1. Permohonan Terakhir

3.3K 165 7
                                    


Ruang kelas yang cukup ramai karena seam (dosen) sedang tidak ada dengan mahasiswa yang tengah sibuk dengan urusan dan pikran mereka masing-masing. Namun, kebisingan itu tak lantas membuat seoang namja (laki-laki) bergeming dari tempat duduknya yang tengah dalam posisi tertidur di pojok belakang ruang kelas. Tak di sangka ternyata ada sepasang mata yang terus menatapnya dengan tatapan pilu dan juga murung.
“Yaak, Kim Taehyung sampai kapan kau akan terus seperti ini?” Gerutu dalam hati seorang yongja (perempuan) yang dari tadi terus memerhatikan namja (laki-laki) yang bernama Taehyung itu. 

***

Di dalam kamar yang dengan nuansa yang tenang hampir mendekati hening, terlihat seseorang tangah membolak-balikkan buku berwarana merah muda dengan sedikit sentuhan gambar mawar putih yang menjadikannya begitu indah. Pikirannya kembali mengingat masa-masa yang begitu menyakitkan baginya.

Flasback on

Terlihat seorang yeoja (perempuan) dengan poni yang menutupi keningnya dan rambut hitam lurus panjang mengenakan baju rumah sakit tengah duduk di taman rumah sakit sambil menulis di buku diary miliknya. Wajah yang putih pucat tak menghilangkan kecantikannnya karena senyum lebar nan tulus terus terukir di bibir ranumnya. Tak disangka ada seseorang yang tengah mengawasinya dengan tajam dari belakang.
“ Duarrrr.....”
“ Yaak... Yerin-ah, kau mengagetkanku.” Pekik kesal Jihyo. Sedangkan Yerin hanya terkekeh dengan amukan sahabatnya itu.
“ Mianhae (maaf)” kata Yerin masih tersenyum simpul. “ Kenapa kau di luar? Udaranya cukup dingin di sini, tidak baik untuk kesehatanmu Jihyo-ah.” Yerin memberi nasihat sambil duduk si samping Jihyo.
“Kau cerewet sekali Yerin-ah, aku baik-baik saja dan udaranya tak terlalu dingin kok.” Kata Jihyo sambil menoel pipi tembem Yerin sahabatnya. “Ehmm... bagaimana kuliahmu hari ini?” tanya Jihyo sambil menutup buku diary nya.
“ Hufff seperti biasa...membosankan, karena tidak ada kamu. Yaak, cepatlah sembuh aku kesepian Jihyo-ah.” Jihyo hanya tersenyum mendengar curhatan Yerin.
“ Yaak, kau ini.” Balas Jihyo dengan tersenyum sesaat, kemudian senyumnya menghilang, entah kemana perginya. “ Yerin-ah, bolehkah aku minta satu permintaan padamu?” Tanya Jihyo dengan penuh harap.
“ Yaak, apa ini? Kenapa kau harus bertanya seperti itu, katakan saja apa yang kau mau, aku pasti akan mengbulkannya.” Balas Yerin dengan semangat.
Jihyo tersenyum kemudian mengutarakan keinginannya “Yerin-ah, tolong kau temani Taehyung.”
Bagai tersambar petir Yerin kemudian terpenjat dari duduknya “ Yaak, apa-apan kau ini Jihyo-ya. Kenapa aku harus menjaganya, dia itu namja chingu mu (kekasih). Kau sendiri yang harus menjaga dan berda di dekatnya.” Yerin, sebenarnya mengerti apa yang dimaksud oleh Jihyo tapi, dirinya masih belum bisa menerima kenyataan itu.
Dengan mata yang berkaca-kaca Jihyo masih tetap tersenyum kemudian memegang tangan Yerin dan menariknya kembali untuk duduk di sampingnya. “Yerin-ah, kau tau kan bagaimana keadaanku sekarang. Aku ...”
“Aniyo (tidak), kau akan sembuh Jihyo-ah. Aku tau kau yeoja (gadis) yang kuat. Kau pasti bisa melawan penyakit ini. Jangan menyerah hanya karena prediksi dokter. Dokter bukan Tuhan Jihyo-ah.” Tangis Yerin pecah dikala dia mengatakan itu kepada Jihyo.
“ Ne, Arraseo (Iya, aku tau). Tapi Yerin-ah, siapa yang mau kau bohongi oh? Penyakit ini sudah begitu parah, aku bahkan sudah sangat lelah dengan semua obat dan alat-alat itu. Ku mohon mengertilah keadaanku Yerin-ah.” Jihyo memohon kepada Yerin sambil menangis dan memegang ke dua tangan sahabatnya itu. Hening sesaat di antara mereka. Kemudian jihyo kembali bersuara “ Yerin, hanya kau satu-satunya sahabat yang aku percaya. Aku tak tau sampai kapan aku akan bertahan Yerin-ah, aku mohon jagalah dia, aku sangat mencintainya.”
Yerin hanya diam dengan terus menahan isak tangisnya, “Kalau kau mencintainya, kenapa kau menyerah pada penyakitmu Jihyo-ah, perjuangkan hidupmu dan cintamu.” Tangis yang sedari tadi coba di bendung akhirnya hancur... kini Yerin memeluk Jihyo erat, begitu pula sebaliknya.

Dalam pelukan yang penuh haru biru itu, Yerin merasakan pelukan Jihyo yang mulai melemah, seketika iya tertegun “ Jihyo-ah, kau...Jihyo......” Pekik Yerin dikala melihat Jihyo yang pingsan dengan darah segar terus keluar dari hidungnya. Seketika suster membawa Jihyo kembali ke ruangannya dan dokter segera memeriksa keadaan Jihyo. Cukup lama Yerin bersama kedua orang tua Jihyo menunggu dengan perasaan cemas di luar ruang rawat Jihyo, sampai pada akhirnya dokter keluar.
“Bagaimana dengan keadaan anak kami dok ?” tanya Appa (Ayah) Jihyo panik.
“Keadaan Jihyo-ssi semakin memburuk, kini kita hanya tinggal berdoa dan meinta ke pada yang di atas. Saat ini obat-obat yang kami beri hanya mampu untuk menghilangkan rasa sakinya saja.” Ucap dokter tersebut dengan wajah lesu. Yerin tak serta-merta dapat menerima apa yang telah dijelaskan oleh dokter, ia lantas pergi etah ke mana, yang jelas ia ingin lari dari kenyataan yang baginya tak dapat ia tanggung.

Di jalan yang hanya beberapa kendaraan yang berlalu lalang terlihat seseorang tengah berjalan dengan perasaan hancurnya. “ Andwae (tidak boleh), Jihyo tidak boleh pergi.” Cucuran airmata terus keluar dai kedua pupil mata Yerin. Ya gadis itu Yerin, keadaan Jihyo yang semakin membutuk membuatnya tak bisa untuk terus berpura-pura tegar. Di tengan isakan tangisnya, ponsel Yerin berdering, segara Yerin mengakat telepon tersebut.
“Yeoboseo (halo)” suara Yerin bergtar. “Apa?!, ah ne ne (ah iya iya) aku akan segera ke sana.” Dengan segera Yerin menghantikan taxi yang kebetulan lewat. Ia segara menyuruh untuk keruma sakit tempat Jihyo dirawat.

Yerin baru mendapat kabar bahwa Jihyo sedang kritis setelah tadi sempat pingsan. Yerin terus berdoa dalam hati agar sahabatnya itu tidak akan terjadi apa-apa. Sampai di rumah sakit, Yerin segara berlari seperti orang kesetanan menuju ruangan Jihyo. Terlihat di sana Appa (Ayah) Jihyo dengan mata yang sudah sangat sembab dan eomma (ibu) Jihyo yang sudah lemas dan terduduk di sofa. Pikiran Yerin seketika linglung. Ia tak berani melihat ke arah bangsal tempat Jihyo. “Ahjussi (paman), kenapa ini? Di mana Jihyo?” tanya Yerin dengan menahan airmata. Appa (ayah) Jihyo hanya diam dan menunjuk bangsal Jihyo namun di sana terlihat seperti ada seseorang yang wajahnya sudah ditutupi kain putih. Yerin masih berusaha mengolah situasai yang ada yang berkecambuk di otaknya, “Kenapa kau menunjuk ke sana Ahjussi (Paman)? Di sana tidak ada Jihyo, di mana dia? Ah, tentu saja dia di taman kan? Aku akan memanggilnya.” Ucap Yerin penuh harap.
Ketika Yerin hendak melangkahkan kaki keluar dari ruangan tersebut tangannya ditahan oleh seorang wanita paruh baya yang tidak lain adalah Eomma (ibu) Jihyo. “Sadarlah Yerin-ah,  Jihyo sudah pergi.” Satu kata yang keluar dari mulut eomma (ibu) Jihyo yang langsung membuat tubuh Yerin lemas, seakan seluruh tulangnya melunak. Kedua kaki Yerin tak dapat lagi menahan berat tubuhnya. Seketika Yerin jatuh dan terduduk di lantai rumah sakit. Satu airmata lolos dengan sendirnya dari mata Yerin, kemudiaan disusul bertubi-tubi airmata yang baru. “ Andwae,...(tidak boleh) Andwae....Jihyo-ah!!!” Yerin segera bangkit dan memeluk tubuh sahabatnya yang sudah kaku tersebut. Perlahan dengan keberanian dan ketegaran yang tersisaa Yerin membuka kain putih yang menutup wajah yeoja (perempuan) itu. “Jihyooooo......!!! Bangun, bangun Jihyo, aniyo (jangan). Bangun, kau tidak boleh seperti ini. Jangan pergi... Jihyo-ah!!!” Teriakan dan tangisan sesak memenuhi ruang itu.

Flasback off

Yerin segera menutup buku diary itu. Matanya suda basah ketika mengingat kejadian itu. “Wae ( kenapa) ? kau meninggalkan sahabatmu seperti ini oh. Kau jahat Jihyo.” Isak Yerin lagi yang kini tengah membenamkan wajahnya di bantal.

***

I Need You [Taerin] End Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang