Sepuluh

18.7K 963 141
                                    

Raffa memutar matanya jengah saat Satria bersih keras ingin memutuskan kalau lagu yang ia bawakan akan meriah. Ia bangkit lalu berjalan mendekati Kaafi dan duduk di sebelahnya. Raffa mendengus kesal sambil melipatkan kedua tangannya di dada.

"Apaan dah lo, Raff. Ribet banget sih jadi orang! Percaya sama gue kalo pilihan gue bakal meriah. Ngeraguin aja sih, lo." ceplos Satria ngotot dengan pilihannya.

Raffa yang mendengarnya, berdecak pelan sambil menatapnya. "Heh! Lo mikir gak kalo lagu yang lo pilih itu gak sesuai!? Gak nyambung sama acaranya juga."

Satria mendengus,"Lo ekskul mana sih? Kok ngotot ya? Maaf aja ya Mas, ini pendapat gue. Ya, gue sebagai ketus Musik juga terserah gue mau nentuin lagu apa. Ini hak gue."

Raffa menggeram kesal mendengarnya,"Gue cuma ngasih saran aja sama lo, bego! Itu sih terserah lo mau denger apa nggak. Jangan ngaku temen gue kalo acaranya garing dan bikin malu! Liatin aja," ancam Raffa melotot padanya.

Kaafi yang mendengarnya sedari tadi tanpa minat menimbrung itu memutar matanya malas. Ia menghela nafasnya yang terdengar begitu berat.

Satria berdecak, lalu beralih menatap Kaafi yang memasang wajah datarnya. Ia menyenggol tangan Kaafi membuatnya menaiki sebelah alisnya.
"Temen lo tuh!! Ngeselin banget, sih."

Kaafi mengendikkan bahunya, "Bodo lah... Lo juga, Sat. Harusnya lo rundingin dulu sama angggota ekskul Musik. Jangan mentang-mentang lo ketua, dengan iyanya lo nentuin lagu yang cocok buat acara itu. Lo tau sendiri acara itu penting buat sekolah kan? Setidaknya jangan main enaknya aja." walaupun Kaafi mengatakan itu dengan santai, entah kenapa perkataannya itu sangat menyakiti perasaan Satria. Sungguh pedas perkataannya itu!!

Kaafi berdiri dari duduknya lalu menepuk-nepuk bahu Satria. Setelahnya melenggang pergi meninggalkan Raffa dan Satria yang cengo dengan perkataannya tadi.

"Eh— Kaaf. Tunggu..." seru Satria spontan membuat langkah Kaafi berhenti. Ia menoleh ke belakang menatap Satria dengan alis yang terangkat sebelah.

Satria mendadak menggaruk kepalanya yang tidak gatal."Gue boleh minta tolong?"

Kaafi mengangguk singkat,"Apa?"

Satria berdehem sebentar lalu berkata,"Panggilin Keysha ya.. Tolong banget, gue harus ke Pak Irwan nanyain konsep acara itu.."

Seketika Kaafi bungkam. Mendadak detak jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Mendengar nama itu, membuat gejolak aneh di dirinya itu kembali terasa. Ia menggeleng, mengenyahkan pikirannya seperti itu.

Kaafi berdehem pelan seraya meminimalisir jantungnya yang berdegup begitu kencang.
"Keysha mana? Nama Keysha disini banyak gak cuma satu..."

"Lo gak tau apa lupa, Kaaf? Keysha adiknya pacar lo, Adeeva..." sahut Satria yang lagi membuat Kaafi bungkam.

"Etdahh.. Di ajak ngomong malah diem." ceplos Satria melihat Kaafi yang kembali diam.

Kaafi mengerjapkan matanya,"Gak ah. Gue males, Raffa aja.." tunjuk Kaafi dengan dagunya yang mengarah pada Raffa yang sedari tadi menyimak.

"Dih, apa-apaan lo!! Gak, gue gak mau!! Gue belum nyalin contekan punya Jihan." tolak Raffa menggeleng cepat.

Satria mendesah,"Lo aja napa, Kaaf. Sekalian kan lo mau keluar, nah lo panggil dia ke ruang musik suruh gue gitu.. Buru dah, gue bisa di semprot sama Pak Irwan nih.." Satria dengan cepat langsung pergi begitu saja meninggalkan Kaafi yang dilanda kebimbangan.

Kaafi menghembuskan nafasnya. Ia memutar tubuhnya lalu berjalan mencarinya. Jangankan mencarinya, ia sama sekali tidak mengetahui dia kelasnya dimana. Di sepanjang koridor kelas, mata tajamnya dengan intens menatap penjuru koridor ini mencari gadis yang berperawakan manis itu.

Stay With Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang