Setelah sampai di rumah, Andrew lantas merebahkan tubuh nya di atas sofa ruang tamu. Ia pun terlihat menghela napas panjang ketika melihat kedatangan Calvin.
"Kau sudah menjemput nya?" tanya Calvin seraya duduk di hadapan Andrew. Ia melihat anggukan kecil yang ditunjukkan oleh Andrew.
"Kau sudah bersikap ramah dengan nya?" tanya Calvin lagi.
Mendengar hal tersebut lantas membuat Andrew mengernyitkan dahi nya. "Ayah, aku sudah melaksanakan semua permintaan ayah dengan baik." Setelah mengatakan hal tersebut, ia pun bangkit berdiri dan berjalan menuju ke dalam kamar nya.
Calvin lantas mengernyitkan dahi ketika melihat sang putra yang memiliki sifat sangat galak tersebut. Ia berpikir, apakah Andrew bisa membahagiakan Clara nanti nya?
"Lebih baik aku menanyakan nya langsung dengan Clara." gumam Calvin seraya menghubungi Clara.
Tidak perlu waktu lama, panggilan pun telah terhubung.
"Selamat sore, tuan."
"Clara, panggil saja aku ayah. Tidak usah sungkan seperti itu."
Terdengar sebuah tawa diseberang sana.
"Baiklah, ayah. Lalu, ada yang bisa ku bantu?"
"Tidak ada. Ayah hanya ingin menanyakan beberapa hal terhadapmu."
"Oh, tentu saja. Apa itu?"
"Apakah Andrew menjemputmu tadi?"
"Ya, Kak Andrew menjemputku."
"Oh, bagus kalau begitu. Lalu, bagaimana dengan sikapnya? Apakah ia tetap terlihat dingin seperti kulkas?"
"Ehm, tidak. Kak Andrew telah sedikit berubah. Ia menjadi lebih banyak berbicara dengan ku sekarang."
"Syukurlah. Ayah yakin, Andrew akan membuka hatinya untukmu. Kau hanya perlu sedikit bersabar."
"Tentu saja, ayah. Jangan khawatir."
Tidak lama kemudian, terdengar seseorang yang menyuruh Clara di seberang sana.
"Clara, bersihkan meja yang ada di depan itu."
Mendengar hal tersebut lantas membuat Calvin mengernyitkan dahi.
"Clara, dimana kau sekarang?"
"Oh, ehmm, a-aku sedang ada kerja kelompok. Baiklah ayah, ku tutup dulu ya. Sampai jumpa."
Setelah itu, panggilan pun terputus. Calvin sedikit merasa aneh dengan Clara belakangan ini.
"Baiklah, aku harus membicarakan beberapa hal lagi dengan Andrew." gumam Calvin seraya berjalan menuju ke dalam kamar sang putra.
Setelah sampai di dalam kamar Andrew, Calvin sedikit mendengar suara tawa dari sang putra. Ia sedikit terkejut ketika tahu bahwa Andrew bisa tertawa.
"Andrew?" panggil Calvin seraya menghampiri pria itu yang saat ini tengah menatap kehadiran Calvin dari tempat tidur nya.
"Hm?" tanya Andrew. Ia kembali dingin seperti semula.
"Kau sibuk?" tanya Calvin seraya berbasa-basi.
"Ayah bisa melihatnya sendiri, bukan? Cepatlah, ada apa?" tanya Andrew balik.
Calvin lantas tersenyum. "Apa kau yakin akan berpisah ranjang dengan Clara setelah menikah nanti?"
Andrew lantas memberhentikan kegiatan nya. Ia pun menatap ke arah Calvin lekat. "Tentu saja. Keputusanku tidak dapat diganggu gugat."
Calvin lantas menghela napas panjang. "Tapi, mengapa kau tidak memilih untuk tidur-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonder Bridge
Lãng mạn~Andrew Calri Anderson~ Aku tidak akan menyentuhnya sampai kapan pun, tidak peduli ketika kita telah resmi menjadi sepasang suami istri, aku akan tetap terhadap pendirianku. Lagi pula aku tidak memiliki perasaan sama sekali terhadap gadis itu. ~Clar...