1. 5

817 146 43
                                    

Hyunjin bingung.

Dia bingung sama apa yang sudah terjadi. Entah itu soal Hana, Yuri atau yang lain. Apalagi setelah Younghoon bilang kalau dia pernah dengar nama Yuri, dia makin bingung. Sayangnya, Younghoon lupa kapan pastinya.

"Assalamualaikum," ucapnya setelah raganya sudah singgah di dalam rumah.

"Walaikumusalam, kamu dari mana Jin?" jawab mamanya sembari memberikan tangan untuk disalam.

"Itu--Hyunjin abis ke rumah temen mah. Yurinya mana?"

"Lagi mandi."

Hyunjin hanya menganggukan kepala membalas ucap mama. Didudukannya raga di sofa. Kalau begini dia harus sholat malam nanti.

Saat netranya asik ditutup olehnya, ponsel milik Yuri berbunyi.

Hyunjin yang merasa terganggu akan bisingnya lalu mengangkat ragu.

Netranya menyipit kala melihat nama yang terpampang di ponsel Yuri.

Guanlin?

"Hallo Yur, kata Airin, Hyunjin sama yang lain dateng ke rumahnya. Dia tanya-tanya ke bang Younghoon. Tapi Airin ngga tau mereka ngomongin apa. Tapi, kita harus hati-hati Yur."

"Jangan sampe ketauan kalo lo yang udah bohongin Airin supaya dia mau ngefitnah Hana. Gua juga bakal kena nantinya. Lo punya rencana kan? Tapi kali ini, gua mohon jangan libatin Hana lagi. Gua, ngga tega."

"Yur? Lo kok diem?"

Hyunjin masih terdiam. Apa katanya tadi? Rencana? Rencana apa?

Jangan bilang, kalau Yuri, Airin dan Guanlin adalah dalang dari masalah yang keliatannya sepele ini?

"Yuri, lo masih di sana kan?"

bip.

Hyunjin memutus sambungan telfonnya. Dia masih berusaha mencerna kata-kata yang dia dengar barusan. Dia masih terdiam setelah ponsel Yuri sudah berpindah ke nakas.

Sedangkan di sisi lain, Yuri telah selesai dengan acara mandi sorenya.

"Gua mau ngomong sama lo," ucapnya sesaat netranya menangkap sosok Yuri yang baru saja menuruni tangga.

"Kamu mau ngomong apa Jin?"

Hyunjin malah terdiam membuat gadis itu merasa heran. Namun, sesaat kemudian . . .

"Apa bener, elo, Airin sama Guanlin yang udah ngefitnah Hana?"

Yuri sedikit tersentak mendapat penuturan Hyunjin. Namun dengan segera dia menjawab.

"Hyun, kamu ngomong apa sih? Aku ngga mungkin ngelakuin itu. Aku ngga tau apa-apa. Lagian aku baru kenal sama Guanlin dan Airin baru-baru ini. Mana mungkin sih."

"Terus, kenapa Guanlin tadi telfon lo, dan bilang kalo kalian harus punya rencana baru? RENCANA APA SAMPE HARUS DIA NYEBUT NAMA HANA DI DALEMNYA?"

"Hyunjin!" Mama Hyunjin tersentak mendengar teriakan putranya, untuk pertamakalinya.

Hyunjin menghampiri sang mama yang terlihat tak suka dia berbicara kasar dengan seorang wanita.

"Ma, Yuri udah--"

bruk.

"Yuri!"

Raganya ambruk, mama hyunjin segera berlari menghampiri. Hyunjin bergegas menelfon dokter.

. . .

"Gimana keadaannya dok?"

"Keadaan pasien baik-baik saja kok bu."

"Tapi dok, keadaannya ngga semakin buruk kan? Kankernya ngga bertambah parahkan?" tanya mama.






















































"Maksud ibu?" tanyanya balik, bingung sepertinya.

"Yuri kan kena kanker dok," timbrung Hyunjin.

"Hah? Kalian bercanda. Gadis itu sehat. Masa orang sehat seperti itu dibilang kena kanker, ada-ada saja."

. . .

Keluarga Hyunjin berkumpul di ruang keluarga. Sekotak ruang yang jadi saksi bisu mereka membuat keputusan, menyelesaikan masalah dan yang lainnya.

"Jadi selama ini, Yuri bohong sama kita?" Hyunjin dan mamanya hanya mengangguk sebagai jawaban.

Bukan hanya Hyunjin yang kecewa pada sahabat kecilnya itu. Mama, papahnya juga kecewa. Terlebih mereka tau, kalau Hyunjin sama sekali tidak mencintai Yuri.

Mereka merasa bersalah telah memaksa.

"Papah harus bicara sama om Restu. Dia harus jelasin, atau kita batalin perjodohan Hyunjin dengan Yuri. Papah ngga mau punya menantu suka bohong."






















































"Ngga! Kalian ngga akan bisa batalin perjodohan ini!"

. . .

YA ALLAH AMPAS BANGET :(
dan maaf ya, ngaret jadi minggu.

fyi, aku ngga nulis satu bulan. aku bahkan sampe bingung mau mulai kaya gimana. so, maaf banget kalo mengecewakan. karena emang cerita aku ampas semua. aku tau.

sebenernya, aku juga udah ngga ada niat buat ngelanjutin cerita-cerita aku. entah itu karena capek nyelesaian tugas sekolah atau yang lain. and like i thought : buat apa aku nulis kaya gini sih? ampas banget lagi.

meanwhile, aku keinget kalian. kalian yang udah nungguin cerita ini ataupun cerita aku yang lainnya.

makasih ya, udah nunggu.

bisa ngga ya kalau komentarnya sampai 50+ . . . .

raindrop 。 hyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang