"Renjun."Si yang punya nama sontak berjengit kaget, refleks menyimpan hapenya dalam kantong jaket yang dikenakannya. "...apa?" Dia lihat Jeno, orang yang duduk di seberangnya ini terduduk lesu, entah karena apa.
"Maaf ya, aku gak peka," katanya setelah sempat menghela napas berat. Dia lagi-lagi membuat Renjun bertanya lantaran tidak mengerti. "Aku gak nyadar apa yang ngebuat kamu gak mau ketemu aku."
Renjun menggigit bibir di balik maskernya. Tidak tahu harus membalas apa.
"Aku tadi tau gara-gara dibilangin kak Mark. Kamu kalo liat isi chat ku sama kak Mark tadi pasti kamu ketawa. Kak Mark ngejelasin panjang lebar banget sampe aku juga bisa ngerti."
"...kebayang kok." Renjun menahan tawa, apalagi waktu dia sekarang akhirnya tahu ternyata memang Jeno dan Mark tadi chattan walaupun bersebelahan -- seperti dirinya dengan Jaemin barusan.
Tangan Jeno bergerak gelisah di bawah mejanya. Dia terlihat jelas ingin bicara lebih.
"Maafkan aku." Jeno hanya minta maaf tiap Renjun memintanya bicara. Dan itu membuatnya bingung. "Karena aku juga tau rasanya seperti itu."
"Hah? Insecure fisik?? Jangan bohong...."
"Tidak, aku tidak bohong! Kamu lihat mataku?" Dia menunjuk matanya. "Aku tidak pernah cerita soal ini sebelumnya, tapi dulu aku benar-benar benci mataku yang seperti menghilang tiap aku tersenyum atau tertawa."
Renjun merasa salah dengar. Matanya? Mata Jeno yang seperti bulan sabit kalau tersenyum itu?
Melihat Renjun seperti tidak percaya, Jeno lalu cerita soal bagaimana dulu ada yang mengomentari matanya. Katanya, matanya itu aneh dan konyol. "Kejadian itu sudah lama. Mungkin TK atau SD, tapi aku masih ingat bagaimana setelah itu aku jadi selalu menahan diri untuk tidak tersenyum atau tertawa... Maksudku, aku tidak mungkin mengubah mataku kan? Aku sekarang pakai soft lens, tapi dulu aku sampai pakai kacamata padahal mataku baik-baik saja."
"Hubungannya apa?"
"Biar mataku tidak kelihatan jelas. Aku tahu sebenarnya itu tidak berpengaruh banyak, tapi menggunakan sesuatu yang kira-kira bisa menutupi mataku rasanya membuatku jadi bisa lebih tenang."
Oh. Kacamata bagi Jeno adalah masker bagi Renjun. Sesuatu semacam tameng yang melindungi mereka dari kata-kata dan pikiran orang yang melihat.
"Makanya, sekarang aku juga gak bakal maksa kamu lagi. Aku paham sekarang apa yang membuatmu menolak bertemu denganku. Aku yakin kemarin-kemarin pasti aku sudah membuatmu marah, jadi aku minta maaf."
Renjun baru saja akan membantah soal marah, tapi waiter kemudian datang dan menata meja. Ya, pesanan mereka datang.
Lalu kepala Renjun bekerja cepat. Dia lihat makanan di atas meja.
Dia... Harus lepas masker kan kalau mau makan?
Melihat Renjun tiba-tiba diam sambil menatap makanan mereka, Jeno kemudian membawa tray makanannya lalu berdiri. "Aku makan di meja sana aja, biar kamu juga bisa makan. Nanti bilang aja kalo udah selesai biar aku samperin lagi ke sini."
Renjun membulatkan matanya. Jeno sampai mau pindah tempat supaya Renjun bisa membuka maskernya dan makan dengan nyaman.
Dalam kepalanya, ada suara yang seperti menyuruhnya untuk menahan Jeno supaya tetap di sana. Tapi sayang sekali, dia belum seberani itu. Dia hanya mengiyakan Jeno untuk pisah meja, dan tak lupa juga berkata terima kasih padanya yang sudah sangat pengertian.
"Iya, tidak masalah."
Jeno tersenyum dan memperlihatkan mata bulan sabitnya. Mata bulan sabit yang disukai Renjun dari pertama melihat foto Jeno, yang juga adalah alasan utama kenapa dia tiba-tiba datang ke tempat janjian hari ini.
.
.
.
.
A/n. Vomment!!
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] dating app [noren] (chat)
Fanfic「。。。awalnya cari temen 。。。」 cast: lee jeno, huang renjun, nct sidepairs!!!markmin