Tobio merasa puas dengan hasil tangkapannya setelah sejam penuh berkeliling hutan, dua ekor rusa betina dan kelinci cukup untuk mengisi tiga lusin perut yang kelaparan. Tooru memerintahnya untuk berburu, katanya untuk merayakan bergabungnya Tobio ke dalam pasukan.
Meski sudah sangat terlambat untuk merayakannya, lagipula, dia bukan anggota utama, hanya anak bawang yang terjebak dalam kumpulan remaja beranjak dewasa dengan tubuh kekar.
Tugas yang diberikan pada Tobio sangat mudah, dia pernah hidup di tengah hutan dan hafal setiap akar pohon yang melintang menghalangi jalan, dia hafal di tempat mana saja bisa menemukan hewan buruan.
Satu-satunya kesulitan yang dialami hanya karena Tobio sudah lama tidak menyentuh busur, senjata itu sudah lama ia tinggalkan sejak kabur dari kampung halaman. Tapi ketika tangannya mulai terbiasa, anak panah bisa ia lesatkan nyaris sempurna.
Selama tiga bulan ia berada di bawah asuhan Tooru, menghabiskan waktu dengan menajamkan kemampuan berpedang tiap kali Tooru ada waktu luang. Tooru banyak membantu dengan membuatnya berlatih dengan Tooru seharian.
Tobio selalu memerhatikan gerakan mentornya dengan teliti, tidak ada gerakan sia-sia yang ia lakukan. Setiap serangan dilakukan dengan tenaga penuh, membuat tangan Tobio ngilu tiap kali bilah keperakannya menghantam milik sang lawan.
Andai Tobio tidak menyaksikan kedua sahabatnya dibunuh oleh Kawanishi Taichi, mungkin dia akan percaya sepenenuhnya pada Tooru.
Karena Tobio bisa melihat ketulusan yang terpantul pada netra cokelat madu itu tiap kali mengajarinya. Dia juga bisa merasakan kehangatan ganjil yang membuatnya tenang. Sosok pemuda berhelai mahoni itu mengingatkan Tobio pada sang kakak meski sifat mereka sangat berlawanan.
"Kalau Tooru-san tidak pernah serius melawanku, kapan aku bisa berkembang?"
Pertanyaan itu dilontarkan setelah ia bosan, sejak awal Tooru menahan diri sebelum bilah peraknya menghantam pemilik helaian langit malam.
"Begini ya, Tobio-chan. Bahkan jika aku hanya menggunakan pedang kayu, aku masih bisa mengalahkanmu dengan mudah,"
Sudut bibir Tooru melengkung tak simetris, untuk ukuran anak seusianya, Tobio bisa dianggap jenius dalam hal kemampuan bertarung. Sayangnya anak itu tidak pandai mengendalikan emosi, dipancing sedikit lagi saja, dan Tooru yakin sekali,
"lagipula, Kawanishi yang masih bau kencur saja, bisa membunuh kedua temanmu dan membuatmu kewalahan."
Tang!
bocah di hadapannya akan mengayunkan katana ke arah lehernya, dengan sekuat tenaga.
Senyum Tooru makin lebar, di samping refleksnya yang bagus, dia sudah menebak reaksi Tobio sehingga mampu menahan serangan itu. Kalau dia terlambat satu detik, saat ini lehernya pasti sudah terkoyak.
"Duh, Kau harus bisa mengendalikan emosimu dengan lebih baik lagi, Tobio-chan."
"Kalau Tooru-san masih punya waktu untuk memancingku, sebaiknya hati-hati, karena Kau tahu pasti bahwa katanaku lebih tajam."
Tobio tidak berbohong atau hanya membual soal katananya yang lebih tajam, dia memang bukan seorang pandai besi atau pakar senjata, tapi dia sudah mengenal pedang sejak kecil. Kurang lebih dia tahu sebaik apa kualitas pedang miliknya dan milik orang di sekitar.
Bilah keperakan milik Tobio memiliki ukiran berbentuk rubah di ujung gagangnya, ukiran itu sangat jarang Tooru temukan, mungkin yang dimiliki Tobio itu satu-satunya. Meski dia tidak tahu bagaimana katana itu ditempa, tapi dia mengenal siapa pemilik sebelum Tobio, Tooru juga paham betul bagaimana mudahnya bilah itu bisa memutus saluran napasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kitagawa Daichi
FanfictionKageyama Tobio tidak pernah mengenal orangtua kandungnya, dan lahir di masa peperangan memaksanya untuk bisa melindungi diri. (Haikyuu milik Haruichi Furudate sensei Saya hanya meminjam karakternya)