, Bunda. Uyaina hanya belum bisa tidur. Mungkin karena Uyaina rindu belaian lembut tangan Bunda ini." Balas Uyaina disertai tawa kecilnya.

Aminah mencubit pelan hidung mancung Uyaina, Aminah merasa anak pertamanya ini benar-benar lucu dan selalu saja bisa membuatnya tersenyum.

"Kau ini. Ya sudah, tidur lah dipangkuan Bunda, sayang." Ujar Aminah.

Uyaina tersenyum.

"Iya, Bun." Balas Uyaina yang kemudian di tutupnya matanya perlahan untuk menelusuri dunia mimpi.

***
.
.
.
.
.
.

Happy Reading😍😍

Jangan lupa tinggalin jejak ya😊

Dua HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang