4. MHIRM

4.4K 342 9
                                    

Aku mengerjapkan  mata bingung, seketika bau obat-obatan menyeruak memasuki rongga hidungnya, ruangan serba putih itu sudah membuatku tahu  ini tempatnya dimana, apalagi tubuhku  sedang terbaring diatas diatas brankar. Tapi apa yang sebernarnya terjadi? Kenapa aku bisa menempati tempat ini? Ah iya aku ingat, terakhir kali aku ingin pergi untuk makan tetapi kepalaku terasa sakit ketika ingin keluar dari kantor dan di saat itulah semuanya terasa gelap dan saat ini pun kepalaku masih terasa sakit meskipun tidak sesakit tadi. Tunggu, yang membawaku ke tempat ini siapa? Aku mengedarkan pandanganku di dalam ruangan ini, namun tidak ada siapa-siapa. Selang 10 menit aku menunggu seseorang datang, pintu itu terbuka dan munculah bos aroogant, kenapa ada Pak Ali? Apa tadi dia yang menolongku?

“sudah sadar?” katanya.

“memangnya saya gila Pak?”balasku. bagaimana aku tidak menjawab gila jika dia bertanya aku sudah sadar, pertanyaan yang aneh, seharusnya dia bilang sudah bangun? Aneh seperti orangnya.

“lebih dari gila.”

“kalau saya gila, berati atasan  saya juga gila.”

“bicara yang tidak sopan, saya kasih surat peringatan yang kedua.”

Kalau sudah diancam seperti ini, aku bisa apa selain bungkam. Anak sultan mah bebas, apapun bias dilakukan dengan tahta,selamat! Hari ini kamu menang. Setelah aku bungkam, aku melihat Pak Ali membawa makanan yang baru saja di belinya, ia meletakkan makanan tersebut diatas meja, aku tersenyum melihat perhatiannya, ternyata masih ada rasa kasihan di balik sifatnya yang dingin. Dia duduk di sofa dan membuka makanan itu, lalu memakannya. Apa aku tidak salah lihat? Dia membeli makanan untuk dimakan sendiri? Aku kira dia membelikanku, tapi ternyata tidak. Aku tarik kembali pujian yang sempat aku ucapkan tadi.

“kenapa?” tanyanya, saat aku tak kunjung berhenti melihatnya.

“gak papa.”

“mau?

“tidak, terima kasih.”

Setelah itu, ruangan ini kembali sepi seperti semula, aku ingin pergi saja dari sini tidak betah demgam situasi super bungkam ini.

“Pak?”

“hemmm…”

“yang bawa saya kesini siapa?”

“saya.”

“yang membawa saya ke mobil?”
“karyawan perempuan.”

“syukurlah.”
“kamu tenang saja, saya tahu kamu perempuan seperti apa, jadi saya tidak akan menyentuhmu.”

“jadi, kalau bukan permpuan seperti saya Pak Ali akan menyentuhnya?” balasku. Pak Ali langsung menatapku dengan tajam, di saat itulah aku langsung diam.

“saya tidak sebejat yang kamu pikirkan.” Balasnya dengan suara tegas.

“maaf.”

"Jangan bilang kamu pingsan karena saya memberi surat peringatan?" tanyanya tiba-tiba. Aku ingin tertawa mendengar penuturannya, tawaku pecah bersamaan dengann wajah kebingungannya.

“kenapa?

"Ihh...Pak Ali lucu."

"Masak cuma diberi SP saya sudah pingsan." Aku tertawa sekeras-kerasnya sampai perutku sakit saking lucunya melihat dia yang bertanya seperti itu.

My Husband Is Rich Man (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang