Part 8 - 'Shadow in the Dark'

450 56 13
                                    

Votenya belum nyampe 20, so there'll be no update

_______________

Seminggu ini terasa berat bagiku, reiva dan irene saling diam dan menjauh. Reiva menghabiskan waktunya bersama teman sekelas kami, dan aku kadang menemani irene di kantin atau perpustakaan.

"Irene... kenapa sih sampai segitunya?" Tanyaku
"Gue pengen yang terbaik buat temen gue, dia gak bisa nerima. Gitu doang des" irene datar.
"Tapi... gue sama gio juga ga ada apa-apa"
"Trus kenapa reiva yakin banget gio pdkt sama elu"

Aku gelagapan, karena nyatanya gio selalu mendekatiku.
"Um.. itu.. "
"Lu suka ma gio?" Tembak irene.
"Gak... ga tau sih" aku ragu, aku tidak memikirkannya.
"Jauhi des" kata terakhir irene sebelum dia masuk ke kelasnya.

Aku bisa melihat reihan melambaikan tangannya ke arahku, "mampir des?"
Dan, si dirgarong memandangku sebal, "hush hush" dia mengusirku. Dih! Sapa juga yang mau jadi orang ketiga diantara dirga - reihan.

Aku menggeleng, sekelebat tatapanku bertemu dengan tatapan ratu, menyeramkan.

Klub fisika sudah berjalan seperti biasa. Pak zam memutuskan untuk menambahkan jam klub menjadi 2x seminggu. Biasa dalam arti kata dirga yang rese, mas bejo yang selalu perhatian (senangnyaaa), reihan yang selalu membuat tertawa lepas, dan.... si cebol yang diam saja, masih dengan tatapan cuek, ngomong ketus, dan psp yang jarang lepas dari tangannya.

"Ngapain lu liat-liat kak juna!" Suara dirga.
Sial! Umpatku dalam hati
"Siapa yang liat-liat" kataku salting, dan si bantet cuma bilang. "Berisik!"
"Ka juna, desyca naksir tu, curi-curi pandang terus" dirga cari muka.
"Apaan!!!!!" Aku langsung protes.

"Ada apa sih dek?" Ka bejo bertanya, lembut menyejukkan hati, uuuh.
"Ini kak, dirgarong mulutnya minta disumpal!" Aku mengadu.
"Sumpal aja noh! Pake sepatu geu!" Reihan menggoyang-goyangkan sepatu balensiaga nya, duh duh, sekolah pake sepatu bermerek gitoh.

"Iigh, reihan jaahaaat!" Dirga sok imut.
"Amit amit!" Reihan bergidik.
Aku dan mas bejo tertawa, kulihat si juna lempeng aja main psp nya, sampai tiba-tiba.. seet!!
Pandangan kami bertemu dan terkunci.
1 detik, 2 detik, 3 detik.

"Dek?" Ka bejo bertanya
"Ya?" Aku gugup
"Ada soal yang sulit? Sini ka bejo ajarin" dia tersenyum, guanteng bingiit.
"Eh, hee iya ini kak" aku lalu bertanya soal yang tak kumengerti dan membahasnya bersama ka bejo, tanpa ku tau bagaimana reaksi si cebol mesum.

Klub hari itu berakhir dengan damai, kami sibuk belajar, kecuali si cebol mesum yang malas-malasan dan terus menerus menguap.
Aku merapikan bukuku dan siap berpamitan.
"Kaka kaka semua, pak zam, pamit dulu ya"
"Sejak kapan gue jadi kaka elu" dirga meledek
"Kalau hubungan kaka adek lebih mesra dari pertemanan gue mau deh jadi kaka elu des" reihan merayu.

Huaaaaa, kalau tak ada ka bejo disitu pasti aku sudah terkapar karena leleh, haha.
"Apaan sih reihan! Kalau aku nyapa kamu, ntar istrimu marah tu!" Aku menyindir dirga.
"Reihan genit ya!" Dirga ngambek.
"Jijik!" Reihan kabur disusul dirga.
Aku tertawa melihat mereka, selalu berantem tetapi selalu dekat.

"Yuk bareng dek! Lumayankan dari parkiran ke gerbang depan jauh" ka bejo menawarkan.
Dan memang iya, aku harus jalan 10 menit menuju ke gerbang.
"Boleh?" Tanya ku ragu
"Tentu aja" ka bejo memandangku. Aku terkesima oleh ketampanan yang hakiki tiada tara itu.

Bukk!!!
Sesuatu lewat diantara aku dan kak bejo, si banteeeeet!
"Minggir woi!" Katanya ketus, "ga sadar apa bongsor-bongsor" gumamnya sambil tetap main psp.

"Hih!" Aku keceplosan.
"Dek desyca tunggu sama juna dulu ya dibawah, aku parkirnya dekat kok!" Ka bejo menawwrkan
"Iyaaaa" aku terhipnotis. Wait! Nunggu sama siapa!!!!! Si mesum! Noooooo!

The A TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang