Singto hanya tertawa geli. Ia jelas menikmati pemandangan wajah Krist yang sangat menggemaskan. Terlebih ia tadi memeluk Krist. Seandainya ia bisa melakukan itu kapan saja ia mau.
"Singto, aku tidak menyangka kau bisa menyanyi sebagus itu. Dan lagi, apa yang terjadi padamu? Kenapa bernyanyi lagu itu? Membuat sedih saja.." lanjut Nana.
Singto terkekeh, "Lagu itu adalah suara hatiku,"
Nana nyaris melotot. Singto bodoh itu. Tidak mungkin ia membocorkan rahasianya sekarang kan?
Singto terdiam. Sadar ia melakukan kebodohan lagi. Tangannya terulur merangkul Krist dan Nana, "Karena aku sedang bahagia, mari kita makan. Tenang saja. On me!"
Nana berseru senang, "Kuharap kau bahagia selamanya!!"
Hanya Krist yang tersenyum simpul tidak mengeluarkan suara. Ia merasa keanehan ini lagi. Dan ia tidak bisa berbohong, jantungnya berdegup sangat kencang. Ia juga bahagia...
.
.
.
Singto tertawa geli melihat Krist yang makan dengan lahapnya. Pipinya menggembung tanda sudah terlalu penuh. Tanpa sadar Singto mengelus pipi Krist, "Makanlah pelan-pelan. Tidak akan ada yang mengambilnya darimu,"
Krist nyaris saja tersedak. Menelan makanannya dengan susah payah lalu mengangguk. Jantungnya kembali berdegup dengan kencang, reaksi alami yang ia rasakan setiap berinteraksi dengan Singto.
Nana berdeham agak keras, mencoba membantu Krist dan menyadarkan Singto dari kelakuan bodohnya. Nana merasa kesal. Susah sekali berada di antara dua sahabatnya yang kelewat bodoh.
Singto menarik tangannya dan melanjutkan kembali kegiatannya yang tertunda. Ada apa dengannya hari ini? Kenapa dirinya seperti tidak terkendali?
Nana membuka percakapan, "Aku yakin, kau akan semakin populer, Singto."
Singto hanya mendengus tidak perduli. Toh dirinya sudah terbiasa dikagumi banyak orang. Seharusnya bukan menjadi masalah.
"Lihatlah sebentar lagi pasti banyak gadis-gadis yang akan mengejarmu," Krist berusaha untuk menyembunyikan rasa kesalnya. Berusaha untuk terdengar senormal mungkin.
"Itu urusan mereka, kan? Biarkan saja." Singto tetap tidak perduli.
"Tapi mereka pasti akan berusaha mendapatkanmu. Melakukan ini-itu. Kau tidak akan menduga," Krist kembali berujar sengit.
"Lalu aku harus apa?"
"Ya, kau jangan sampai membuat mereka berharap dan—"
Kini Singto benar-benar menatap Krist, sedikit bingung kenapa sahabatnya menjadi sensitif sekali. "Krist, kenapa kau marah?"
Nana menepuk jidatnya. Krist bodoh. Krist mudah sekali terpancing emosi. Dan sekarang ia benar-benar terjebak karena emosinya sendiri.
"Siapa? Aku? Tidak." Krist diam-diam melirik Nana, meminta pertolongan.
Singto memandang Krist penuh selidik, "Kau terdengar seperti... cemburu?"
Krist terdiam. Tidak tahu harus berkata apa. Ia sudah skakmat di sini.
Nana menggebrak meja, "Hei hei, sudahlah. Kalian ini berisik sekali. Biarkan aku makan dengan tenang!"
Akhirnya mereka kembali dengan kegiatan masing-masing. Krist menggumamkan kata terimakasih yang dibalas anggukan oleh Nana. Tidak masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Million What IF
Любовные романыSeandainya.. aku tidak terpesona dengan mata coklatnya. Seandainya.. aku bisa memberantas perasaan yang hadir setiap ia menatapku. Seandainya.. cinta dapat memilih tempat untuk bermuara. Seandainya.. ia bukan sahabatku. "Mungkin.. pertemanan adal...