Part 6 - "Klub Ricuh"

521 64 4
                                    

"Gimana kemarin des makan siangnya?", irene bertanya.

"Biasa aja sih... sampai akhirnya harus ketemu kak bejo dan....", aku berhenti.

"Dan?" reiva mengangkat alisnya.

"Ya itu, satunya",

"Terus?" irene antusias.

"Dia sempat ngelirik sebentar tapi aku langsung buang muka", ku hela nafasku.

"Wah, gimana besok kalau kamu ketemu di klub fisika?", reiva.

"Astaga!! Aku sampai lupa bilang pak Zam untuk berhenti dari klub"

"Keasikan pedekate sama Gio yaaa", reiva menggoda.

"Yee, pa'an sih", aku malu.

"Jadi kamu suka sama Gio?", irene blak-blakan.

" Hm...entahlah, beberapa hari ini rasanya biasa saja, sejujurnya aku mungkin lebih suka menghabiskan waktu bersama kalian". Jawabku jujur.

"Bohooong, cieee, kapan jadiannya nih sama Gio?", reiva.

"Apaan, blum kepikiran, aku mau belajar dulu".

Irene diam saja, tapi tampaknya sedang berfikir. "Kenapa Ren?"

Irene menggeleng, "desyca bener juga, ga perlu jadian cepat-cepat, harus tau busuk-busuknya dulu, jangan cuma alasan tampaknya dia suka terus kita iyain jadi pacar".

Aku dan reiva berpandangan, "Tumben" kata kami serempak.

"Menurut gue loh!", irene sebal digoda. "kamu sendiri harus yakin dengan perasaanmu, kalau kamu suka banget mungkin dia akan benar-benar tulus sama kamu", irene lanjut menggurui.

"Ren, kamu sehat?" kataku.

"Jawab aja deh!" Irene kembali galak.

"iya aku masih ragu, siapa tau dia cuma ingin berteman, kalaupun iya aku juga senang temanku bertambah".

***

Bel berbunyi.

"wah udah bel, yuk balik ke kelas", ajak desyca.

"Duluan Des", reiva tersenyum, "aku nyusul bentar"

"oke", desyca bergegas

Reiva berbalik ke Irene.

"Sikapmu barusan gak biasa ren... kamu menyembunyikan apa dari kami?"

"Aku belum bisa bilang, bar ku pastikan dulu", irene berjalan melenggang.

***

______

Tidak terasa hari ini adalah pertemuan kedua klub fisika, dan aku belum berhasil merangkai kata untuk mengundurkan diri dari klub.

Langkah kaki ini terasa berat menaiki tangga gedung ni. Aku berhenti di depan tangga. Ayo Desyca, kamu pasti bisa, kamu bisa menghadapi si cebol mesum itu dengan tegas. Yup. Dan aku melangkah.

Sejenak aku terdiam, didepan klub fisika ramai sekali beberapa murid binusvi yang berkerumun. Ada apa ini? Aku berjalan mendekat.

Beberapa orang yang menyadarainya langsung memandangku dan berbisik kek teman di sebelahnya.

Aku nyengir, tapi mereka malah seperti mencibir tak senang. Dosa apa aku.

Pak Zam berdiri didepan pintu, lebbih tepat seperti nya seperti bodyguard yang menjaga idol dari para fans.

"sudah.. sudah.. bubar!", kata pak Zam tegas.

"Tapi pak, kami juga mau masuk klub fisika..", beberapa siswi ngotot sambil curi-curi pandang ke dalam klub.

The A TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang