#TDOS8

5 1 0
                                    

Hari telah berganti hari, waktu telah bergulir. Sudah seminggu setelah kejadian itu, kini aku sudah ikhlas menerima ini semua.

Kudongakkan kepalaku, menatap langit yang menyuguhkan suasana senja yang indah di ufuk barat sana. Kini aku berada di sebuah taman kota, setelah dari kampus tadi, aku memutuskan untuk kesini terlebih dahulu. Memandangi indahnya bunga yang bermekaran, burung burung yang terbang menuju tempat peristirahatannya, dan langit yang menorehkan senja.

Masyaallah

fa bi'ayyi aalaaa'i robbikumaa tukazzibaan

"Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"

Selama ini sungguh aku sangat kufur akan nikmat. Aku selalu merasa kurang, padahal kalau ditelaah lebih mendalam, nikmat Allah selalu menyertai kita. Kita bisa bernafas menghirup oksigen secara gratis, anggota badan yang masih bisa di gerakkan, dan banyak lagi. Dan menurutku, nikmat paling besar yang Allah berikan di dunia ini adalah nikmat iman dan islam.

Byuur

Astaghfirullah, bajuku basah.

" Maaf, aku tadi tidak sengaja menumpahkan minumanku. Aku tersandung batu itu, maaf".

Kulihat seorang gadis berhijab memakai pakaian syar'i di depanku sambil meminta maaf, sepertinya aku tidak asing dengan wajahnya.

" Ah ya tidak apa apa. Hanya sedikit basahnya". Tuturku sambil tersenyum kepadanya, dia sepertinya sangat merasa bersalah.

" Tidak tidak, aku akan menggantimu baju yang baru". Lihatlah, dia tetap memaksaku sambil kedua matanya berkaca kaca. Aku jadi tidak tega melihatnya.

" Hey, tenanglah aku tidak apa apa. Aku sudah memaafkanmu. Jadi janganlah merasa bersalah seperti itu". Ku ajak dia duduk di bangku taman di sebelahku. Dan tiba tiba dia menangis.

" Hey, kenapa kau menangis?, sungguh aku tidak apa apa".

" Aku tidak enak denganmu. Ayolah, biar aku mengganti bajumu". Dia menatap kearahku dengan berharap, aku jadi tidak tega dengannya.

" Oh baiklah, tapi janganlah menangis seperti ini". Aku tersenyum melihatnya, dia tampak sangat lucu dengan hidungnya yang memerah. Sepertinya usianya dibawahku.

Dan setelah aku menurutinya, terbitlah senyum manis di bibirnya. Sungguh dia sangat cantik. Sepertinya dia berwajah blesteran.

" Yeay, ayolah pergi kerumahku. Tidak terlalu jauh dari sini. Kalau berjalan kaki mungkin hanya 15 menit".

" Aku membawa mobil, ayolah naik mobilku saja".

" Oke". Kamipun beranjak dari duduk kami dan berjalan ke arah mobilku yang terparkir di seberang jalan taman ini.

" Oh ya, namaku Sargiv Ashla Al-Ma'wa, kau bisa memanggilku Sargiv". Ku ulurkan tanganku kepadanya, dan dia pun membalasnya.

" Namaku Ashileya Alya Tjandra. Panggil saja Lea, oh ya sepertinya aku tidak asing dengan wajahmu. Sepertinya kita pernah bertemu". Yup, dia menyuarakan suara hatiku tadi.

" Oh insting kita sama. Aku sepertinya juga tidak asing dengan wajahmu". Dan lihatlah dia, ternyata Lea sepertinya sedang berfikir keras, sampai sampai aku berbicara dia tidak menyahutnya.

" Hey Le,  kau memi-"

" Aku ingat , aku pernah bertemu di Universitas di salah satu kota ini, saat itu aku mau bertemu kakak sepupuku. Dan yup, aku pernah melihat wajahmu".

" Hahaha, sepertinya kita dipertemukan kembali di taman ini Lea". Aku kemudian membuka pintu kemudi, dan Lea yang membuka pintu di sampingnya. Saat aku mulai menyalakan mesin, obrolan kamipun masih berlanjut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Destiny of SargivTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang