12/Ruang Musik

63 9 2
                                    

Every music is beautiful. As same as my life before I met you.

-Viola P.A.S

***

Musim penghujan. Udara terasa lebih dingin. Apalagi pagi ini kabut embun tebal tengah melingkupi seluruh kota setelah semalaman hujan deras disertai petir.

Waktu menunjukkan pukul 06.30.Vio menuruni anak tangga dengan seragam putih birunya yang kini dibalut dengan sweater abu-abu. Vio yang biasanya menguncir kuda rambutnya, pagi ini tergerai dengan jepit rambut warna pink lembut di sisi kiri.

"Pagi anak mama yang manis," sapa Kamila yang sedang menyiapkan sarapan.

"Pagi, ma," jawab Vio dengan wajah cerahnya. Ia menarik kursi di sebelah kakaknya kemudian mendudukinya. "Pagi, bang," sapanya pada Viko.

"Hm," jawab Viko dengan gumaman.

Vio mengambil segelas susu di depannya lalu meminumnya hingga setengah.

"Loh, kok Vino nggak disapa?" rengek Vino.

Vio menoleh pada adiknya yang kini menatapnya kesal. "Pagi, Vino yang bawel," ucap Vio kemudian.

"Telat, sekarang Vino ngambek," Vino menampakkan ekspresi kesal yang menggemaskan. Sementara Vio hanya tertawa kecil melihat tingkah adiknya.

❄️❄❄

"Untuk mengetes kemampuan kalian, sekarang buka halaman sembilan puluh delapan dan kerjakan soal-soalnya, kalian boleh berdiskusi hanya dengan teman sebangku. Mengerti?" titah Bu Meti yang baru saja selesai menjelaskan tentang induksi matematika.

"Mengerti, Bu... " jawab semua siswa kompak.

"Lo paham nggak, Vi?" bisik Caca pada teman sebangkunya.

"Lumayan, lah," jawab Vio yang matanya sibuk membaca deretan soal di depannya.

"Gue nggak paham, Vi," ucap Caca jujur, ia memang tak terlalu paham dengan penjelasan Bu Meti.

"Sekarang kita coba kerjain aja dulu, nanti lo juga paham," balas Vio memberi motivasi.

"Hm, oke."

Semua yang ada di kelas sibuk dengan tugas masing-masing. Termasuk Bu Meti yang sibuk entah mengerjakan apa di meja guru.

Drt.. Drt.. Drt

Ponsel Vio yang ada di laci meja bergetar, membuat Vio dan Caca yang fokus pada tugas teralihkan pada ponselnya.

Awalnya Vio tidak menggubris ponselnya yang bergetar, tapi ponsel itu tak kunjung diam hingga ia melirik meja guru dan menemukan Bu Meti yang sibuk mencorat-coret kertas.

Vio memberanikan diri untuk mengecek ponselnya. "Siapa sih? Nggak tahu apa kalo gue masih jam pelajaran?" batin Vio.

Jimmy
"Lihat ke pintu, Vi! Lo pasti kaget."

Pesan yang baru saja di bacanya membuatnya memicingkan mata. Dengan gerakan cepat ia menoleh ke pintu dan ia terkejut hingga tanpa sadar ia menahan nafas.

Kevin. Ia bersandar di pilar depan pintu dan tengah menatapnya dengan seringaian di bibir cowok itu.

Gerakan Vio membuat Caca yang dari tadi mengamati gerak-gerik Vio ikut melihat siapa yang ada di depan pintu. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali untuk memastikan bahwa yang ia lihat memang Kevin, kakak kelasnya yang suka cari ribut. Ia menoleh pada Vio kemudian kembali mengalihkan penglihatannya pada Kevin. Begitu berkali-kali.

Who Is He?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang