SALT

694 66 13
                                    

Obsidian berwarna coklat itu menatap sayu kearah sebuah bingkai yang terpajang rapi diatas sebuah meja nakas. Senyuman kecil perlahan mulai terlihat di wajahnya yang sudah tak muda lagi. Kenangan demi kenangan masa mudanya yang begitu indah membuatnya selalu merasa rindu akan masa-masa itu.

Park Jihoon. Pria berumur 56 tahun yang kini tengah mengelus sisi bingkai yang memuat foto seseorang yang sangat dia cintai.

Kang Daniel.

Sahabatnya, kekasihnya, dan juga suaminya.

"Aku merindukanmu, Daniel hyung.."

SALT
.
.
Happy Reading! ^^

38 Tahun yang lalu...

Kaki yang terbungkus celana jeans berwarna biru langit itu melangkah dengan amat terburu-buru. Sesekali pemiliknya tersandung sesuatu yang membuatnya hampir terjatuh.

Dia menggerutu, semuanya karena kesalahan sang kakak yang begitu lelet sampai di rumah, padahal kakaknya sudah berjanji akan mengantarkannya pergi untuk menemui seseorang.

Alhasil dengan sedikit enggan dia memutuskan untuk pergi sendiri dengan menggunakan bis. Melangkah terburu-buru seperti seseorang yang tengah dikejar-kejar hantu.

Aiss.. dia sangat yakin kalau penampilannya saat ini jauh dari kata rapi. Padahal saat di rumah tadi dia sudah berdandan sebaik mungkin untuk persiapan kencan pertamanya.

"Hosh.. Hosh.."

Pemuda itu mengambil napas sebanyak mungkin saat café yang menjadi tempat tujuannya sudah terlihat. Dia berhenti sejenak, merapikan tatanan rambutnya yang sudah tidak terbentuk dan juga merapikannya kemeja yang sedikit kusut.

"Astaga.. aku sebenarnya ingin kencan atau ikut lomba lari sih? Bagaimana ini~ badanku berkeringat semua" dia merengek kecil. Rasa percaya dirinya yang tinggi entah sekarang sudah pergi kemana.

Ini buruk. Sangat buruk.

Bunyi dering ponselnya membuat pemuda itu berhenti merengek. Dia merogoh ponselnya di saku celana, matanya membulat lucu saat dia melihat nama seseorang yang kini tengah menghubunginya.

Dengan perlahan dia mulai mengangkat teleponnya.

"Halo hyung.."

"Hey Jihoon-ah, kau dimana? Apa kau baik-baik saja?"

"Aku sudah dekat, sebentar lagi sampai hyung. Maaf sudah membuatmu menunggu" Pemuda itu -Park Jihoon- berkata dengan nada bersalah.

Dia tidak suka membuat seseorang menunggu, karena dia tahu menunggu itu tidak menyenangkan.

Terdengar kekehan kecil diseberang sana. "Tidak apa-apa, aku baru saja sampai disini. Kau tidak tersesat kan Jihoon? atau mau ku jemput?"

Jihoon menggeleng cepat walau dia tahu seseorang di seberang sana tidak akan melihat pergerakannya.

"Tidak usah! Café nya sudah terlihat kok hyung, aku tutup teleponnya ya?"

"Baiklah kalau begitu. Hati-hati"

Sambungan telepon itu terputus. Jihoon menguatkan hatinya dan mulai melangkah menuju café.

"Semoga hari ini berjalan lancar! Fighting Park Jihoon!"

.....
.....

Jihoon tersenyum kikuk di hadapan pemuda yang kini tengah menatapnya. Mata tajam itu seakan tengah mengulitinya, dan Jihoon tidak bisa mengendalikan detak jantungnya yang begitu menggila. "Ung.. Daniel hyung"

Nielwink's FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang