Keajaiban

3.7K 1.3K 90
                                    

Samar Junot membuka matanya, seorang perempuan diyakininya adalah Naya seniornya dan Nareshta berdiri disampingnya.

Junot merasa lemas, tenggorokannya kering hingga tidak sanggup berbicara.

"Kak, air tolong." Pinta Junot dengan suaranya parau. 

Cekatan Naya memberinya air yang kelihatannya memang sudah ia sediakan di atas nakas lengkap dengan sedotannya. Naresh membantu Junot meminumnya.

"Istirahat aja Not, jangan banyak gerak."

Junot menutup matanya perlahan dan kembali tertidur. 

Junot terbangun beberapa jam kemudian, matanya langsung melihat langit-langit ruang kesehatan.

"Na?" Junot berbalik tapi sudah tidak ada Naresh dan Naya di sana, hanya ada sebungkus makan dengan catatan...

Makan bangsat, mau nikung senior tapi pingsan, cemen!

Junot tertawa membacanya. Dasar Nareshta.

Selesai makan, Junot keluar dari ruang kesehatan. Ada beberapa mahasiswa kedokteran yang sepertinya membuat laporan di depan kamar, Junot tersenyum dan menyapa mereka.

"Eh udah bangun?"

"Iya kak. Hehe, teman saya mana ya?"

"Udah pulang dari tadi, katanya kamu naik taksi online aja. Motor kamu dia bawa, terus pacar kamu baru aja sih pulangnya, belum 10 menit." Jawabnya.

"Senior saya di faklutas itu kak, bukan pacar."

"Oh ya? Ah, ga taulah saya bukan anak Teknik. Kamu udah gak pusingkan?"

Junot menggeleng.

"Saya udah sehat kak. Ya udah, saya pulang kalau gitu. Mari." Pamit Junot.

"Hati-hati yah, jangan lupa makan. Jaga kesehatan. Jadi mahasiswa harus kuat! Semangat!" Si lelaki penjaga ruang kesehatan melambai pada Junot yang sudah keluar dari ruangan.

Junot memesan taksi online dalam perjalanannya keluar kampus, namun gerimis membuat langkahnya terhenti. Pemuda itu mengambil langkah seribu menuju halte dan sialnya halte di depan kampus terlihat sesak, hingga Junot memutuskan mencari tempat berteduh lain.

"Kenapa berhenti di situ?" Karin menatap Junot yang sudah hampir basah karena hujan namun malah mematung di tempat tanpa teduh.

Gadis itu berdiri di bawah sebuah pohon dengan beberapa lembar koran sebagai payungnya.

"Boleh gue ke situ?" Tanya Junot.

"Pake nanya!"

Junot tersenyum lalu kemudian berlari ke sebelah Karin, mungkin ini hikmahnya ia sakit? Bertemu Karin sekali lagi, bahkan berdiri di sampingnya.

"Kok belum pulang Rin?"

"Nungguin cowok gue."

💔

Ah, andai Karin mendengar hati Junot yang patah.

"Oh," Junot kembali melirik gadis itu.

"Elo selalu aja pakai payung kertas, padahal itu rapuh elo bisa basah Rin." Ujarnya.

"Kenapa elo di sini?" 

"Gue gak enak badan terus ke ruang kesehatan tadi sampai gak ikut ospek hari ini, hehe." Cengir Junot canggung namun Karin malah berdecih malas.

"Bukan itu. Maksud gue, kenapa elo bisa ada di kampus ini? Di jurusan Teknik Mesin? Bukannya elo pengen jadi dokter?"

Karin berbalik menatap Junot meminta jawaban atas pertanyaannya.

PAPER UMBRELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang