Save Me

442 76 13
                                    

"Hentikan.."

Jihoon menutup telinganya rapat, teriakan demi teriakan yang sedari tadi menggema diseluruh rumahnya membuat Jihoon ingin sekali melempar jauh-jauh telinga miliknya. Dia hanya ingin tidur dengan tenang, tanpa suara dan tanpa tekanan.

Mereka. Orang tuanya, selalu saja bertengkar. Saling berteriak dan menyalahkan satu sama lain. Jihoon bukanlah anak kecil yang tidak mengerti apa yang sedang orang tuanya permasalahkan.

Lagi-lagi karena uang.

Uang. Ya.. mereka selalu bertengkar hanya karena uang. Mereka selalu membahas hal-hal kecil yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik-baik, tapi yang terjadi mereka malah saling berteriak, dan pada akhirnya dia akan mendengar ibunya menangis karena dipukul ayahnya.

"KAU SELALU MENGGUNAKAN UANGMU UNTUK BERJUDI DAN BERMAIN PEREMPUAN! BAGAIMANA BISA KAU SEBUT DIRIMU KEPALA KELUARGA HAH?!"

"PEREMPUAN JALANG! BERANI SEKALI KAU BERTERIAK PADA SUAMIMU SENDIRI"

"SUAMI MACAM APA YANG TIDAK PERNAH MEMBERI NAFKAH KELUARGANYA!!"

PLAK

Jihoon menarik selimutnya untuk menutupi seluruh tubuh kurusnya. Matanya yang sudah basah dia tutup rapat. Dia hanya ingin segera terlelap, dan bangun dari mimpi buruk ini.

Dulu keluarganya tidak seperti ini.. mereka selalu bersama. melakukan hal-hal sederhana yang membuat mereka bahagia. Tapi sejak ayahnya menuai kesuksesan dan mereka hidup mewah. Semuanya berubah.

Tangan Jihoon terulur untuk mengambil ponselnya yang tergeletak disampingnya. Dengan gemetar, jemarinya menekan angka-angka yang sudah sangat dia hafal.

Jihoon ingin mendengar suaranya..

"halo? Ada apa Jihoon-ah?"

Jihoon tidak menjawab. dia hanya memejamkan matanya, menahan isakannya yang mendesak ingin keluar.

"Kau baik-baik saja?"

"H-Hyung.. aku - hiks"

"Kau menangis? Ya Tuhan. Kau menangis lagi?"

"Aku ingin bertemu denganmu Daniel hyung.."

Jihoon menggigit bibir bawahnya, melirik jam dinding yang kini menunjukan pukul sepuluh malam. Keterlaluan memang jika dia meminta pemuda itu datang menemuinya saat ini juga.

Tapi Jihoon benar-benar membutuhkan Daniel.

"Baiklah! Aku akan kesana sekarang, kau tunggulah diluar, dan jangan lupa pakai baju hangat!"

PIP..

Sambungan itu terputus. Jihoon mengusap airmatanya kasar.

Menarik nafas dalam dan menghembuskannya perlahan, berusaha menenangkan dirinya agar tidak menangis saat dirinya bertemu dengan Daniel.

....
....

"Jihoon!"

Daniel berlari kecil menghampiri sosok Jihoon yang tengah duduk didepan pagar rumah miliknya.

Dia merengut saat melihat Jihoon hanya menggunakan jaket tipis dan celana tidur yang begitu tipis.

"Bukankah sudah ku katakana untuk menggunakan baju hangat?"

"Ini hangat hyung~" Jihoon berucap untuk membela dirinya. Setidaknya dia sudah menggunakan jaket dan itu sudah cukup.

"Dasar bodoh"

Nielwink's FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang