curhat colongan

2 0 0
                                    

Suatu hari saat aku pulang dari Semarang, kebetulan aku memilih penerbangan terbaik di Indonesia. Karena tidak ada direct flight ke Banjarmasin, akhirnya aku transit di Jakarta dahulu. Dan..tau donk kalo pulang dari Jakarta malam hari itu hectic banget. Kita harus ngantri lamaaa di runway.

Sebenarnya aku ngehindarin banget pulang dari Jakarta malam, tapi karena ada kegiatan lain besok paginya jadi dibela-belain pulang.

Pesawatpun isinya nggak full sehingga aku duduk cuma berdua dengan seorang bapak yang usianya mungkin akhir 40an lah. Bapak itu menawarkan sesuatu dari kotak makan kecil yang dikeluarkannya dari tas, beberapa butir kurma ternyata pas aku melihatnya. 

"Saya lagi puasa," katanya sambil tersenyum.

"Oiya, Pak. Terimakasih," aku menolak dengan sopan. Sesungguhnya aku sangat lelah dan sudah mengeluarkan properti untuk molor dengan nyaman sambil nyender ke jendela pasawat.

Tapi si Bapak melanjutkan basa-basinya. "Saya baru dari ketemu teman di Bandung," dan bla bla bla akhirnya dengan lancarnya dia bercerita tentang teman perempuannya yang tinggal di Bandung.

By the way, anyway, busway...aku tidak terlalu menyimak dengan jelas cerita si Bapak, cuma iya-iya nggak jelas aja. Hmm begitu kusimak, kupikir dia terlalu banyak menceritakan perempuan itu yang sepertinya bukan siapa-siapa dia..lha..bingung kan, aku juga.

"Jadi temen saya itu dulu tinggalnya di Banjarbaru juga, satu kantor dengan saya."

"Oya, Bapak kerja di mana?" tanyaku ikut berbasa-basi akhirnya.

"Udah resign mba, sekarang buka usaha sendiri. Ya, dia itu yang banyak membantu buat usaha saya."

Oh, rekan bisnis berarti, dalam pikiranku berkata.

Si Bapak malahan cerita keakrabannya sama si perempuan 'rekan bisnis' itu, bahkan mulai cerita tentang keluarganya yang banyak konflik. Dan aku mulai merasa tidak nyaman, apaan sih ini Bapak cerita masalah keluarga?  

Omaigat! aku melihat ke luar jendela dan pesawat kami masih ngantri di runway. Dengan panik aku melihat arloji, busyeeet dah, sudah 40 menit kami nggak terbang-terbang.

Aku sedang memikirkan cara untuk menghindar dari cerita si Bapak, sementara kami masih akan terperangkap lama dalam pesawat. Akhirnya pas si Bapak lagi stop ngomong sambil membuka lagi bekal kurmanya, aku segera meletakkan bantal ke jendela dan mengecilkan AC di atasku. Langsung deh pura-pura molor. 

Jujur sampai hampir tiba aku sebenarnya tidak sungguh-sungguh tidur, haha..

Kalian pernah ngalamin hal begini? Jangan sampai deh, ya..



Photo by from Fancycrave.com from pexel

SWEET ESCAPETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang