Di keheningan malam serta gemerlap cahaya yang ada, terlihat seorang gadis dengan setelan baju khas rumah sakit duduk diatas brankar. Sambil menopang tangannya di dagu, ia menatap bintang yang tengah memancarkan sinarnya, terlihat begitu indah.
Sinb berkali kali menghela napasnya, ia terlihat memikirkan beban yang sangat berat. Itu terlihat dari tatapan matanya, yang kosong.
Dia juga terlihat beberapa kali mengusap perutnya sambil menahan tangis.
Tidak! Sinb tidak menangis. Yang mampu ia lakukan hanyalah mengubur semua rasa sakit yang hinggap di hatinya. Menelan kekecewaan bulat bulat mampu membuat fikiran dan hatinya jatuh tak berdaya.
Katakanlah dia lemah. Tapi ucapan jungkook yang sangat menyakitinya itu terus terdengar di telinganya.
Apakah ia terlalu egois?
Tapi sinb juga merasa sangat sedih dan terpukul atas hadirnya makhluk kecil di perutnya. Dia masih punya keluarga yang harus ia jaga kehormatannya.
Sinb juga tidak mau paman dan bibinya menanggung malu karena dirinya. Yerin, yang notabenenya adalah anak dari mereka bahkan tidak pernah membuat paman dan bibinya menundukkan kepala.
Tapi sinb? Yang bahkan hanya salah satu keponakannya yang beruntung bisa diterima di keluarga itu, malah membuat kekacauan yang bahkan dirinya sendiri saja malu untuk mengakuinya.
Apakah dirinya masih egois?
Lalu, apakah mempertahankan janin ini adalah jawaban terbaiknya?
Sinb mengelus perutnya yang masih terlihat rata itu dari luar bajunya. Ingatannya kembali saat jungkook dengan mudahnya mengucapkan kata kata yang membuatnya merasa sangat buruk.
"LAGIPULA IBU MACAM APA KAU INI YANG TEGA MEMBUNUH ANAKNYA SENDIRI?! APA KAU TIDAK PUNYA HATI, HAH?! DIMANA HATI NURANIMU SEBAGAI SEORANG IBU HWANG EUNB?!".
Sinb memjamkan matanya rapat rapat sambil mencengkram sprei dengan erat. Saat kilasan kilasan dimana lelaki brengsek itu menorehkan luka pada hatinya. Lagi.
"Pantaskah dirimu menjadi seorang ibu? Mengingat apa yang kau inginkan sekarang. Aku jadi ragu jika kau adalah ibu yang baik."
Ia menekan dadanya yang terasa sesak kala rasa sakit itu memenuhi hatinya. Terasa sangat sesak.
"Aku jadi ragu jika kau adalah ibu yang baik."
Pertahanan sinb runtuh.
Dia sudah tidak kuat lagi menopang tubuhnya. Terbaring meringkuk sambil memegang selimut dengan erat, itulah yang sinb lakukan. Air matanya sudah mengalir tanpa bisa dicegah.
Dia menangis, entah untuk yang keberapa kalinya.
Tanpa gadis malang itu sadari, fisik dan mentalnya yang memang buruk hari ini. Membuatnya dengan cepat terbang kealam mimpi.
Sedangkan dibalik dinding tempat sinb tertidur. Jungkook berdiri dengan menyenderkan tubuhnya di tembok.
Lelaki brengsek itu melihat semuanya. Melihat betapa terpukulnya gadis itu. Gadisnya terlihat sangat rapuh.
Pelan pelan jungkook berjalan memasuki kamar inap sinb. Dia berusaha masuk tanpa meninggalkan suara. Jungkook tidak bodoh mengetahui jika sinb baru bisa tidur setelah meluapkan semua emosi dan tangisannya.
Lamat lamat jungkook mengamati gadis yang sedang mengandung darah dagingnya itu. Terpancar raut wajah kesedihan, sekalipun sinb sedang tidur.
Masih ada sisa-sisa air mata yang menempel di pipi sinb.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Night With Mr. Jungkook [SINKOOK]
Fanfic"Kita telah melewati malam yang panjang sayang. Walaupun cuma satu malam saja, tapi itu membuahkan hasil. Jadi, jangan coba lari dariku!" -Jeon Jungkook. "Itu hasil dari kesalahan. Jadi, jangan berharap banyak!" Hwang Sinb Hanya dengan satu malam...