Part 4

39 0 0
                                    

"Bunda, Uyaina ke masjid dulu ya, pasti mereka sudah pada nunggu."

"Iya, jangan lupa kuenya dibawa. Berikan ke mereka." Titah Aminah.

"Oh iya, Uyaina hampir lupa. Terima kasih Bun, udah ngingetin." Jawab Uyaina tersenyum.

"Hmm, udah berangkat gih. Keburu malam."

"Iya, Assallammualaikum."
"Waalaikumsalam."
.
.
.
Uyaina berjalan dengan semangat, melangkah dengan anggun disertai desiran angin yang meniup jilbab panjang yang di kenakannya.

Disetiap sore seperti ini adalah rutinitasnya setiap hari, pergi ke masjid untuk mengajar anak-anak santrinya lebih tepatnya para anak tetangga. Sore hingga menjelang maghrib kemudian berakhir dengan sholat maghrib berjamaah.

"Ustadzah Uyaina." Teriak anak kecil yang diketahui bernama Alfa itu.

"Alfa, baru berangkat ya, tumben." Ucap Uyaina seraya mensejajarkan tubuhnya dengan anak itu.

"Iya, Ustadzah. Habisnya, tadi Alfa ketemu sama Ustadz ganteng." balasnya girang.

Uyaina tertawa kecil mendengar ucapannya. Terdengar polos dan lucu.

"Benarkah? Setampan, siapa?" goda Uyaina.

"Tampan mana sama Nabi Yusuf." Lanjut Uyaina.

Alfa berfikir sejenak, lalu berkata, "Tampan Nabi Yusuf dong Ustadzah, tapi ada persamaannya loh Ustadzah."

"Oya, apa tuh."

"Namanya, Ustadzah. Tadi, Alfa sempat menanyakan namanya, ternyata namanya Ustadz Yusuf." Jelasnya antusias.

"Wah, indah ya namanya. Ya sudah, ayo kita masuk. Lihatlah, teman-teman sudah pada nunggu.

"Pokoknya ya Ustadzah, dia baik banget. Alfa suka, pengen Alfa jadikan abang." Ucapannya membuat Uyaina tertawa kecil dan membelai lembut kepala Alfa yang tertutup dengan kerudung.

Uyaina tersenyum memandang anak santrinya yang tengah menantinya dengan antusias.

"Ayo." Ucap Alfa sembari menarik tangan Uyaina masuk ke dalam Masjid.

Uyaina duduk di depan para anak santrinya yang berjumlah 15 anak. Sementara di depannya ada al Qur'an yang terbuka, begitu pula para santrinya. Uyaina memulai pengajarannya dengan bacaan "Basmallah" dan "Al-Fatihah".

Ketika ayat-ayat telah usai dilantunkan, mereka telah membentuk barisan untuk menunggu giliran mengaji. Sambil menunggu giliran, mereka mempersiapkan materi yang telah diberikan Uyaina sebelumnya. Ada yang menghafal, bermurojaah, mencatat, bahkan membaca materi.

20 menit berlalu.

Menyisakan 3 anak yang masih menunggu giliran.
Tiba-tiba Alfa berucap pada Uyaina, pelan bahkan sangat pelan. "Ustadzah, lihat yang ada di luar, itu yang bernama Ustadz Yusuf."

Uyaina memandang sesuai dengan intrupsi yang anak itu berikan. Nampak keterkejutan di wajah Uyaina. Jantungnya berdetak dengan cepat, Uyaina langsung menundukkan pandangannya. Maa Fii Qolbi Ghoirullah, Uyaina membatin.

Iya, Ustadz Yusuf itu lelaki yang pernah menabrak Uyaina seminggu yang lalu, di depan masjid ini juga.
"Ya Rabb, engkau mempertemukanku lagi. Siapa dia, mengapa dia berada di sini." Lirih Uyaina.

Sedikit ada rasa gelisah di hatinya. Baginya ini sesuatu yang berbeda. Efek yang ditimbulkannya pun berbeda. Ketika bertemu dengan David pun terasa biasa-biasa saja. Tetapi, ketika bertemu dengan lelaki yang tak lain ialah Ustadz Yusuf ini rasanya berbeda. Berbeda!

Uyaina tersenyum berusaha menetralkan perasaannya. "Muti, Selfi, Alfa, majulah kita lanjutkan mengajinya." Titahnya berusaha menghilangkan kegugupannya.

"Tapi, Ustadzah dipanggil oleh Ustadz Malik." Jawab Alfa.

Uyaina mengernyitkan dahinya. Berusaha mencerna Tutur anak santrinya itu.
"Ya sudah, mengajinya kita lanjutkan besok lagi ya, dan ya...ini Ustadzah bawa kue, bagi rata ya, anak-anak." Ucap Uyaina ramah.

"Iya Ustadzah, terima kasih." Balas mereka serempak.

"Pulangnya hati-hati, jangan rebutan nanti." Tutur Uyaina di sela-sela anak santrinya yang mencium punggung tangannya untuk berpamitan.

"Siap, Ustadzah."
.
.
"Uyaina." Panggil Malik yang biasa di panggil paman oleh Uyaina. Beliau adalah takmir di masjid ini.

Uyaina menghampirinya, "Iya paman."

Sementara lelaki itu memandang Uyaina semenjak Paman Malik tengah memanggilnya tadi. Dia Yusuf!
"Bukankah kau yang tidak sengaja ku tabrak kemarin." Ujar Yusuf tiba-tiba.

Uyaina tersenyum. Menghela nafas pelan untuk menetralkannya.

"Iya Ustadz." singkat Uyaina.

"Kalian sudah saling kenal?" Sela paman Malik yang diberi anggukan oleh keduanya.
"Kebetulan jika sudah pada kenal, Ustadz Yusuf ini warga baru disini, jika kamu tidak keberatan dia akan membantu mengajar anak-anak disini." Jelas Paman Malik.

"Maaf paman, tapi Uyaina tidak bisa, jika hanya berdua saja dengan Ustadz Yusuf. Mungkin kalau ada yang perempuan lagi, Uyaina bisa." Jawab Uyaina.

"Dia benar paman, tidak baik juga kan." sahut Yusuf.

"Saya permisi, Paman, Ustadz. Assallammualaikum."

"Waalaikumsalam, hati-hati."

Uyaina menoleh dan mata mereka bertemu, "Iya Ustadz."
Uyaina langsung melangkah pergi.

Kenapa dengan jantungku? Astaghfirullah. Batin Yusuf dengan matanya yang masih memandang Uyaina hingga Uyaina sudah benar-benar hilang.

Paman Malik berdeham, memecahkan pandangan Yusuf.
"Sudah jangan di lihatin terus Ustadz." Tegur Paman Malik diiringi tawa.

"Tidak, paman." Jawabnya gelagapan.

"Baiklah, ajak istrimu saja Ustadz,"

"Saya akan membicarakannya dulu, Paman."

"Iya, semoga saja istrimu mau."

Yusuf mengangguk dan tersenyum.

"Apa Uyaina tahu jika kau sudah beristri, Ustadz." tanya paman Malik.

"Tidak,"

Paman malik hanya mengangguk.
"Jaga hatimu Ustadz, sudah lah sekarang sudah masuk maghrib, beradzanlah." pinta Paman Malik.

Yusuf mengangguk, namun ada keganjalan dihatinya, berusaha mencerna ucapan Paman Malik itu membuatnya bingung.

"Jaga hati. Apa maksudnya?" lirihnya.

"Ah, sudahlah." lanjutnya.

***

.
.
.
.
.
Thank's

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dua HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang