Punya teman yang bisa melihat makhluk gaib itu sebenarnya nggak banget. Gimana coba rasanya, saat kau tidak melihat apa-apa sementara temenmu bilang kalo di sekitaran kita sedang berkeliaran hantu? Omaigat! Pastinya parno laaah.
Namaku Ana. Sumpah seumur hidup belum pernah melihat hantu. Aku seorang yang nggak pernah takut hal-hal semacam itu. Tapi jadi berbeda saat seseorang bilang : tuh di depan ada makhluk gaib kliaran, lo nggak liat aja! hwaaa...
Suatu waktu aku mengikuti kegiatan organisasi di Bandung. Setelah kegiatan selesai kami serombongan nyambung dengan rencana refreshing di kota Bandung dan sekitarnya. Dari hotel kegiatan, kami pindah ke hotel lain yang lebih murah yang sudah dipesan oleh seorang teman.
Ternyata hotel kedua kami nggak bisa dibilang baru. Hotel itu terletak di depan jalan utama dan terlihat bagus dari depan, akan tetapi kelihatan sekali berumur lumayan tua dari interiornya begitu kami masuk. Kamarnya pun sungguh tidak nyaman dan tidak terurus dengan baik kebersihannya. Sangat jelas hotel itu tak pernah tersentuh renovasi entah sudah berapa lama.
"Hotel ini pernah jaya di masanya," ujar temanku, Iin, menyeletuk saat kami mengomentari betapa jadulnya hotel itu. "Yah, mungkin berpuluh tahun yang lalu." saat itu kami tengah melihat keluar jendela kamar dengan pemandangan kolam renang kering yang berlumut di sana sini.
Tadinya tidak masalah karena kami toh menginap bertiga di dalam kamar. Sampai para setengah indigo ini merasakan hal-hal aneh semacam merinding di awal dan parahnya mulai melihat hantu, serem gak sih? Iya sih hotelnya murah, tapi nggak berarti plus hantu juga kali ya..
"Aku nggak bisa nginap di sini! Nggak!" Kak Neni bolak balik dari kamar kami ke kamarnya sendiri yang terletak tepat di seberang sambil menyeret-nyeret kopernya dan membuat kami sadar dengan penerangan minimal di lorong saat pintu terbuka. Suasana mistis tetiba tambah menyeruak memenuhi udara. "Aku merinding tau! Dari masuk kamar nggak brenti."
"Trus mau ngapain dong kaks?
"Kayaknya aku balik ke hotel kita tadi malam aja," ujarnya sambil membereskan sikat gigi dan lain-lain ke dalam tasnya. Kebetulan hotel pertama kami tak jauh dari tempat itu, hanya perlu berjalan 10 menit.
Tak berapa lama, seorang lagi masuk ke kamar kami. "Aku keluar kak, aku nggak sanggup di sini. Udah mulai ngeliat macem-macem ini," katanya si Lilis. Kami hanya menanggapi sambil senyum-senyum aneh. Lha, terus kami gimana? Sudah kadung tau..
Singkat cerita, karena pertimbangan ini itu akhirnya Lilis dan dua temannya yang sama-sama bisa 'melihat' cabut dari hotel dengan hanya memakai sandal jepit tanpa membawa apapun selain dompet dan handphone. Rencananya, pagi-pagi sekali mereka akan balik ke hotel ini. Sedangkan Kak Neni akhirnya bergabung di kamar kami, jadi kami berempat di kamar.
Tau dan tidak tau itu punya efek berbeda di otak. Kami baik-baik saja saat tidak tau, dan tidak baik-baik saja saat tau. Kamar sebelah yang tidak tau apa-apa begitu tenang terlelap, meskipun dengan pintu kamar yang nggak bisa dikunci. Sedangkan aku? Sudah baca do'a segala macam, tapi mata hanya bisa terpejam tanpa terlelap, khawatir saat membuka mata ada sebuah wajah mengerikan menyeringai di hadapanku, kan syereeeem...
Masalahnya ketika kita tidak bisa tidur, maka ada saatnya kita perlu ke toilet. Aku mikir keras untuk pergi ke toilet, membayangkan kaca cermin besar yang menutupi salah satu dindingnya. Jangan-jangan ada yang muncul di cermin, pikirku parno luar biasa.
Aku pergi dengan deg-degan berusaha tidak sedikitpun menengok kaca, dan tidak terjadi apa-apa tuh. Syukurlah. Setelah itu aku merasa sedikit tenang dan akhirnya jatuh tertidur. Berani sumpah, tak ada satu pun dari kami berempat yang tidur dengan nyenyak malam itu. Tapi meski begitu, malam akhirnya berlalu tanpa gangguan hantu nakal, walaupun tetap saja suasana terasa sangat horor.
Kami menyambut pagi yang cerah dan turun untuk sarapan nasi goreng yang sangat biasa. Sambil menikmati sarapan, kami memandang ke arah piano vintage berwarna putih yang tampak cantik berdiri di lobby hotel. Teman-teman lainnya dengan gembira mulai mengambil beberapa foto di sana.
Yah, mereka kan tidak tau saja apa yang kami hadapi tadi malam, dan lagi siapa yang tau ada apa di piano itu, hiiy.. Please hantu, jangan pernah sekalipun muncul di hadapanku! Kapan dan di manapun.
Kami mengalihkan pandangan dan berhenti membahas soal hantu.
(Pict by : <a>Designed by Rawpixel.com</a>)
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET ESCAPE
AcakAna seorang pegawai biasa yang terkadang membutuhkan pelarian dari kesibukan kantor. Mulai dari tidur seharian di rumah, nge mall sampai pegel, nonton marathon, atau jalan-jalan ke tempat menyenangkan dengan teman-teman. Dan dalam pelarian itu kadan...