Part 5 - "Shin-chan"

484 62 2
                                    

Brak Gedubrak!

Kutendang semua yang menghalangi jalanku.

"Heh! Heh! kesambet kamu hah!", mami ngomel. "Tendang aja semua, bentar lagi mami tendang kamu keluar rumah!!"

"Biarin!! ini semua salah mami!", air mataku serasa ingin meledak. Aku langsung menaiki tangga menuju kamarku.

"Gila kamu ya! jangan kebanyakan ngelamun tengah malam deh!", omel mami.

Brak! kubanting pintu kamar dan kukunci.

Tess, air mataku mengalir, baru kali ini aku dipermalukan seperti ini. "CEBOL SIALAAAAAAAN!!" teriakku.

Kupukul-pukul boneka penguin didepanku dengan kuat. Kenapa aku harus mengalami kesialan ini, kenapa harus ada yang lihat aku ganti baju.

Aku termenung, sedikit banyak salahku juga tidak mengecek ruangan itu. Aku bahkan tidak mengunci pintunya saat berganti baju.

TIDAK! si cebol itu tetap salah. Dia kan tahu aku datang, apalagi aku membanting pintu itu. Dia seharusnya memanggil atau menegurku! Kan!.

Aku tetap menangis. Rasanya ingin menghilang saja dari muka bumi ini. Ku usap air mataku dan segera berganti baju. Kulepas benda bertuah dan berganti dengan yang lain.

Kulempar keatas lemari benda merah berenda bertuah ini. "Jangan harap aku memakai itu lagi!".

Kuhempas badanku ke bed. Rasanya lelah dan sedih, belum pernah dipermalukan seperti ini. Aku tidak tahu bagaimana harus bertemu lagi dengan si cebol itu. Sebaiknya aku mengundurkan diri dari klub. Apapun resikonya, walau aku harus keluar dari Binusvi.

***

"Jun, ngapain senyum-senyum sendiri?", bejo melirik sahabat disampingnya.

"Enggak tu", jawab Juna dengan tersenyum.

"Gila lu ya, jangan kebanyakan baca manga deh!"

"Hmm".

***

_____________

"Des... pagi-pagi udah suram aja", Rieva menyikutku.

"Hm...", kukubur wajahku di meja.

"Gimana kemarin klub fisikanya... aku dengar....", dia memelankan suaranya. "isinya.. Pengeran-pangerannya the A team ya?"

Kupalingkan wajahku menghadapnya sambil tetap menempel di meja. "Bisa Jadi"

"Semua nya?",
"Tidak"
"Ka bejo?"
"Ya, ya"
"Ka Juna"
"Tidak, ya, bisa jadi"
"Duuh, maksud kamu gimana sih des. Trus siapa lagi? Dirga?"
"Ya, ya"
"Dih, ini bukan kuis des!"
"Auk ah reiv.." aku kembali mengubur wajahku.

Pikiranku kemana-kemana sepanjang pelajaran, memikirkan cara mengungkapkan ke pak zam untuk mundur dari klub fisika.

Teeet, bunyi bel menandakan istirahat.

"Desyca... hi", suara gio menghampiri kami.
Langsung kutegakkan dudukku, "ya"
"Kalian... ga ke kantin?" Gio juga tersenyum ke reiva sejenak.
"Um.. mungkin, sebentar lagi", jawabku kikuk.
"Bareng yuk, reiva juga" gio sopan.

Reiva menatapku, "um... kalian duluan aja, aku nunggu irene aja, hehe".

"Jadi des?", gio menunggu jawabanku.

Tentu saja aku kaget, aku tak pernah kemana-mana selain sendiri atau bersama irene dan reiva.

"Mung-mungkin lain kali Gio, ada.. ada yang harus kukatakan pada irene dan reiva", wajahku panas, pasti sudah merah sekali.

The A TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang