Rumah Pohon

25 1 2
                                    

Hai, namaku Ana. Aku dan temanku, Iin berencana untuk pergi liburan selama 2 hari di Omah Kayu yang berada di Pegunungan Banyak, Batu. Agar liburan kami tidak biasa-biasa banget, kami memutuskan untuk menginap di salah satu rumah pohon di sana, sepertinya akan menyenangkan. 

Di suatu pagi Sabtu yang cerah kami pun berangkat naik taksi online dari Malang. By the way, jangan tanya bagaimana ribetnya perempuan kalau bepergian. Jika pria hanya membutuhkan satu tas ransel buat seminggu, sepertinya perempuan perlu sebuah koper jumbo dalam waktu yang sama. Sebenarnya kami masing-masing hanya membawa satu koper ukuran 20 inch, tapi isinya yang padet, bikin koper itu berat jika diangkat. 

Kami tiba di Pegunungan Banyak sekitaran waktu makan siang. Dari parkiran mobil kami harus mengangkat koper menaiki tangga yang terbuat dari tanah batu gunung yang dikeruk, kemudian menyeretnya sekitar 200 meter di jalanan yang tidak mulus (namanya juga gunung). Ajaibnya kami bertahan sampai di depan loket masuk meskipun dengan ngos-ngosan.

Cobaan selanjutnya pun datang. Kalo kalian mengira bahwa tempat menginap di sini semacam hotel yang ada resepsionisnya, kalian salah banget. Kami cuma harus lapor di loket masuk tempat wisata tersebut, kemudian diantar ke rumah kayu mungil di mana para petugas jaga tempat itu bisa beristirahat. Kemudian kami diberitahu bahwa saat weekend, waktu check in rumah pohon itu ternyata pukul 5 sore, karena rumahnya masih dipake pengunjung buat berfoto-foto. Whaaaatt? Busyeeet, itu masih enam jam lagi!

Jadi akhirnya kami tinggalkan koper kami di rumah petugas itu, dan memutuskan berkeliaran di sekitaran sana untuk membunuh waktu. Ternyata menyenangkan juga, selain menikmati udara segar, juga banyak tumbuhan dengan bebungaan warna-warni yang cantik di sekitar situ. Dan saat lapar, kami tinggal mengunjungi warung makan yang berjejer di sana.

"Aku mau nyobain itu dong," Aku menunjuk orang-orang yang sedang mencoba menaiki paralayang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku mau nyobain itu dong," Aku menunjuk orang-orang yang sedang mencoba menaiki paralayang. Waktu berselancar tentang tempat ini, aku sudah berencana untuk naik paralayang, tapi yang aku nggak tau ternyata biaya untuk permainan ini lumayan menguras kantong. Baiklah, karena sudah direncanakan akhirnya aku naik juga. Iin menolak naik dengan alasan tidak berani, maka jadilah dia fotografer dadakan saat itu.

Saat memulai paralayang tandem agak deg-degan, tapi begitu mulai melayang rasa itu menghilang ditiup angin pegunungan.Kami berada di atas pemandangan indah itu sekitar 5 menit, kemudian terpaksa turun karena angin mulai tidak bersahabat. Aku sebenarnya mau mencoba lagi besoknya seandainya memungkinkan, tapi ternyata dompet mulai menipis dan di sana nggak ada atm atau mesin edc saudara-saudara. Semua harus dibayar tunai..hmm.. 

Pukul setengah lima kami kembali ke rumah petugas jaga dan merengek-rengek supaya kami bisa check in saat itu juga. Akhirnya petugas nya berbaik hati dan mengantarkan ke rumah pohon pilihan kami serta mengusir abg-abg yang masih asik berfoto di terasnya. Asyiiiikk!!

Namanya orang kota itu ternyata kalo pergi ke gunung-gunung gini seperti orang udik. Begitu lampu-lampu kota di bawah mulai dinyalakan kami berdua mulai duduk di teras rumah pohon sambil terpesona melihat pemandangan malam. Kami nggak bisa tidur berjam-jam kemudian. Selain susah untuk memejamkan mata karena pemandangan indah di bawah sana, kami juga sering bolak balik toilet karena udara yang dingin menggigit bagi tulang-tulang kami yang terbiasa di udara panas menyengat.

 Selain susah untuk memejamkan mata karena pemandangan indah di bawah sana, kami juga sering bolak balik toilet karena udara yang dingin menggigit bagi tulang-tulang kami yang terbiasa di udara panas menyengat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nah, ke toilet juga cobaan lain. Toilet letaknya di luar rumah pohon dan itu lumayan harus berjalan dulu ke arah hutan yang tanpa penerangan. Untuk penerangan jalan, kami menggunakan lampu senter handphone. Oke, kami sadar lagi nginap di atas pohon di dalam hutan. Dapet penerangan dan colokan dalam rumah pohon aja sudah hepi banget. Begitu sampai toilet kami harus berjuang lagi dengan air yang luar biasa dingin, brrr..

Menikmati malam di kesunyian hutan itu luar biasa, jika ada kesempatan kami pasti akan ke sini lagi. Pagi di sana juga tak kalah indahnya. Sinar matahari di ufuk pelan-pelan menghangatkan suasana.

Si Mas penjaga yang tampangnya agak mirip Vicky Nitinegoro mengantarkan nasi goreng buat sarapan, kemudian memberitahukan waktu kami harus check out. Karena masih punya waktu beberapa jam, dengan senang hati kami berkeliling hutan seperti  milik kami sendiri, karena belum ada pengunjung sebiji pun. Kami mulai mendokumentasikan tempat indah itu, kemudian mengambil foto masing-masing dalam setiap menara pandang yang kami temui. 

Waktu untuk dijemput masih 2 jam lagi sedangkan kami sudah harus checkout. Bapak penjaga dengan baik hatinya menyarikan ojek untuk mengajak kami berkeliling daerah sana yang masih banyak tempat wisatanya, seperti hutan pinus, persawahan dan tempat wisata buatan untuk anak-anak. Dan tau tidak? Kami membayar ojek dan makan siang dengan sisa-sisa uang tunai di dompet.

Tiba saatnya kami pulang, sedangkan kami kehabisan uang tunai untuk membayar taksi ke bandara. Untunglah bapak sopir yang baik itu bersedia mampir-mampir ke atm dan ke tempat jualan oleh-oleh. Ya iyalah, daripada dia dibayar pake daun?

"Btw, aku nggak jadi paralayang kemaren karena takut duit kita nggak cukup buat pulang," ujar Iin saat di pesawat yang membawa kami pulang. Kami pun ngakak menertawakan hal-hal konyol lain yang kami ingat sepanjang jalan gara-gara kehabisan uang di dompet.

Dua hari di tempat itu cukup untuk merefresh pikiran dan siap untuk kembali ke keruwetan kantor. Sepertinya kami harus ke sana lagi next time.






SWEET ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang