Lalu.. apa?

1.2K 172 5
                                    

"Aku berani bersumpah kau sedang memikirkan hal-hal buruk, Krist." Nana kembali menyahut.

"Aku tidak tahu..."

Nana menghela napas lagi, "Pikirkanlah dengan baik. Kau mengenal Singto sangat baik, melebihi siapapun. Esok hari, mari kita bicarakan kembali."

Lalu sambungan itu terputus begitu saja.

Krist tidak berbohong, ia bahagia sekali. Singto memiliki perasaan yang sama dengannya. Tapi apakah ia berhak mendapatkan perasaan itu? Ia bukan apa-apa jika dibandingkan dengan Singto. Singto nyaris sempurna. Ia seperti debu jika disandingkan bersama dengan Singto.

Krist tidak menyangka akan sesakit ini rasanya. Tersesat dalam keraguan hati sendiri. Tidak tahu mana yang benar atau mana yang hanya sekadar harapannya. Krist mengerjapkan matanya yang memanas. Langit-langit kamarnya terlihat buram seiring dengan air mata yang terus menerus keluar...

.

.

.

Sesaat sampai di rumah, Singto langsung menghubungi Nana. Sahabatnya itu bisa sangat berisik jika keinginannya tidak dipenuhi.

"Na—"

"SINGTO!!!"

Singto refleks menjauhkan ponsel dari telinganya, lama-lama ia bisa tuli. "Sekali saja, bisakah kau tidak—"

"TIDAK BISA!"

"Oke, oke. Jadi ada apa?" Singto segera menjauhkan lagi ponselnya, mengantisipasi teriakan berikutnya.

"Tapi kau harus berjanji tidak akan marah kepadaku.." suara Nana melunak. Ia takut Singto akan marah kepadanya.

"Baiklah, apa?"

"Itu... Krist sudah mengetahui semuanya.." Nana menutup mata, takut akan reaksi Singto.

Mulut Singto menganga, "Apa?!"

"Maafkan aku.. kau harus mendengarkan dulu! Hei! Hei! Tunggu dulu!"

Singto mengatupkan giginya dengan keras. Ia rasanya akan gila. Singto bisa saja membanting apapun yang ada di dekatnya untuk melampiaskan emosi.

"Aku rasa dia perlu tahu, Singto. Untuk apa kau menyembunyikannya terus menerus?"

"Kau ingin aku mati ya?" Singto membalas skeptis.

"Tidak, tunggu. Tidak seperti itu—"

Singto nyaris frustasi, "Lalu bagaimana?! Kau PAHAM sekali Krist seperti apa!"

"Iya, aku tahu, tapi—"

"Apa?!"

"Krist mencintaimu!" Ya. Satu rahasia terbongkar, meluncur begitu saja dari mulut Nana.

Hening di ujung sana. Nana menunggu dengan mata terpejam. Tapi..

"Tunggu, jangan katakan kau sudah mengetahuinya?!" mata Nana terbelalak seperti ingin keluar dari tempatnya. Reaksi Singto sangat jauh dari perkiraannya. Ia tidak memperikarakan seperti ini.

Singto menjawab dengan suara sedingin es, "Tidak mungkin aku tidak tahu.."

Singto adalah orang yang sangat memahami Krist. Ia sangat memperhatikan Krist melebihi apapun. Jika Nana saja bisa mengetahuinya, seharusnya Singto jadi orang pertama sebelum Nana yang dapat menebak isi hati Krist.

"Jadi, selama ini.. kau.." Nana tidak mampu melanjutkan. Ia tidak tahu harus bersikap seperti apa.

"Aku berani bertaruh, Krist akan menjauhiku."

A Million What IFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang