17. Akhir yang bukan Akhir

827 157 30
                                    


Shin hye masuk ke dalam kuil tempat ayahnya bersemanyam, hari ini setelah hari-hari yang panjang dan melelahkan... ingin rasanya dia bertemu dan bicara dengan ayahnya. Banyak hal yang ingin dia adukan... banyak airmata yang ingin dia keluarkan dipelukan ayahnya. Dan juga dia ingin mengatakan betapa bahagianya dia berhasil memberi hukuman pada Seo heo jun.

Shin hye bersimpuh di depan foto ayanhnya sembari tersenyum walau setetes airmata sudah meluncur disebelah pipinya. Shin hye tersenyum simpul sembari menyatukan kedua tangan.

"Apa kabar, appa?" Ujar Shin hye pelan." Kau baik-baik saja disana? Aku datang dengan sebuah kabar baik untukmu.

"Kau menangis?

"Tidak.

"Lalu, kenapa matamu basah?

"Aku bilang aku tidak menangis. Mataku hanya kelilipan debu saja.

"Putri kecilku yang suka berbohong.

Shin hye menatap ke depan seolah dia melihat ayahnya diduduk dihadapannya dengan senyuman tulus yang membuatnya semakin deras meneteskan airmata. Merasa sedih? Yaa tentu saja.

"Aku bukan anak kecil, appa. Kenapa appa selalu memanggilku seperti itu? Aku sudah dewasa... bahkan aku..." Shin hye langsung merapatkan mulutnya. Dia tidak tahu bagaimana menyampaikan kabar kalau dia sudah memenjarakan Seo heo jun.

"Putri kecilku sudah tumbuh menjadi wanita dewasa yang bertanggung jawab.

"Appa bahagia?

"Ya... bahagia melihatmu tersenyum. Jangan menangis.

"Aku sudah menghukum mereka, walau tidak dengan nyawa mereka.

"Kau sudah melakukannya dengan baik. Cukup sampai disini saja.

"Aku... sangat merindukanmu.

"Appa lebih merindukanmu. Shin hye ah... kau menangis?

"Tidak... aku tidak menangis karena sedih. Aku menangis karena aku bahagia. Appa... mulai sekarang hiudplah dengan tenang, jangan pikirkan aku lagi. Aku baik-baik saja disini, aku akan hidup bahagia seperti yang appa inginkan. Dan juga,  bolehkah aku... mencintainya?

Appa  Shin hye tersenyum." Kau bahagia hanya dengan melihatnya. Lakukan apa yang dikatakan hatimu.

"Saranghae appa" Shin hye tersenyum menatap bayangan ayahnya yang semakin menghilang.


***

"Ada apa? Kau tahu aku tidak ingin bertemu dengan siapapun. Aku sangat sibuk dengan kasus appaku." Seohyun berujar sinis seakan menyinggung Yong hwa.

"Aku tidak akan lama." Yong hwa memberikan sebuah amplop coklat pada Seohyun.

"Apa ini?

"Kau juga menderita selama ini. Aku ingin kau hidup dengan baik mulai saat ini. Lakukan apapun yang kau inginkan.

"Cerai? Ck... aku sudah duga. Setelah apa yang kalian lakukan, kalian akan semakin menghancurkanku. Apa setelah ini... kau akan menikahi Shin hye? Dia... dari dulu selalu sangat beruntung.

Yong hwa diam tidak menimpali Seohyun. Dia tahu kalau dia bersuara, dia akan membuat Seohyun semakin terluka. Maka dari itu, Yong hwa akan membiarkan Seohyun mengatakan appaun yang dia rasakan.

"Aku tidak tahu tepatnya sejak kapan aku membenci Shin hye. Atau mungkin karena ibu lebih menyayanginya dari pada aku putrinya sendiri. Ibu bilang aku harus seperti Shin hye, gadis penurut dan baik hati akan selalu lebih disenangi oleh siapapun. Ibu bilang " Seohyun ah... lihat Shin hye, dia mendapat nilai A disemua mata pelajarannya. Seohyun ah ibu menyayangimu, tapi... bisakah kau menuruti apa yang ibu katakan? Shin hye adalah anak yang baik dan penurut. Itulah kenapa semua orang sangat menyayanginya." Apa yang harus aku lakukan? Hatiku terluka, ibu selalu membandingkanku dengan Shin hye yang baik, Shin hye yang penurut dan Shin hye yang pintar. Ibu tidak tahu kalau saat dia mengatakan itu, hatiku terluka dan secara perlahan aku mulai tidak menyukai Shin hye. Aku mengatakan hal yang tidak benar tentang Shin hye sampai dia harus keluar dari sekolah. Aku membuatnya menangis setiap hari walau dia tidak menunjukannya dihadapanku. Dan aku terus melakukannya sampai saat ini.

Power Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang