By HanamiTG
***
Akutagawa x Nao
***
.
.
.Normal P.O.V
Salju mulai turun, menyelimuti jalanan. Salah satu hal yang paling tidak disukai oleh Nao.
Nao tahu, bukan salah salju kalau jalanannya menjadi putih, licin, dingin seperti ini, tetap saja, dia tidak menyukai hal seperti ini. Dia melihat jam di ponselnya, waktu sudah menunjukkan siang hari. Dia menoleh ke arah ruang tengah, tidak melihat kehadiran Dazai sama sekali.
Bosan.
Untuk pertama kalinya dia ditinggal oleh Dazai sendiri di rumah, sementara salju terus turun memenuhi jalanan. Biasanya, Dazai pasti menyuruhnya untuk melakukan sesuatu tapi kali ini tidak ada perintah apapun darinya. Nao sudah mencoba menghubungi Atsushi, Kunikida, Rampo, dan yang lain, tetapi tidak ada seorang pun mempunyai waktu luang.
Tidak lama, Nao mengingat satu orang lagi yang belum dia hubungi sama sekali. Orang lain mungkin akan berpikir berulang kali untuk menghubungi orang tersebut tetapi tidak untuk Nao. Siapa lagi kalau bukan,
“Akutagawa…”
Di lain sisi, Akutagawa sedang berbelanja untuk mengisi perutnya. Ponselnya bergetar, menunjukkan notifikasi pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.
Ada waktu ?
Melihat nama sang pengirim, jantungnya seketika berdetak dengan cepat dan wajahnya terlihat lebih cerah. Tentu saja, siapa lagi kalau bukan Nao, perempuan dari Agensi Detektif itu.
Setelah melewati beberapa kejadian unik, mafia dan agensi memutuhkan untuk bekerja sama, dimana membuat Akutagawa merasa senang mendengar berita itu.
Akutagawa langsung membalas pesan tersebut. Walaupun dengan tangan yang bergetar, ia berhasil mengetik balasannya secepat mungkin.
Kenapa ?
Tidak perlu waktu lama, ia mendapatkan balasan dari Nao.
Bosan TuT… Dazai-san meninggalkanku sendiri di rumah.
Akutagawa berpikir sejenak. Tidak lama, ia langsung kembali membalas pesan tersebut.
Mau jalan-jalan ?
Tidak ada balasan setelahnya, membuat Akutagawa agak kecewa.
“Ayo !” Seru seseorang yang mengejutkan Akutagawa dan hampir menyerangnya dengan Rashomon.
Setelah menyadari sang pemilik suara, Akutagawa menghilangkan Rashomon.
“Sepertinya aku membuatmu terkejut ya ?” Tanya Nao, dengan senyuman polos tertempel di bibirnya.
Akutagawa tahu kalau Nao memiliki kemampuan untuk teleportasi jadi, Akutagawa memaklumi kebiasaan Nao yang suka muncul tiba-tiba itu.
Akutagawa menutup setengah wajahnya. “Ti, tidak.”
“Baiklah kalau begitu… ngomong-ngomong kita mau kemana ?” Tanya Nao.
“Kemana pun kau mau.” Jawab Akutagawa. “Ada tempat yang ingin kau datangi akhir-akhir ini ?”
Nao terlihat berpikir sebentar. “Minato Mirai ?”
Akutagawa mengangguk mengerti. “Kalau begitu ayo kita kesana.”
Akutagawa menatapnya lama, tetapi tidak ada respon apapun dari Nao. Nao yang akhirnya mengerti tatapan Akutagawa langsung tersenyum polos.
“Karena aku tidak pernah kesana, aku tidak punya akses untuk teleportasi kesana.” Jelas Nao.
Akutagawa hanya menghela nafas dan langsung berjalan duluan, mendahului Nao. Nao langsung mengikuti Akutagawa di belakangnya.
Selama berjalan, tidak ada satupun diantara keduanya yang membuka mulut. Yang bisa Akutagawa dengar cuma deru jantungnya yang berdetak dengan cepat. Akutagawa berani bersumpah jikalau Nao sampai mendengar detak jantungnya yang cepat dan keras ini, dia akan mencabut jantungnya sendiri dengan kemampuannya.
Akutagawa menoleh ke arah Nao menatapnya heran yang tiba-tiba terdiam. Biasanya, dia akan terus bertanya akan hal-hal yang tidak penting sampai-sampai Akutagawa harusnya membeli penyumbat telinga atau marshmallow untuk menyumpal mulut Nao.
Akutagawa pun menyamakan jalannya agar jalan bersampingan dengan Nao. Akutagawa pun mencoba melirik ke arah gadis yang lebih pendek darinya itu.
Tiba-tiba Nao langsung menyahut, membuat Akutagawa kaget. “Akutagawa, dingin. Aku lupa menggunakan sarung tangan.”
Akutagawa merasa jantungnya hampir copot, mengira dia ketahuan meliriknya. ‘Kurasa aku harus lebih berhati-hati lagi…’
“Akutagawa ?” Panggil Nao yang langsung membuat Akutagawa spontan menoleh ke arahnya.
Nao masih memegangi kedua tangannya yang mungil itu. Akutagawa akhirnya melepas sebelah sarung tangannya dan memberikannya kepada Nao.
Nao heran melihatnya. “Untuk apa kalau cuma sebelah ?” Tanyanya.
“Pakai dulu.”
Nao pun menggunakan sarung tangan tersebut dan tangannya yang tidak menggunakan sarung tangan langsung digenggam oleh Akutagawa yang juga tidak menggunakan sarung tangan.
“Masih kedinginan ?” Tanya Akutagawa.
Nao mengangguk kecil. Akutagawa langsung memasukkan tangannya dan tangan Nao ke dalam kantong coat-nya. Nao tidak sempat memberikan reaksi apapun, sementara Akutagawa menutupi wajahnya yang mulai memerah. Jantungnya berdetak semakin kencang, membuatnya semakin panik.
“Sekarang ?” Akutagawa bertanya lagi dan berusaha untuk membuat nada bicaranya setenang mungkin.
Nao tersenyum. “Lebih baik.”
Melihat senyumannya, Akutagawa merasa sedikit lega walaupun deru jantungnya tidak melambat..
Akhirnya keduanya terus berjalan menuju Minato Mirai. Tidak lama kemudian, keduanya melewati sebuah café kecil. Nao langsung berhenti melangkah, membuat Akutagawa yang menggenggam tangannya ikut berhenti. Nao mengeratkan genggamannya dan menatap lama café tersebut. Akhirnya dia menatap Akutagawa sambil menunjuk café tersebut.
“Aku mau susu coklat panas.” Ucap Nao dengan polosnya.
Akutagawa hanya menatapnya sembari mengangguk mengiyakan.
Keduanya pun memasuki café tersebut dan mengantri. Begitu tiba giliran mereka memesan, Nao langsung menunjuk-nunjuk pesanannya.
“Aku mau itu ! Susu coklat panas dengan marshmellow di tengahnya dan diberi whipcream yang banyak ! “ Seru Nao yang terlihat seperti bocah dibanding seorang remaja.
Akutagawa mengangguk mengiyakan. “Yang itu, 2.”
Barista café tersebut langsung membuatkan pesanannya. “Silahkan, ini pesanannya.”
“Totalnya ?”
Barista tersebut tersenyum. “Kami memberikan kalian diskon pasangan jadi harganya lebih murah. Totalnya jadi XXXXXXX yen.”
Wajah Akutagawa memerah mendengarnya tetapi berusaha untuk menjaga sikap tenangnya. Dia langsung mengeluarkan dompet dan membayarnya.
Akutagawa bersyukur karena Nao tidak mendengar apapun karena terlalu fokus kepada coklat panasnya.
Keduanya pun langsung duduk di salah satu meja yang menghadap keluar café. Nao langsung meminum coklat panasnya sampai-sampai whipcreamnya membentuk kumis di wajahnya.
“Ah~ coklat panas saat musim dingin adalah hal terbaik di dunia.” Ujar Nao seperti bocah.
Akutagawa menghela nafas sambil mengeluarkan sapu tangannya lalu membersikah whipcream yang tertempel di wajah Nao. Nao terdiam sejenak lalu tersenyum.
“Kau itu bocah ya ? minum saja masih berlepotan.” Sindir Akutagawa.
Setelah membersihkannya, Nao langsung mendekati wajah Akutagawa dan membersihkan whipcream yang ada di sudut bibir Akutagawa.
“Sendirinya juga masih berlepotan kok.” Ucap Nao dengan polosnya walaupun dia tidak menyadari seberapa merah wajah Akutagawa sekarang.
Akutagawa langsung menutup setengah wajahnya dan berdeham. “Cepat habiskan minumanmu. Kita akan melanjutkan perjalanan kita.”
Nao menatapnya sebentar lalu mengangguk. “Baiklah~”
Setelah menghangatkan diri dengan coklat panas di café, keduanya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di Minato Mirai, keduanya menghabiskan waktu bersama sampai hari gelap. Akutagawa pun mengantarnya pulang sampai di depan tempat tinggalnya.
“Terima kasih Akutagawa. Kau sampai repot-repot mengantarku kesini.” Ucap Nao.
“Tidak perlu berterima kasih. Aku sedang punya banyak waktu luang jadi sekalian saja aku mengantarmu pulang.” Jelas Akutagawa tidak ingin mengakui kalau dia ingin Nao aman sampai di tempat tinggalnya.
“Ah, ngomong-ngomong, terima kasih juga karena mau menemaniku jalan hari ini.” Tambah Nao. “Hari ini menyenangkan karena akhirnya aku mengunjungi tempat tersebut. Akutagawa juga bersikap sangat baik kepadaku hari ini, juga sudah membelikanku segelas coklat panas.”
Nao langsung berjinjit lalu mencium pipi Akutagawa. “Terima kasih untuk hari ini.”
Nao langsung berlari kecil masuk ke rumahnya. Sebelum membuka pintu, sudah ada yang membukanya dari dalam. Dazai keluar sambil memasang senyuman hangat.
“Selamat datang kembali Nao-chan.” Ucap Dazai.
Nao mengangguk riang. “Nee~ Dazai-san, kau tahu ? aku punya cerita yang panjang hari ini !”
Dazai membelai kepala Nao. “Baiklah-baiklah… kau masuk dulu, nanti aku susul.”
Nao langsung masuk ke dalam, meninggalkan Dazai dan Akutagawa berdua di luar rumah. Dazai berjalan mendekati Akutagawa dan membisikinya sesuatu.
“Aku tahu kau menyukai Nao, aku mendukung kalian kok. Teruskan saja ok~”
Dazai langsung meninggalkan Akutagawa yang wajahnya sudah memerah layaknya tomat.
“Jangan sampai menyakiti hatinya, Akutagawa-kun~”
Dengan begitu, Dazai langsung menutup pintu. Akutagawa langsung berjalan menuju tempat tinggalnya. “Hari ini cukup menyenangkan…”~~~
Welp, sekian dari aing. Maap, kalau Akutagawanya ‘AGAK’ OOC :)
BTW, HBD Kelurahan RSJ :v
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] My Devotion
De TodoKumpulan cerita Husbu x OC dari rakyat RSJ untuk memperingati ulang tahun RSJ pada 22 Desember.