22/ Janji Kevin

47 8 4
                                    

"Hati seorang wanita itu lebih rapuh dari yang terlihat, Vin"

_ZarhanAnthoni

***

Sejak Jelita, atau lebih tepatnya teman masa kecil sekaligus cinta pertama Kevin pindah ke Kanada, saat itu pula Kevin berubah sikap. Dari Kevin yang ceria menjadi Kevin yang sering melamun dan terlihat murung, mudah marah, dan menjadi keras kepala.

Tidak ada lagi kontak di antara mereka. Seolah hubungan antara Kevin dengan Jelita terputus begitu saja, pun keluarga mereka. Tidak saling menghubungi satu sama lain setelah insiden yang memaksa mereka berpisah. Insiden yang membuat keluarga Jelita memutuskan untuk pindah.

Sang mama ingat betul, satu minggu setelah kepergian Jelita, Kevin pulang larut malam dengan wajah lebam dan berteriak-teriak tidak jelas.

Sang mama mengusap pipinya yang basah lalu menghampiri anak semata wayangnya. Ia menyentuh pundak Kevin dengan lembut, memberikan kehangatan yang masuk ke dalam dada Kevin.

Namun Kevin tak bergeming. Pandangan matanya masih tertuju pada permukaan air kolam sambil tersenyum pias. Merutuki betapa bodohnya ia yang telah memberikan kepercayaan kepada gadis yang kini tak akan pernah kembali lagi padanya. Merutuki betapa payah dirinya yang bahkan melupakan masa lalu kelam itu pun ia tidak bisa. Merutuki betapa menyedihkannya ia sampai haus perhatian dari para perempuan yang menjadi mantan-mantannya.

"Vin."

Kevin tak menyahuti panggilan halus dari mamanya.

"Mungkin keputusan mama untuk ngajak kamu pindah ke Belanda akan membuat kamu lebih baik, Vin. Mama nggak mau lihat kamu terus seperti ini. Kamu harus keluar dari keterpurukan dan kesedihan kamu. Kamu harus bisa melupakan Jelita," ucap sang mama dengan suara seraknya karena menahan tangis.

"Mungkin ini adalah cara Tuhan untuk pisahin kamu dengan Jelita karena dia memang bukan jodoh kamu. Kamu harus bahagia, Vin. Mama nggak mau lihat kamu seperti ini terus. Kamu harus relain dia. Mama tahu seberapa besar kamu sayang sama dia." Sang mama duduk di samping Kevin.

Kevin masih diam membisu. Ia hanya terus mendengarkan apa yang mamanya katakan tanpa berniat menyela.

"Vin, apa kamu tega membuat mama terus-terusan cemas memikirkan kamu seperti ini?" Air mata mulai tergenang di mata sayu nan teduh itu. Sungguh, hati seorang ibu tak akan pernah tega jika melihat anaknya sedih seperti ini.

"Mama sedih melihat Kevin seperti ini," ucap mamanya.

Mendengar suara tercekat mamanya, Kevin menoleh dan menatap mata teduh yang tergenang air itu. Kevin sungguh merasa bersalah saat melihat mamanya menangis karena kesalahan yang ia buat.

"Ma," panggil Kevin sambil menggenggam kedua tangan mamanya.

"Kevin nggak mau pindah ke Belanda. Kevin nggak mau pindah kemanapun. Maafin Kevin, ma. Kevin nggak bermaksud membuat mama sedih, tapi ke manapun Kevin pergi nantinya, Kevin akan selalu ingat sama kenangan Kevin disini." Kevin menggenggam tangan mamanya dengan erat.

"Tapi selama kamu masih ada di Indonesia, kamu akan selalu ingat dengan dia. Dan saat kamu ingat kenangan kamu di masa lalu, kamu akan murung seperti ini. Mama sedih lihat kamu seperti ini, nak." Sudah berapa kali air bening itu membasahi pipi wanita kepala empat itu. Ia sudah amat sedih semenjak Kevin berubah menjadi berperilaku buruk.

"Kevin hanya melakukan apa yang ingin Kevin lakukan, ma. Kevin udah kehilangan perempuan yang Kevin cinta. Kevin akan merelakan perempuan yang pernah mengisi hati Kevin pergi, tapi Kevin nggak akan ninggalin dan ngelupain tempat terindah di hidup Kevin. Semua kenangan indah itu tercipta di sini, ma. Semua. Biarin Kevin melupakan masa lalu itu dengan cara Kevin sendiri. Mama jangan ikut sedih," ucap Kevin.

Who Is He?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang