Allah Memanggil

4.6K 407 75
                                    

Mohon kerja samanya dengan baik! Vote cerita terlebih dahulu sebelum membaca!

{Dilarang keras Plagiat!}

Selamat membaca❤

•••
Perpisahan yang paling sakit bukan karena seseorang yang telah pergi meninggalkan kita, melainkan karena Allah telah memanggilnya terlebih dahulu.
•••

Hujan deras dilengkapi petir sedang mengguyur kota Jakarta. Jalan begitu licin, tapi seseorang yang sedang terburu-buru tidak peduli dengan keadaan yang sangat mainstream itu. Pikirannya sedang berada di rumah sakit, mengkhawatirkan sang istri.

Ali menaikkan kecepatan mobilnya menuju rumah sakit, laju mobil melebihi kecepatan diluar batas, sehingga ia menerima umpatan dari para pengguna jalan.

Ali tidak khawatir dengan keselamatannya sendiri, ia lebih mengkhawatirkan seseorang yang sedang berjuang mempertaruhkan darah dagingnya.

Sampai ditempat tujuan, laki-laki tersebut menorobos derasnya hujan, kemeja biru yang ia kenakan kini sudah berubah warna, rambutnya yang acak-acakan sudah dibasahi oleh air hujan.

Ketika sudah sampai di lorong ruang IGD, Ali menetralkan nafasnya sejenak, disana sudah berkumpul keluarga Prilly. Ali sangat malu jika harus bertatap muka dengan mertuanya, ia sudah berjanji tidak akan menyakiti anak perempuannya, tapi kenyataanya Ali telah munafik kepadanya.

Laki-laki sejati itu tidak akan mengingkari janjinya.

Tanpa ada rasa malu, Ali menghampiri mereka dengan perasaan khawatir sekaligus menyesal atas perbuatannya pada Prilly.

"Ngapain lagi kamu kesini? Belum puas nyakitin hati anak saya?" Pertanyaan tersebut langsung keluar dari bibir ayah mertuanya.

"Maafkan saya."

"Kenapa gak sekalian aja kamu bawa istrimu kesini?"

Ali menunduk tidak menanggapi pertanyaan kedua dari sang ayah mertua. Sejujurnya bibirnya ingin berkata kalau ia tidak jadi menikah. Tapi keadaanya sekarang belum tepat, api yang sedang berkobar tak kunjung meredup.

*Plak...

Tamparan keras yang di berikan Rizal terasa sangat panas dipipinya. Ali menyentuh sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan bercak darah, bekas merah dipipinya tersebut masih terlihat jelas. Ali tahu, rasa sakit dan panas dipipinya ini tak sebanding dengan rasa sakit yang Prilly rasakan, saat ia torehkan rasa itu kepada anak perempuan Rizal.

"Terima kasih, Yah. Tamparan ini mungkin menjadi rasa bersalahku pada Prilly, maafkan aku." Ucapku, meskipun rasa nyeri di pipi sebelah kiri masih ada.

Kepalan tangan sang ayah mertua kembali melayang di area perutku yang membuat nafasku tercekat menahan rasa sakit. Tak sampai disitu, pukulan tersebut masih membabi buta, area mata juga sudah mengeluarkan darah segar.

Ali sendiri tidak akan membalasnya, bagaimanapun ini juga salahnya. Biarlah, Rizal mengeluarkan semua emosinya yang di pendam selama ini. Lagi pula, api tidak akan padam jika tidak ada air.

Ali hanya diam layaknya sebuah patung yang berdiri dengan lemas, Ully mencoba menghentikan Rizal yang masih memukuli tubuh Ali yang sudah mulai melemas.

"Ayah, hentikan! Bagaimanapun Ali masih berhak untuk Prilly. Dia masih suaminya." Ucapan sang ibu mertua langsung mengalihkan pandangan Rizal. Beliau menurukan kepalan tangannya yang ingin melayang kepelipis Ali.

"Ini di rumah sakit, bukan di ring tinju." Sambung Ully.

Ayah mertuanya langsung pergi meninggalkan ruang IGD, entah kemana perginya Ali tidak tahu, ia duduk di kursi tunggu, membersihkan darah disekitas mata dan pelipisnya, ibu mertuanya langsung mengeluarkan kotak P3K untuk mengobatinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Husband Is Rich Man (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang