Kertas dengan ukuran kecil itu kembali berpindah tangan, berputar-putar di area bangku belakang. Beberapa dari penghuni bangku belakang tampak tak sabar menunggu kertas penyelamat mereka. Suara desisan mereka yang sudah seperti ular kelaparan itu berhasil mengundang perhatian guru di depan kelas.
"Itu yang belakang diskusinya nanti saja, sekarang kerjain ulangannya dulu"
Tanpa menunggu komando, semua pasang mata menatap kearah Bagas dan Danu yang sedang berebut kertas contekan. Bagas dan Danu saling berpandangan dengan raut muka pucat pasi.
Tiba-tiba sebuah tangan sudah terulur didepan wajah mereka.
"Gimana nih?" bisik Danu dengan suara yang sangat lirih.
"Udah kasih aja, udah ketahuan juga" balas Bagas dengan nada serupa.
"Lha nanti si Abi marah ogeb!"
"Keburu panjang urusannya kalo kagak dikasih"
Tanpa disangka keduanya, tangan yang tadi terulur itu merebut kertas kecil mereka kemudian.
"Siapa yang menulis ini?" tanya Bu Diah kepada Bagas dan Danu.
Bagas dan Danu memilih bungkam, tapi justru membuat emosi Bu Diah semakin tersulut,
"Kalian saya beri nilai nol untuk ulangan kali ini. Dan untuk contekan ini, ibu bakalan cari siapa orangnya"
Bu Diah kemudian berbalik dan berjalan keluar kelas dengan langkah yang dihentak-hentakkan ke lantai.
"Mampus" seru Bagas dan Danu bersamaan.
***
Abi sedang duduk-sambil menghisap rokoknya-di balkon kamar kosan Nando saat Bagas dan Danu mencarinya dengan bertanya pada si pemilik kamar.
"Abi di sini kan?" suara itu datang dari Danu
"Ho.oh noh lagi ngerokok di depan" jawab Nando
Danu dan Bagas berjalan tergesa menuju beranda, dimana Abi berada.
"Bi" panggil Bagas.
Abi hanya bergumam sebagai balasan.
"Bi" kali ini panggilan itu berasal dari Danu.
"Apaan deh lo berdua? Nggak jelas" gerutu Abi setelah menghembuskan asap rokoknya keudara.
"Lo janji dulu nggak bakalan marah" Danu mencoba bernegosiasi.
"Cepet ngomong, gue kebelet nih"
"Kita mau minta maaf Bi. Kertas contekan dari Elle diambil bu Diah" Bagas menjelaskan dengan nada lirih.
Abi melotot kaget mendengar cerita Bagas.
"Sumpah demi apa lo berdua?"
"Bu Diah ngancem bakalan cari tau itu tulisan siapa" Danu menambahkan cerita yang membuat Abi semakin geram.
"Kampret ya lo berdua! Gimana kalo itu ketahuan goblok?"
"Ya makanya kita berdua minta maaf kutil"
Abi menghembuskan asap rokoknya lalu menjatuhkan dan menginjak rokok yang tersisa di tangannya. Abi langsung menyambar kunci motor di meja dan berlari keluar kamar kosan.
"Mau kemana Bi? Toilet kan di belakang?" teriak Danu
"Bacot lo Nu"
Abi menstarter motornya lalu melajukan motor sport putihnya menuju ke sekolahnya yang masih ramai beberapa anak yang sedang ekstra.
Abi memarkirkan motornya di depan ruangan yang didepannya bertuliskan kata "Ruang Paduan Suara". Sebenarnya peraturan melarang sepeda motor parkir di area ini, tapi Abi tetaplah Abi.
Tanpa mengetuk, Abi membuka pintu kaca di depannya dengan keras dan berjalan masuk mencari seseorang yang dicarinya.
Ketemu
"Lhoo lhoo Bi? Nggapain? Ini gue belum selesai bego!" Ellera berteriak keras saat tiba-tiba tanggannya di tarik kencang.
"Udah ahh kita pulang udah sore" jawab Abi cepat
"Iya pulang tapi gue musti pamit dulu setan" protes Ellera
"Nggak usah"
***
"Ini sebenarnya ada apa sih? Kenapa pada diam lo berdua? Lo juga Bi main tarik tarik aja! Gue belum pamitan sama bu Sari" omel Ellera yang sejak tadi merasa tidak nyaman dengan suasana yang ada di balkon kamar kosan Nando.
"Gue-emm kita mau minta maaf sama lo" Bagas mengeluarkan suara
"Ngapain? Emang lo salah apa?"
"Kertas contekan dari lo ketahuan bu Diah Le" kali ini giliran Danu yang menjawab
"Terus?"
"Abi marah kalo sampe lo kena hukum bu Diah. Atau bahkan lo dapet nilai nol"
Jawaban dari Danu itu membuat Ellera tertawa terbahak menatap Abi. Konyol sekali sahabat Ellera yang satu itu, astaga.
Merasa di tertawakan Abi menggeram jengkel dan kemudian berdecih.
"Lo lucu amat di Bi ya Tuhan. Nggak nyangka gue"
"Diem nggak lo?"
"Lo segitu takutnya gue kena hukum atau lo takut gue ngomong ke bu Diah kalo lo juga itu nyontek?"
"Gue takutnya kalo lo jadi gila karen kebanyakan ketawa! Giem nggak Le?"
Ellera menggelengkan kepalanya masih dengan tawa yang berderai.
"Jadi nasib kita gimana nih? Eksekusi apa denda?" tanya Danu yang jengah melihat interaksi Ellera dan Abi
"Eksekusi" jawab Abi
Sementara Ellera menjawab "Denda"
Bagas dan Danu menyeringai ke arah Abi, abi yang merasa dicurangi hanya bisa memicingkan matanya.
"Umi mau di bayarin jajan apa?" seru Bagas dan Danu bersamaan.
***
Hari ini hari sabtu, weekend yang sangat Ellera tunggu tunggu. Ellera bahkan sudah membuat jadwalnya untuk beberapa jam kedepan.
Saat ini dia sudab bersiap dengan pakaian santainya-kaos oblong dan celana pendek sedikit diatas lutut-tengah berdiri di depan pagar rumah Abi.
Menekan bell seperti layaknya tamu sopan lainnya, Bunda Maya muncul tak lama dengan tangan di pinggannya.
"Usil banget kamu ya, kirain Bunda kamu tamu penting, Lera"
Ellera hanya tertawa garing sambil melebarkan ringisannya.
"Udah ngapain lama di depan? Sini masuk Le"
Ellera mendekat menyamakan langkahnya dengan Bunda Maya.
"Abi nya masih tidur Bun?" tanya Ellera yang di balas anggukan oleh Bunda.
"Sana gih kamu bangunin, Bunda tunggu di bawah ya"
Setelah menjawab "Oke", Ellera berjalan menuju tangga ya akan membawanya ke kamar seorang Abimanyu. Saat mencapai ujung anak tangga, Ellera bertemu dengan Bisma-adik Abi-yang umurnya lebih muda satu tahun dengannya.
"Lhoo kak Le? Mau ke kamar bang Abi?" tanya Bisma pada Ellera.
Ellera mengangguk dan berkata "Dia masih tidur Bis?"
"Ho.oh bakar aja kak ranjangnya biar bangun"
Ellera dan Bisma terkikik karena saran Bisma. Mereka tahu bahwa Abi merupakan manusia menyandang gelar MT-Masternya Tidur-di dunia.
***
"Lo ganggu hibernasi gue setan" sembur Abi saat Ellera membangunkannya dengan mencabuti bulu lebat kakinya dengan lakban hitam.
"Hibernasi lo kira beruang kutub? Bangun bego ini udah jam sembilan" seru Ellera tepat di telinga Abi
"Beruang kutub itu bernama Abi, lo mau kenalan?"
"Basi kampret. Cepat sana mandi gue tunggu di bawah"
"Buat apa dah mandi? Gue nggak ada rencana mau keluar juga"
"Ya Tuhan Abi beruang kutub timur. Mandi atau gue kerokin bulu ketek lo pake pisau buah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Donuts
Teen FictionReana Ellera Priscifa harus kembali mengakui kebenaran perkataan sahabatnya, Raelan Abimanyu. Kekasih yang selama ini dia cintai dengan sangat bukanlah orang yang tepat untuknya. Patah hatinya membuat Ellera membuka matanya, Abi-lah selama ini yang...