Part 3 - "Klub Fisika"

442 69 2
                                    

Jangan lupa vote nya coy
__________________________

Setelah ku kembalikan komik usang itu, aku sedikit berlari, karena jelas aku susah untuk berlari kencang.

Sirius A, rasanya sungguh penuh memori, aku tak terlalu mengerti kenapa. Membuatku penasaran, adakah siswa/siswi binusvi yang bernama itu. Aku ingin bertemu, dia pasti juga mengerti tentang astronomi. Pasti akan sangat menyenangkan membahas tentang rasi bintang bersama-sama. Kalau dia perempuan akan kuajak kerumah untuk mencari bintang bersama-sama.

Tapi bagaimana bila itu cuma inisial, bagaimana aku bisa menemukannya.
Ah, aku kan sering kesana, pasti kami akan bertemu. Dan mungkin aku akan mengklarifikasi beberapa obrolanku dengan rieva dan irene bila dia menganggap kami orang aneh.

Kulirik jam tangan ku, sial, jam 3 lebih.

Klub itu berada di lantai tiga, sekuat tenaga aku berusaha menaiki tangga dengan cepat. Terasa gerah, koridor gedung ekskul ini memang tidak tersedia ac.

Pintu pertama, kedua, ketiga, kulihat diatasnya terpampang 'klub fisika'.
Brak kubuka dengan paksa, ternyata tidak terkunci. Udara terasa sejuk.

Ruangan itu luas, pintu berada ditengah ruangan. Kubanting saja dengan kaki daun pintu itu agar tertutup. Brak!

Kubuka jas merah ku, masih ada kemeja putih yang kupakai.

Kemejaku sedikit basah karena keringat, karena cuma sendiri jadi kupikir aku akan berganti kaos putih saja, toh aku sendiri dan ini acara ekskul. Setelah selesai, sambil tetap berdiri dibawah hembusan ac, kurapikan rambut bergelombangku. Kuncir kuda saja, biar simpel.

Tampak kursi dan meja berjajar rapi di sisi lain ruangan. Ku lempar tas ku ke salah satu meja.
Mendarat dengan selamat.
"Yesss!!!", kataku berbangga.

Tok tok!
Suara ketukan dipintu. Sial, buru-buru kupakai lagi jas merah binusvi. Untung saja aku sudah memakai kaosku. Ya ya, aku tahu aku terlalu slebor.

Tepat saat pak zam membuka pintu dan melongok kedalam aq sudah memakai jasku.

"So-sore pak zam", sapaku ramah.
"Ah, desyca ya", pak zam tersenyum manis. Ganteng nyaaaa.
"I-iya pak kok tahu?" Kataku malu-malu.
"Habis isinya klub fisika tidak banyak", pak zam masuk keruangan. "Bapak harus memaksa beberapa siswa agar klub ini tidak dibubarkan", pak zam meringis.

Fisika, haha. Memang tak banyak yang menyukainya. Tapi aku suka. Aku melangkah menuju barisan kursi, dan memilih tempat yang paling ujung.

"Kemana mereka...", pak zam membuka hp nya.

"Hei kalian dimana?"  Pak zam berbicara di telpon.
"Cepatlah naik kesini!, ... tidak usah mengeluh capek Ga! ... apa dia bersamamu? Ajak sekalian ya! ... kamu mau memeras bapak guru ya! ... haaah, yasudah, cepatlah naik", pak zam menutup panggilannya.

Toktok!
Ah, tampaknya mengetok merupakan keharusan.

Pintu terbuka, sosok bule tampan! Masih mengenakan seragam basket.
Kak bejo!!! Ngapain bintang basket binusvi disini!
"Pak zam, maaf bejo baru selesai tanding". Astaga, bule tapi medhok!!!

"Iya, gakpapa, tapi ganti baju dulu sana, ada toilet di pojok ruangan".

Aku bengong menatap kak bejo. Kak bejo melihatku, tersenyum.
"Hai", sapanya lembut sambil berlalu menuju toilet. Aku sudah tak bisa mengontrol mulut yang menganga, tak percaya.

Dua cowok ganteng kebangetan didepanku. Pak Zam dan kak bejo. Gila, reiva bisa histeris.

"Mana lagi dua terong itu!", pak zam melihat jam tangannya.

The A TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang