1. Ali Syarief Pratama

10.7K 441 3
                                    

Kehilangan merupakan sebuah memori yang sangat sulit untuk dilupakan oleh setiap manusia. Meski kita telah berusaha mati-matian untuk melupakannya, tetap saja ingatan tersebut tidak bisa dilupakan. Manusia pasti akan mengalami apa yang namanya kehilangan. Dari sebuah kehilangan kita diajarkan untuk selalu bersabar dalam menghadapi beberapa cobaan yang Allah berikan, Karen acobaan termasuk bukti bahwa Allah telah sayang kepada mahluk ciptaannya.

Ayah? Bapak? Atau Papa? Sosok laki-laki pertama yang harus kita hormati. Apa yang ada dipikiran manusia jika ditanyakan tentang sosok  Ayah? Tentu saja sebuah pelindung, sebuah perisai, dan sebuah pondasi di dalam keluarga.  Tak mudah untuk melepaskan kepergian seorang ayah, kehilangan seorang ayah membuat Ali Syarief Pratama mengubah sifatnya menjadi sosok arrogant, dingin, cuek, keras kepala dan angkuh. Yang dulunya ramah pada semua orang semuanya sudah terbalik.

Perusahaan yang kini ada ditangannya dan warisan dari Ayahnya tersebut, membuat Ali jadi seperti sekarang. Butuh waktu 2 tahun untuk membangkitkan perusahaanya yang mengalami kebangkrutan karna pada saat itu Ayahnya sakit-sakitan. Penyakit jantung yang dialaminya membuat beliau mewariskan perusahaannya untuk putra pertamanya tersebut. Ali teringat dengan jelas ketika suara adzan dan doa di kumandangkan olehnya untuk sang Ayah yang terakhir kalinya. Ada bisikan kecil yang  terucap dari beliau sebelum ajal menjemputnya.

“jagalah Bunda dan Adikmu dengan baik, jangan pernah sakiti mereka. Jika suatu saat kamu telah menikah, jangalah istrimu, jangan sakiti dia, sayangi dia seperti kamu menyangi 2 bidadari Ayah.”

Satu permintaan ayahnya yang belum ali wujudkan sampai sekarang. Permintaan itu adalah permintaan terakhir, cukup sulit untuk Ali penuhi. Bahkan Bundanya juga mengekangnya untuk segera menikahi gadis yang Ayahnya minta. Ya, permintaan terakhir Ayahnya sebelum meninggal yaitu menikahi seorang gadis. Entah siapa gadis tersebut Ali tidak tahu. Dan sekarang pencarian gadis tersebut masih belum ditemukan.

Ali berharap gadis tersebut sudah meninggal bahkan tidak ada didunia ini. Sungguh, seorang Ali tidak ingin menikah sampai umurnya 30 tahun dan tidak berkepikiran untuk mencari pendamping hidup. Karena baginya hidup sendiri bersama keluarga sudah cukup membuatnya bahagia.
Ali menuruni tangga dan bersiap untuk sarapan pagi bersama Bunda dan Adik permpuannya.

Rumah besar dan mewah hanya ditempati 3 orang saja dan 5 asisten rumah tangganya, 2 security, 2 supir pribadi keluarganya. Meskipun hanya sedikit, tetapi itu tidak membuat Ali bosan pada rumahnya tersebut. Karena menurutnya hidup bersama keluarga lebih menyenangkan dari pada pada hidup sendiri.

Dan Ali selalu bersyukur karena masih ada keluarga yang menemaninya sampai saat ini. Apalagi sosok Bundanya yang selalu jadi panutan terbesar Ali. Kesabaran dan kasih sayangnya membuat Ali menyayagi sosoknya. Adik perempuannya yang selalu membuat isi rumah ramai dengan tingkahnya yang lucu dan cerewetnya yang membuat Ali betah dirumah besarnya tersebut.

Meskipun apartemen yang dimilikinya banyak di berbagai negara, tak membuat seorang Ali untuk lupa pada rumah mewahnya tersebut. Kenangan yang ada sejak Ali masih kecil dari rumah tersebut membuat Ali tidak ada keinginan untuk menjualnya.

Tiba dimeja makan, Ali disambut Bunda dengan senyuman, Ali membalasnya meskipun dengan senyum kecut.

"Kamu masih aja dingin Bang, inget lho! Bentar lagi udah mau punya istri." Ucap Resi yang notabennya Ibu kandung Ali. Resi memang dari dulu memanggil Ali dengan sebutan “Abang” karena Ali adalah anak pertamanya.

“lagi-lagi soal istri.” Sahut Ali yang tidak suka jika persoalan tentang jodoh di ungkit kembali.

Resi menghela nafas kasar. “kamu sudah besar, Nak. Pekerjaan sudah mapan, kamu tidak lupa dengan wasiat Ayah kan?”

My Husband Is Rich Man (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang