Reason #4 : Pillow Talk

1.2K 105 13
                                    

Seoul, 2013

Air mata tidak juga berhenti mengalir sejak sejam Ten mulai menangis. Lelaki itu benar-benar bingung bagaimana harus mengekspresikan emosi dalam dirinya.

Nama gadis itu tidak juga absen dari bibirnya. Ia terus memanggil namanya lirih.

"Lalisa......,"

"Lisa... kamu dimana.....," lirih Ten terus menerus.

Ten tidak menyadari ada seseorang dengan langkah kaki ragu-ragu melangkah ke arahnya.

Gadis itu menurunkan tudung hoodie-nya pelan sebelum akhirnya dengan berani menyentuh pundaknya.

Ten mengangkat kepalanya pelan dan menoleh ke arah pemilik tangan tersebut.

Seperti mimpi, ia melihat Lisa berdiri di depan. Ten tertegun sebentar sebelum akhirnya tertawa.

"Hahaha...aku pasti sedang bermimpi...hahaha. Tidak mungkin Lisa ada di depanmu Ten....hahaha," tawa Ten yang diiringi dengan tangisannya.

Sementara Lisa yang menyentuh pundak Ten barusan ikut pula menangis. Rasa rindu-nya terbayarkan. Ia bisa melihat Ten seutuhnya, di depan matanya. Rambut hitam, kulit putih pucat, dan semua tentang Ten kini ada di hadapannya.

"P'Ten...," panggil Lisa di tengah tangisannya.

Ten yang masih menganggap ini semua mimpi berdiri pelan dan menggapai kedua tangan Lisa, ingin membuktikan apakah gadis itu benar-benar ada di hadapannya.

Tangan mungil nan lentik Lisa seketika menyadarkan Ten bahwa gadis-nya itu bukanlah mimpi, melainkan nyata. Ia dipertemukan kembali dengan rumahnya, Lalisa.

Dengan sigap lelaki itu menarik badan Lisa, memeluk gadis itu erat, tidak ingin melepasnya sama sekali. Sementara Lisa menjatuhkan kepalanya pada pundak Ten dan menangis sejadi-jadinya.

"Kak, aku kangen....,"

"Iya sama, kakak kangen sekali sama Lisa,"

"Kalau gitu kenapa ga bales emailku berbulan-bulan?"

"Kamu juga ga bales emailku dari dua bulan yang lalu," goda Ten, masih dengan posisi saling berpelukan.

"Aku kesal pada kakak. Pasti kakak cari cewek lain ya, makanya lama balas emailku," gerutu Lisa.

Ten hanya terus tertawa mendengar omelan Lisa yang tak ada ujungnya itu. Sesekali ia melepaskan pelukannya dan memberikan kecupan pada seluruh muka Lisa yang membuat gadis itu semakin mengomel.

Entah bagaimana, akhirnya momen manis mereka berakhir dengan mereka berada di atas ranjang yang sama di sebuah hotel bintang lima. Ten tidak akan bangkrut hanya dengan menyewa kamar berfasilitas mewah selama semalam. Selama kartu kredit miliknya tidak disita, apapun bisa ia beli.

Mereka sibuk mengobrol, bercerita tentang apapun yang telah mereka lewatkan tentang sama lain selama ini.

"Jadi sekarang P'Ten jadi trainee di SM?"

"Iya, karena cuma itu satu-satunya kesempatan aku buat kejer mimpiku," ucap Ten.

Sebenarnya sih juga karena ia begitu merindukan Lisa. Tapi entah mengapa ia malu untuk mengatakannya secara langsung pada gadis di hadapannya.

"Ih keren dong, Bambam di JYP jadi trainee juga loh, kakak tahu kan? Ternyata dulu waktu dia suka menghilang itu, dia sedang mempersiapkan diri untuk berangkat ke Korea Selatan. Cih teman macam apa dia itu? Main rahasia segala," gerutu Lisa yang membuat Ten gemas dan secara spontan mengacak rambut gadis itu.

[4] us | tenlisa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang