N - END

1K 70 5
                                    

Senyum Jungkook terus merekah di wajahnya seharian. Terima kasih kepada Tuan Jeon karena sudah bangun dari komanya. Ia bahkan hampir menangis haru saat melihat pria paruh baya itu tengah duduk dengan tenang sambil menyandarkan punggungnya di tempat tidur kala Jungkook masuk ke dalam kamar rawat inapnya.

Padahal paman dan bibi Jungkook mengatakan bahwa ayahnya sempat syok dan hampir menangis karena mendengarkan kabar bahwa istri kecintaannya meninggal dunia. Namun sepertinya pria paruh baya itu tidak mau memperlihatkan kesedihannya di depan putra semata wayangnya. Sebagaimana image seorang ayah yang layaknya ksatria bertameng baja yang selalu saja bisa terlihat tegar dan kuat walaupun ia merasakan sakit yang luar biasa sekali pun. Mungkin karena itulah ayahnya adalah seorang role model serta penyemangat terbesar bagi Jungkook.

Dering dari ponsel Jungkook membuatnya meletakkan atensinya pada benda pipih itu, menyadari jika sebuah pesan dari Yeri masuk ke ponselnya. Lelaki itu hendak membuka pesan tersebut sebelum ayahnya membuka suara, membuatnya harus meletakkan ponselnya kembali ke atas nakas di samping kasur tempat ayahnya kini duduk.

"Bagaimana kabar Seoul?"

"Baik." Lelaki Jeon itu memberikan sebuah senyum kepada ayahnya. "Bertambah indah dan juga bertambah padat," kekehnya kemudian.

"Kau bertemu Yeri?"

Senyum lebar Jungkook memudar, berganti dengan sebuah senyum tipis di wajahnya. Anggukkan kemudian didapatkan ayahnya sebagai jawaban.

"Bagaimana kabarnya dan keluarganya?"

"Baik--"

"Jungkook-ah!"

Lelaki Jeon itu refleks mengalihkan pandangannya, menatap wajah pamannya yang terlihat panik dengan tangan kanannya masih sedia meremat ponsel miliknya. Jungkook mengerinyitkan alisnya, memberikan isyarat agar pamannya itu memberi tau apa yang terjadi.

"Mobil keluarga Jeon mengalami kecelakaan, dan mereka bilang semua penumpangnya tewas di tempat!"

Lelaki itu sontak melebarkan matanya. Ia kemudian refleks bangkit dari tempat duduknya, berlari dengan cepat menuju ke parkiran sebelum merampas kunci mobil yang tergeletak di atas nakas. Jungkook menulikan telinganya, mengabaikan seruan Bona serta pamannya yang sibuk menyebut-nyebut namanya.

Dengan kalang kabut dirinya berlari menuju ke mobil, menyalakannya kemudian melajukan kendaraan beroda empat itu dengan kecepatan tinggi. Dalam hatinya ia sibuk mengucapkan doa agar sesosok Kim Yerim baik-baik saja dan semoga ia bisa mendapatkan tiket penerbangan menuju ke Korea.

Tangannya meraba-raba saku celana serta hoodie miliknya, mencoba mencari letak ponselnya namun benda pipih itu tak kunjung ia temukan. Fokusnya masih ia pusatkan pada letak benda pipih itu, hingga saat ia mendongak netranya segera disambut oleh sebuah persimpangan lalu lintas lengkap dengan lampu lalu lintas yang menyalakan warna merah.

Mobilnya ia lajukan terlaku kencang sehingga sebuah mobil lainnya menabrak mobilnya dengan keras, membuat mobil miliknya terpental jauh. Hingga akhirnya yang ia lihat hanya gelap dan rasa sakit luar biasa di kepalanya.

•••

Orang tua Yeri meninggal. Kejadian itu sungguh membuat mental gadis itu terguncang hebat. Bahkan sudah dua minggu berlalu dari hari pemakaman orang tuanya, gadis Kim itu masih saja sering terlihat melamun dengan pandangan mata kosong. Kemudian ia akan sering menangis sendirian di kamarnya.

Ia membolos sekolahnya dua hari belakangan ini. Tzuyu dan Chaeyoung sempat mengunjunginya, namun hanya sebentar karena usaha mereka untuk menghibur Yeri hanya berujung kesia-siaan karena gadis itu tetaplah murung dan terlihat sedih. Hal itu membuat Yeri terlihat seperti mayat hidup.

Letter House - jungriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang