Empat

21.3K 1.1K 59
                                    

Kaafi membuka pelan pintu rumahnya. Keadaannya sudah gelap yang membuktikan keluarganya sudah pada tidur semua. Alih-alih Kaafi menghembuskan nafasnya lega, karna tidak mendapatkan tatapan tajam bak elang milik papanya.

Suara hatinya bersorak kesenangan. Ia dengan cepat berjalan menuju anak tangga, namun saat baru setengah berjalan di anak tangga, tiba-tiba saja lampu nyala. Seketika Kaafi diam, tubuhnya meringkuk seolah maling yang sudah tertangkap basah. Kemudian terdengar suara tepuk tangan membuat Kaafi memutar tubuhnya ke belakang.

Disana, Dipta menyilangkan tangannya di dada sambil menatap anaknya dengan tajam. Kaafi meringis menerima tatapan maut darinya.

"Turun kamu!"

Dengan pasrah Kaafi turun kembali. Berjalan mendekati papanya. Ia sudah pasrah jika ia terus di omel-omelin olehnya.

"Jam berapa sekarang?" katanya dingin.

Kaafi melirik ke arah jam tangannya,"Jam setengah dua belas. Kenapa?"

"Kenapa kamu bilang? Dasar anak nakal, apa kamu tidak ingat jam, ha?" bentak Dipta sudah kesal melihatnya yang selalu pulang malam.

Kaafi menunduk. Mendengar suara bentakkannya membuat nyalinya ciut. Jujur saja, ia sangat takut mendengar suara bentakkan Papanya.

"Maaf, pah."

"Dari mana saja kamu?" tanya Dipta terdengar santai dari sebelumnya.

"Biasa, pah."

"Biasanya tuh ngapain?"

"Iya itu,"

Dipta menjambak rambutnya frustasi."Papa tanya sekali lagi! Dari mana saja kamu?" Dipta menekan perkataanya.

"Ke rumah Raffa, pah."

"Papa tau kamu bohong, Kaafi!" suara Dipta naik satu oktav.

Kaafi terjengit kaget. Ia mengusap wajahnya gusar.
"Allahuakbar! Ya robb! Iya iya, Kaafi abis dari tongkrongan."

"Ada apa ini?" tanya seseorang yang muncul tiba-tiba. Membuat Kaafi dan Dipta menoleh ke sumber suara.

Dipta mendengus pelan, "Liat anak kamu, La! Susah banget di aturnya."

Kahla yang tiba langsung memeluk Kaafi dari samping. Ia mengelus jambul putranya dengan lembut.

"Kenapa lagi, hm?" tanya Kahla lembut pada Kaafi.

"Tadi Kaafi ketiduran di rumah Raffa, Ma. Tapi papa gak percaya." adu Kaafi memanyunkan bibirnya.

Dipta melotot tajam pada putranya,"Heh! Tadi kamu bilang abis dari tongkrongan, gimana ceritanya tiba-tiba ketiduran di rumah Raffa."

Kaafi terkekeh. Jika sudah ada Mamanya, mau kayak gimana pun Kaafi bertingkah, ia tidak akan takut. Pasalnya Mamanya ini selalu membelanya.

"Tuh kan, Ma. Papa gak percaya sama aku,"

Dipta mendelik tajam pada putranya.

"Kamu tuh, ya, Ta. Sama anak sendiri gak percaya! Harusnya kamu percaya dong sama Kaafi. Lagian kamu kayak gak pernah nakal aja. Bahkan dulu kamu lebih nakal dari Kaafi." dengus Kahla menatap malas pada suaminya yang kini diam karna merasa apa yang di katakannya benar adanya.

Tatapan Kahla beralih menatap Kaafi. Ia kecup kening putranya dengan penuh kasih sayang.

"Kamu ganti baju, terus tidur ya, sayang." kata Kahla yang di balas anggukan darinya.

"Siap.. Good night, Ma.. Pah." Kaafi mengerlingkan matanya menatap Jahil pada papanya.

Dipta mendengus.

Stay With Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang